SOLOPOS.COM - Paniradya Kaistimewan Jogjakarta menggelar Rembag Keistimewaan dengan tema Secercah Inspirasi dari Guwosari. Acara ini digelar secara daring, Kamis (24/8/2023). Diskusi ini membahas mengenai Kelurahan Guwosari, Bantul, yang bisa mandiri mengelola sampah dari Dana Istimewa (Dana Is). (Istimewa).

Solopos.com, SOLO — Lembaga di bawah Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta, Paniradya Kaistimewan Jogjakarta menggelar Rembag Keistimewaan dengan tema Secercah Inspirasi dari Guwosari secara daring, Kamis (24/8/2023).

Diskusi ini membahas mengenai Kelurahan Guwosari yang bisa mandiri mengelola sampah dari Dana Istimewa (Dana Is).

Promosi Sistem E-Katalog Terbaru LKPP Meluncur, Bisa Lacak Pengiriman dan Pembayaran

Berbagai narasumber didatangkan dalam acara ini, di antaranya Kepala Subbidang Perencanaan Urusan Kebudayaan Paniradya Kaistimewan Eri Nurhayati; Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Bantul Ari Budi Nugroho; Lurah Kalurahan Guwosari, Pajangan, Bantul Masuduki Rahmad; dan Kepala Unit Pengelolaan Sampah BUMDes Guwosari Nur Muntaha.

Lurah Guwosari, Pajangan, Bantul, DIY, Masuduki Rahmad dalam diskusi menjelaskan Tempat Pembuangan Sampah (TPS) mandiri tersebut tidak lepas penerapan dari filosofi jawa dan melihat Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Guwosari.

“TPS kami berdiri 11 November 2019, diilhami dari falsafah jawa memayu hayuning bawana dan melihat RTRW bahwa kawasan kami ini akan menjadi pemukiman dan pendidikan. Jadi perlu menyiapkan sarana untuk mengelola sampah, kami tidak ingin sampah jadi bom waktu. Melihat kondisi kami perlu adanya langkah mengolah sampah, diperkuat dengan hasil Musyawarah Desa, bahwa BUMDes, salah satu unitnya adalah pengelolaan sampah, jadi kami berkolaborasi,” ucap Masduki.

Sementara, Kepala Unit Pengelolaan Sampah BUMDes Guwosari, Nur Muntaha, mengatakan proses di TPS dimulai dengan memilah mana yang bisa diolah kembali agar bisa mendapatkan keuntungan.

Ia menyebut, salah satu wujud keberhasilan Pengelolaan Sampah BUMDes Guwosari adalah bisa berdiri secara mandiri. “Kami mengambil di rumah-rumah dipilah dan dipilih mana yang punya nilai ekonomis dalam waktu satu bulan. Karena kami BUMDes maka target kami menghidupi diri sendiri dan mandiri dalam pengelolaan,” ulasnya.

Kepala Subbidang Perencanaan Urusan Kebudayaan Paniradya Kaistimewan, Eri Nurhayati, menyebut anggaran Dana Is untuk pengelolaan sampah di Guwosari mencapai Rp1,6 miliar. Namun, Eri menyebut, penyerahan dana tersebut juga harus melewati beberapa persyaratan.

“Anggaran Dana Is, memang melalui beberapa tahap untuk BKK itu harus melalui OPD (Organisasi Perangkat Desa) pengampu dan berkomunikasi dengan DLHK kab Bantul, itu tidak hanya berkoordinasi, tapi kinjungan langsung. Kami melihat potensinya seperti apa verifikasi juga. Di Guwosari DKK untuk persampahan 2023 Rp1,6 miliar tapi ada dari berbagai aspek lain dan kami akan evaluasi untuk 2024,” ulasnya.

Dipertegas oleh Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Bantul, Ari Budi Nugroho, pengelolaan sampah di Guwosari tidak hanya berasal dari Dana Is. Ia juga mengapresiasi dan membuat Guwosari sebagai percontohan untuk daerah lain.

“Program Dana Is, sebagai salah satu wujud untuk dirasakan berbagai pihak mulai 2023, yang dimanfaatkan pengelolaan sampah ada tiga kelurahan. Karena bersinergi dari berbagai sumber, APBN ada, CSR dana Dana Is untuk pengelolaan sampah, terkait perubahan budaya ataupun pengelolaannya. Kami terus dorong di 2024 ada list yang akan mendapatkan Dana Is, Guwosari bisa menjadi percontohan,” ulasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya