Solopos.com, JAKARTA — Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyatakan keluarga memainkan peran yang sangat vital dalam mengakselerasi proses literasi keuangan. Oleh sebab itu, OJK meluncurkan buku saku cerdas mengelola keuangan bagi calon pengantin.
Jika keuangan keluarga yang bisa dikelola dengan baik, OJK meyakini perekonomian bisa berjalan dengan teratur, stabil, dan berkelanjutan. “Berdasarkan survei, anak-anak cenderung menerima edukasi keuangan dari orang tua,” ujar Anggota Dewan Komisioner Bidang Edukasi dan Perlindungan Konsumen OJK Tirta Segara dalam acara Peluncuran Infrastruktur Literasi Keuangan secara daring di Jakarta, Senin (20/12/2021).
Dia menjelaskan adanya hubungan positif antara kesehatan keuangan keluarga dengan stabilitas sistem keuangan nasional secara umum. Menurut Tirta, orang tua dengan perilaku positif dalam mengelola keuangan juga akan melahirkan anak dengan sikap dan perilaku yang sehat secara keuangan.
Baca juga: Kemenaker Sesalkan Revisi Kenaikan UMP DKI Jakarta, Akan Beri Sanksi?
Baca juga: Kemenaker Sesalkan Revisi Kenaikan UMP DKI Jakarta, Akan Beri Sanksi?
“Perencanaan keuangan bagi setiap warga Indonesia menjadi sangat penting karena keluarga menjadi salah satu pilar perekonomian, di mana kesehatan keuangan keluarga akan memberi pengaruh terhadap kesehatan keuangan negara secara keseluruhan,” ungkapnya.
Selain itu, lanjut dia, keluarga dengan tingkat ketahanan keuangan yang tinggi juga akan lebih tahan terhadap permasalahan keluarga. Ia menyebutkan setiap tahunnya terjadi sekitar 400.000 kasus perceraian di Indonesia.
Baca juga: Keren! Industri Fesyen Muslim RI Masuk Peringkat Tiga Dunia
Sementara itu, Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Iskandar Simorangkir mengatakan infrastruktur literasi keuangan sangat penting dalam rangka percepatan pengentasan kemiskinan dan pengangguran.
“Melalui percepatan inklusi keuangan, kita bisa mengakselerasi pemulihan ekonomi nasional,” kata Iskandar. Dia menyadari salah satu kelompok masyarakat yang belum tersentuh inklusi keuangan adalah kelompok empat desil atau 40 persen terbawah.
Oleh karena itu, salah satu cara menciptakan kesempatan kerja untuk golongan tersebut adalah dengan melibatkan langsung dalam inklusi keuangan. Iskandar menegaskan inklusi keuangan bukan hanya menabung, tetapi lebih dari itu, yakni untuk menyejahterakan rakyat Indonesia.
Baca juga: Layani Rapid Test Rp45.000, KAI Daops 8 Patuhi SE Kemenhub Terbaru
Menurut dia, cara paling efektif mendorong masyarakat golongan 40 persen terbawah kepada inklusi keuangan adalah melalui usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Dengan berbagai kerja sama mendorong UMKM, selama ini indeks inklusi keuangan dari sisi pemegang akun bank berhasil meningkat secara bertahap dari yang hanya 19,6 di 2019 menjadi 61,7 pada 2020.
Iskandar menambahkan hal tersebut juga terlihat pada indeks penggunaan akun bank, yakni dari 9,74 pada 2013 menjadi 81,4 di 2020. Oleh sebab itu, diharapkan sasaran kelompok masyarakat berpenghasilan rendah tersebut pun bisa diperluas, agar inklusi keuangan bisa mencapai target pemerintah yaitu 90 persen pada 2024.