Bisnis
Jumat, 27 Januari 2023 - 06:00 WIB

Tertinggi di Asia! Ekonomi Filipina Tumbuh 7,2 Persen pada Kuartal IV/2022

Newswire  /  Aprianus Doni Tolok  /  Anik Sulistyawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi Pertumbuhan Ekonomi (Solopos)

Solopos.com, JAKARTA – Filipina mencatat pertumbuhan ekonomi tertinggi di Asia pada kuartal IV/2022 setelah berhasil mengatasi tekanan harga dan kenaikan suku bunga.

Dilansir dari Bloomberg pada Kamis (26/1/2023), Otoritas Statistik Filipina melaporkan produk domestik bruto (PDB) tumbuh 7,2 persen pada kuartal IV/2022 dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

Advertisement

Angka ini berada di atas proyeksi analis sebesar 6,6 persen dalam survei Bloomberg, sekaligus merupakan yang terkuat sejak tahun 1976.

Sementara itu, PDB juga 2,4 persen dibandingkan dengan kuartal III/2022, di atas proyeksi analis sebesar 1,3 persen. Kepala Otoritas Statistik Filipina Dennis Mapa mengatakan PDB Filipina mengalami ekspansi 7,6 persen sepanjang tahun 2022, melampaui median survei sebesar 7,4 persen dan mencatatkan kinerja tahunan terbaik sejak 1976.

Advertisement

Sementara itu, PDB juga 2,4 persen dibandingkan dengan kuartal III/2022, di atas proyeksi analis sebesar 1,3 persen. Kepala Otoritas Statistik Filipina Dennis Mapa mengatakan PDB Filipina mengalami ekspansi 7,6 persen sepanjang tahun 2022, melampaui median survei sebesar 7,4 persen dan mencatatkan kinerja tahunan terbaik sejak 1976.

Dipicu oleh permintaan yang terpendam yang bertahan dari lonjakan inflasi paling tajam sejak 2008 dan pengetatan moneter paling agresif dalam dua dekade terakhir, Filipina masih mencatat kinerja terbaik di Asia.

Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr. mengatakan dalam sebuah wawancara awal bulan ini bahwa ekonomi diperkirakan tumbuh sekitar 7 persen pada tahun 2023.

Advertisement

“Kondisi ini mencerminkan rebound yang solid dalam kepercayaan konsumen dan investor terhadap perekonomian,” kata Arsenio Arsenio

Meskipun pertumbuhan konsumsi swasta tahunan melambat, pertumbuhan masih kuat di 7 persen pada kuartal IV/2022. Pemerintah yakin bahwa pertumbuhan ekonomi yang signifikan ini dapat dipertahankan, salah satunya didorong oleh pembukaan kembali China.

Meskipun begitu, Filipina tidak akan sepenuhnya kebal terhadap perlambatan global. Gareth Leather dari Capital Economics Ltd memperkirakan 2023 akan menjadi tahun yang sulit bagi negara ini. “Lonjakan inflasi dan pengaturan moneter yang lebih ketat dapat membebani pengeluaran,” ungkapnya.

Advertisement

Ekonomi RI Diproyeksi Tumbuh 5,4 Persen

Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani memproyeksikan ekonomi Indonesia akan tumbuh 5,4 persen di tahun 2022 yang ditopang kuatnya perekonomian pada triwulan IV.

“Momentum pertumbuhan ekonomi triwulan III-2022 di level 5,7 persen diperkirakan bertahan di kuartal IV-2022, sehingga secara keseluruhan tahun pertumbuhan ekonomi Indonesia di 2022 mungkin akan berada di level 5,3 persen atau bahkan 5,4 persen,” ucap Sri Mulyani dalam “BRI Micro Finance Outlook 2023” yang dipantau secara virtual di Jakarta, Kamis (26/1/2023) seperti dilansir Antara.

Kuatnya pertumbuhan ekonomi pada triwulan keempat tahun lalu, menurut dia, disebabkan oleh tidak adanya disrupsi yang cukup besar menjelang akhir tahun, meskipun sempat terdapat kekhawatiran mengenai pembukaan ekonomi di Tiongkok.

Advertisement

Awalnya, langkah pembukaan tersebut dikhawatirkan akan menimbulkan penyebaran kembali COVID-19 yang memang sempat meningkat di Negeri Panda. Namun ternyata, pembukaan wilayah tersebut tidak menimbulkan dampak yang signifikan.

Maka dari itu, momentum pemulihan ekonomi Indonesia pun terjaga sehingga optimisme menyelimuti penutupan tahun 2022 dengan pertumbuhan ekonomi yang dikontribusikan baik dari sisi agregat permintaan maupun penawaran.

Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia ini menyebutkan tren konsumsi rumah tangga sudah berhasil tumbuh di level 5 persen, investasi tumbuh di atas atau mendekati hampir 6 persen, dan ekspor yang relatif sangat kuat.

“Dengan demikian, belanja pemerintah tidak menjadi satu-satunya motor penggerak ekonomi seperti yang terjadi pada tahun 2020 dan 2021,” tambahnya.

Secara sektoral, kata Sri Mulyani, pemulihan ekonomi turut terjadi secara mengejutkan meski pandemi COVID-19 telah menimbulkan scaring effect atau luka memang yang cukup dalam.

Di saat pemulihan ekonomi, sektor manufaktur secara mengejutkan sangat berdaya tahan dan tumbuh tinggi. Begitu pula dengan sektor perdagangan yang pulih sangat cepat dan kuat berkat kebijakan “rem-gas” pemerintah.

“Kondisi ini yang juga menimbulkan dampak terhadap penciptaan kesempatan kerja,” tutur Menkeu.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif