SOLOPOS.COM - Plt. Menteri Pertanian (Mentan), Arief Prasetyo Adi (memegang mic) ketika menghadiri rapat kerja nasional Perkumpulan Penggilingan Padi dan Pengusaha Beras Indonesia (Perpadi) di Diamond Convention Hall, Solo, Senin (23/10/2023). (Solopos.com/Dhima Wahyu Sejati).

Solopos.com, SOLO — Target Kementerian Pertanian (Kementan) menggenjot produksi beras sampai 35 juta ton pada 2024 dinilai tidak realistis jika belum menyelesaikan persoalan mendasar dari produksi beras itu sendiri.

Ketua Umum DPP Perpadi Sutarto Alimoeso mengatakan kalau tidak bisa menyelesaikan persoalan produksi dari hulu ke hilir maka mustahil target tersebut tercapai. Persoalan yang dia maksud yakni ketersedian pupuk, benih, sampai alat pertanian.

Promosi Telkom dan Scala Jepang Dorong Inovasi Pertanian demi Keberlanjutan Pangan

“Traktor aja kadang-kadang sulit mendapatkan minyak kan, kemudian saluran irigasinya. Kalau ini dibenahi semua dengan baik, maka target itu tidak mustahil dicapai,” kata dia ketika ditemui di acara rapat kerja daerah (rakerda) Perpadi di Diamond Convention Hall Solo, Rabu (25/10/2023).

Dia kemudian mengusulkan untuk membuat klaster yang membagi lahan pertanian masing-masing sebesar 250 sampai 300 hektar. Pada setiap klaster tersebut harus ada satu penggilingan padi.

Selain itu, pada setiap klaster tersebut perlu dipetakan apa saja permasalahan yang harus segera diselesaikan.

“Kalau sudah mulai detail seperti itu, untuk mencapai 35 juta ton ya its oke, jadi ada persyaratan tadi itu. Detail permasalah wilayah per wilayah kalau tidak diurus, ya mohon maaf,” kata dia.

Namun, dia melihat persoalan lama seperti bibit, air, hama, sampai pupuk masih saja muncul. Dia mengatakan seharusnya persoalan mendasar tersebut terlebih dahulu diselesaikan.

“Apalagi ada masalah yang lebih mendasar lagi yakni konversi lahan yang masih berjalan terus, ini akan sangat berat. Sehingga, menurut saya ini bukan hanya peran pemerintah pusat, tapi juga pemerintah daerah,” kata dia.

Dia mengatakan di beberapa daerah masih banyak konvensi lahan pertanian yang terus jalan meski terdapat undang-undang perlindungan lahan. Persoalan-persoalan di atas bisa saja menghambat target 35 juta ton pada 2024.

Guru Besar Fakultas Pertanian UNS Solo, Jauhari Syamsiyah menilai target tersebut bisa direalisasikan. Namun perlu memperhatikan berbagai aspek, salah satunya adalah ketersedian lahan.

“Kelihatannya di Soloraya saja untuk buka lahan baru untuk dijadikan sawah kurang memungkinkan karena perkembangan jumlah penduduk. Malah area pertanian menjadi berkurang dengan adanya penambahan perumahan dan pabrik,” kata dia.

Oleh karena itu, dia mengatakan untuk mencapai target produksi 35 juta ton perlu memaksimalkan lahan yang sudah ada. Namun untuk memanfaatkan lahan yang ada, sarana dan prasarana harus dipenuhi.

“Misalkan ketersedian pupuknya, kemudian ada airnya, benihnya ada, dan pengelolaan hama. Itu harus disiapkan. Nah kondisi sekarang aja, banyak terjadi area yang tidak kebagian air. Nah itu berarti malah menurunkan luas area lagi,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya