SOLOPOS.COM - Salah satu objek wisata di Bali. (Freepik.com)

Solopos.com, SOLO — Pariwisata 2023 diprediksi terus bertumbuh pada 2023. Namun, hal itu bukan berarti tanpa tantangan.

Jika di lingkup global tantangannya isu resesi, di Indonesia ada tantangan lain yakni tahun pemilihan umum (pemilu). Meskipun dari pemerintah meyakini pemilu tidak akan berdampak negatif untuk pariwisata.

Promosi Layanan Internet Starlink Elon Musk Kantongi Izin Beroperasi, Ini Kata Telkom

Head of Dataindonesia.id Team, Setyardi Widodo, mengatakan adanya pemilu di Indonesia diprediksi juga akan memunculkan beberapa dampak.

Ada kemungkinan aktivitas pemilu sedikit akan menggeser aktivitas lain pada masyarakat, salah satunya soal kegiatan berwisata.

“Tantangan pariwisata untuk dalam negeri mungkin salah satunya pemilu. Semoga semuanya positif,” kata dia dalam Webinar: Optimisme Pariwisata 2023, yang digelar Solopos Media Group (SMG) didukung oleh Epson, Taman Rekreasi Saloka, Prima Food, dan Phapros, yang disiarkan di Youtube Espos Live, Selasa (31/1/2023).

Sementara di tingkat global, isu resesi diperkirakan juga akan berdampak. Meski sebagian kalangan meyakini isu resesi tidak berdampak banyak pada Indonesia, ada kemungkinan hal itu berdampak pada negara-negara asal wisatawan mancanegara.

“Kalau dilihat grafik devisa, pergerakannya mungkin 2023 belum sebaik saat sebelum pandemi, karena faktornya ekonomi global yang sepenuhnya belum kondusif,” kata dia.

Sementara di lingkup lokal, menurutnya secara umum, dengan melihat indikator yang ada masih positif. Hanya, ada dua hal yang kerap menjadi persoalan khas yang harus diwaspadai. Keduanya adalah mengenai kapasitas dan kebosanan.

Terkait masalah kapasitas, biasanya akan muncul berkaitan dengan masa liburan yang menumpuk. Baik di akhir tahun atau saat momentum khusus seperti Lebaran. Dengan begitu pergerakan masyarakat juga akan menumpuk.

Hal itu berdampak pada kapasitas jalan, kapasitas hotel, kapasitas tempat wisata, kapasitas angkutan dan sebagainya. Sementara ketika di luar masa liburan, kondisinya akan sangat timpang.

Untuk itu menurutnya perlu adanya cara untuk menyiasati agar pergerakan masyarakat tidak menumpuk di satu momentum. Dengan begitu kapasitas-kapasitas tadi akan lebih terkendali dan mendukung kenyamanan untuk semua orang.

Sedangkan mengenai masalah kebosanan, hal ini terkait dengan inovasi di sektor pariwisata. Dia mencontohkan ketika seseorang biasanya datang ke salah satu destinasi wisata sekali kemudian berfoto-foto.

Jika harus mengulanginya untuk datang ke destinasi yang sama di lain waktu, orang mungkin akan bosan jika kondisinya masih sama.

“Jadi walau tempatnya sama mungkin perlu hal-hal baru yang membuat orang mau datang lagi [ke destinasi yang sama],” jelas dia. Saya rasa itu yang harus diwaspadai di 2023,” jelas dia.

Namun mengenai adanya tahun politik, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Salahuddin Uno, mengatakan jika semestinya momentum tersebut dapat dimanfaatkan dengan baik untuk pengembangan pariwisata.

“Tahun ini katanya tahun politik. Tapi saya bilang jangan wait and see. Justru akselerasi, investasi dan tingkatkan visitasi. Jadi fase recovery ini harus kita kembangkan ke quality tourism,” kata dia.

Inovasi

Deputi Bidang Kebijakan Strategis Kemenparekraf, Nia Niscaya, dengan adanya pemilu maka hal yang perlu diperhatikan adalah terkait segmentasi.

“Segmentasi mana yang digarap? Yaitu MICE. Dalam konteks pemilu, ini adalah MICE yang C atau convention [pertemuan]. Partai-partai pasti meeting,” kata dia.

Dengan begitu tahun politik juga diharapkan dapat memberikan dampak positif khususnya untuk menggarap sektor Meeting, Incentive, Convention, and Exhibition (MICE).

“Catatannya, tolong semua jaga keamanan, karena esensi dasar kegiatan wisata adalah keteraturan, keamanan, dan kebersihan,” lanjut dia.

Sementara untuk mengatasi masalah kebosanan wistawan, Direktur Jogja Tourism Training Center, Hairullah Gazali, menyampaikan pentingnya inovasi di dunia pariwisata.

Menurutnya ada dua pendekatan inovasi yang dapat dilakukan, yakni dari pendekatan pasar dengan melihat yang diinginkan pasar dan pendekatan produk.

“Destinasi harus punya magnet untuk menarik wisatawan datang [bukan hanya sekali datang, namun bisa datang lagi lain waktu]. Salah satunya saya sepakat dengan kekuatan event yang mampu mendongkrak kunjungan wisata. Inovasi harus dilakukan agar pengunjung tidak bosan,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya