SOLOPOS.COM - Pengunjung memilih baju saat Thrifting Festival yang diselenggarakan Java Thrifting Day di Solo Grand Mall, Jumat (25/3/2022). (Dokumen Solopos.com)

Solopos.com, SOLO — Polemik thrifting kembali mencuat setelah Presiden Joko Widodo turun tangan dan ikut memberikan komentar, Rabu (15/3/2023).

Presiden meminta jajarannya untuk membereskan persoalan impor ilegal berupa produk tekstil bekas yang mengancam keberadaan industri lokal.

Promosi Sistem E-Katalog Terbaru LKPP Meluncur, Bisa Lacak Pengiriman dan Pembayaran

Presiden Joko Widodo (Jokowi) kemudian memerintahkan jajarannya untuk mengungkap praktik importasi ilegal ini hingga tuntas.

“Sudah saya perintahkan untuk cari betul [sumbernya], dan ini sehari dua hari sudah ketemu,” kata Jokowi saat ditemui usai membuka acara Bussines Matching 2023 dan Penyerahan Penghargaan P3DN di Istora Senayan pada Rabu (15/3/2023).

Hal tersebut direspons beragam oleh sejumlah penggiat thrifting. Founder Nglapak Day, Sindu, menilai kurang tepat jika thrifting dianggap menganggu usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) atau industri lokal.

Sindu menguraikan bahwa pasar thrifting dan UMKM jelas berbeda.

“Saya bukan pelaku tapi penggiat [thrifting], kalau memang event-nya [thrifting] enggak boleh, banyak yang curhat, karena [pelaku usaha] ini hanya anak uang yang mau cari makan dari berbisnis baju bekas. Kalau UMKM merasa terganggu, sebelum ini booming, mereka belum melakukan apa-apa, karena memang belum ada event yang secara masif [bagi UMKM], misalnya digaungkan oleh pemerintah atau dinas terkait,” papar Sindu saat dihubungi Solopos.com pada Kamis (16/3/2023).

Selain itu Sindu menilai harga barang pada event thrift cukup bersaing. Hal itu menurut Sindu membuat sejumlah pembeli cerdas dalam mengeluarkan uang, terutama di Solo.

“Beli baju sekarang enggak perlu baru, uang sisanya bisa buat makan dan pendidikan. Toh, masih bisa dipakai, semenjak pandemi Covid-19 itu orang jadi lebih berhemat dan ternyata ada manfaatnya menurut saya,” ujar Sindu.

Sindu menilai ada pergeseran tren thrifting saat ini. Awalnya sebagai pencarian merek untuk tampil keren dengan harga murah, sekarang juga dalam rangka berhemat.

Karena memang pakaian memang merupakan kebutuhan pokok yang selalu dicari. Dulu yang awalnya hanya anak muda yang tertarik dengan tren ini, menurut Sindu orang tua juga meminati mulai thrifting.

Event thrifting menurut Sindu menunjukkan perputaran ekonomi yang besar, tidak hanya dari tenant yang tergabung. Namun juga kepada tukang parkir, penjaga, dan lain-lain.

Animo masyarakat akan event thrifting yang besar bisa dilihat dari setiap digelar event, Nglapak Day. Setidaknya dulu sampai tembus 3.000 pengunjung.

Jika dikalkulasikan selama lima hari, paling tidak ada 15.000 hingga 20.000 pengunjung yang datang. “Selain memang tren, menurut saya memang kebutuhan,” ujar Sindu.

Ketika larangan praktik impor produk tekstil bekas terjadi, Sindu mengaku pedagang bakal kesulitan mencari barang dan berhenti.

Sindu menguraikan dalam event thrifting yang digelar, bukan hanya baju impor bekas yang dijual. Namun baju baru dari brand lokal juga sering ikut ambil bagian. Selain itu kerajinan tangan atau craft juga turut hadir memeriahkan.

Dilansir dari Bisnis.com, Presiden menilai barang-barang bekas impor sangat mengganggu kinerja industri dalam negeri, utamanya industri tekstil.

Indonesia seperti surga bagi negara-negara yang ingin mengubah sampah menjadi uang. Barang bekas di Indonesia seperti pakaian, alas kaki, tas, hingga boneka umumnya dikirim dari negara-negara di Asia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya