SOLOPOS.COM - Sejumlah pengunjung acara Solo Market Fest yang diadakan di Terminal Tirtonadi, Rabu (30/8/2023) hingga, Minggu (3/9/2023). (Solopos.com/Gigih Windar Pratama).

Solopos.com, SOLO — Sejumlah anak muda di Solo mengatakan masih meminati barang-barang thrifting meskipun harganya sedikit mahal setelah ada larangan impor baju bekas.

Mereka mengatakan, saat ini memilih thrifting bukan karena harga, namun model dan karakter yang ada dalam barang yang dibeli.

Promosi Telkom Apresiasi Wahyu, Warrior Telkom Akses yang Viral karena Bantu Petani

Bagi anak muda yang menyukai thrifting, saat ini harga baju impor bekas yang dibeli sudah cukup mahal dibandingkan beberapa tahun lalu. Tapi mereka berdalih tetap membeli karena masih tren dan kadang berkualitas lebih baik dibandingkan brand lokal.

Salah satu penggemar thrifting yang ditemui di acara Solo Market Fest, Terminal Tirtonadi, Clarissa Christy, 16, mengatakan masih sering berburu pakaian bekas impor. Menurutnya, kualitas pakaian bekas impor tersebut masih sangat bagus dibandingkan membeli produk lokal.

“Kalau beli thrifting kadang sudah dapat merek yang bagus, kualitasnya juga enggak jauh beda dibanding beli baru dan harganya terjangkau. Malah beberapa kali dapat barang seperti CDG [Comme des Garcons] dengan harga hanya Rp200.000, kualitasnya juga jauh lebih bagus dibandingkan beli brand lokal di e-commerce,” ujarnya kepada Solopos.com, Minggu (3/9/2023).

Clarissa menambahkan, saat ini harga pakaian bekas impor sudah tidak semurah saat pandemi. Tetapi, ia memaklumi karena saat ini para pedagang juga melakukan kurasi yang cukup ketat sebelum ditawarkan ke pembeli.

“Sekarang sudah lumayan mahal, dibandingkan sebelum pandemi. Mungkin dulu Rp150.000 sudah dapat Polo Ralph Lauren sekarang sudah enggak bisa minimal Rp300.000. Tapi wajar memang, karena pedagangnya sudah aware masalah harga barunya dan kualitasnya juga sudah lebih baik, jadi kurasinya cukup ketat,” lanjutnya.

Sedangkan bagi Radida Deviara, 19, produk thrifting masih diminati karena model yang ditawarkan jauh lebih bagus dibandingkan brand lokal. Ia mencontohkan beberapa sepatu impor bekas yang punya kualitas lebih baik dibanding brand lokal.

“Saya pernah mencoba sendiri, jadi beli Vans second dengan harga hanya Rp300.000 sudah dapet yang bagus dan bahkan sol nya juga awet, sudah dua tahun saya pakai enggak ada masalah. Lha saya dibelikan ibu saya sepatu brand lokal dengan harga Rp350.000 itu saya pakai beberapa kali saja, sudah mangap dan solnya keras, jadi enggak nyaman kalau dipakai,” jelasnya.

Adinda kemudian mengatakan produk thrifting punya model yang lebih beragam dan mengikuti tren. Menurutnya brand lokal harus bisa berbenah agar tidak tertinggal.

“Sebenarnya masih beli brand lokal kalau memang modelnya bagus, masalahnya kadang modelnya sudah ketinggalan zaman, belum lagi kualitas jahitannya kadang sudah brodol padahal baru dipakai beberapa kali. Mestinya kalau mau bersaing, brand lokal juga harus meningkatkan kualitasnya,” ulasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya