SOLOPOS.COM - Sejumlah pencari kerja mengunjungi lokasi Job Fair yang digelar di Solo Grand Mall (SGM), Selasa (23/1/2024). (Solopos.com/Bayu Jatmiko Adi)

Solopos.com, SOLO – Tantangan tidak hanya dialami para pencari kerja untuk mendapatkan pekerjaan yang diinginkan. Pemberi kerja pun tak kalah susahnya untuk mendapatkan tenaga kerja yang sesuai kebutuhannya.

Puluhan orang sudah mengantre di depan pintu masuk lokasi Job Fair yang digelar di lantai 3 Solo Grand Mall (SGM), Selasa (23/1/2024) sekitar pukul 10.00 WIB. Sedangkan masing-masing stan perusahaan peserta Job Fair masih melakukan persiapan sebelum acara dibuka. Acara baru dibuka sekitar setengah jam setelahnya.

Promosi Layanan Internet Starlink Elon Musk Kantongi Izin Beroperasi, Ini Kata Telkom

Job Fair selama ini memang selalu menjadi tujuan para pencari kerja untuk mendapatkan informasi mengenai lowongan pekerjaan yang dibuka sejumlah perusahaan. Sebab dengan acara semacam itu, pencari kerja bisa mendapatkan informasi secara langsung dari banyak perusahaan, hanya di satu lokasi. Begitu pula pada Job Fair yang digelar SGM bersama Jobfair.co.id tersebut.

Para pengunjung Job Fair pada hari pertama, Selasa, rata-rata adalah anak-anak muda. Ada yang baru lulus, ada yang sudah berpengalaman kerja namun ingin mencari pekerjaan lain lagi bahkan ada yang belum lulus.

Salah satu dari mereka adalah Eri Ayu, warga Sragen. Kedatangan dari lulusan tahun 2021 dari Fakultas Pertanian UNS itu juga untuk mencari informasi lowongan pekerjaan yang sesuai dengan dirinya. Satu per satu stan yang terdiri dari 43 perusahaan itu dia lihat. Sekitar pukul 11.43 WIB, dia keluar dari lokasi Job Fair dengan beberapa brosur lowongan pekerjaan dari stan perusahaan yang dia kunjungi.

Dia mengaku setelah lulus, sempat bekerja di sebuah perusahaan di Boyolali, di bidang media marketing. Dia tidak mempermasalahkan bekerja di luar jurusan pendidikannya, asalkan ada kesempatan.

“Kalau harus yang sesuai jurusan pendidikan mungkin agak sulit. Kebanyakan juga menanyakan pengalaman kerja,” kata dia.

Pengunjung lainnya adalah Fatikhah. Sambil menunggu waktu wisuda, dia berharap bisa mendapatkan informasi lowongan pekerjaan. Dengan begitu, dia bisa langsung mendapatkan pekerjaan setelah lulus kuliah.

“Baru mau lulus, ini mau cari kerja, tapi sampai sekarang belum menemukan yang sesuai,” kata mahasiswi Penyiaran Islam di UIN Raden Mas Said tersebut.

Di sisi lain, dari kalangan perusahaan juga mengaku tidak mudah untuk mendapatkan tenaga kerja sesuai kebutuhannya.

Resorce Specialist Bank Mega Jateng-DIY, Ari Priyanto, saat ditemui di lokasi Job Fair tersebut mengatakan ada semacam perubahan karakter pada generasi saat ini. Dimana perubahan itu kemungkinan juga disebabkan oleh kondisi di era saat ini yang cenderung serba dimudahkan.

“Mungkin pandemi kemarin juga merubah karakter, semua ingin instan, yang ternyata terbawa. Sepertinya untuk generasi saat ini terlalu memilih [pekerjaan]. Ketika ada tantangan, sepertinya susah,” kata dia.

Untuk memastikan calon pekerja, pihaknya akan memberikan informasi selengkap-lengkapnya. Mulai dari sistem kerja, pekerjaannya apa dan sebagainya.

Dia menjelaskan saat ini perusahaannya membuka beberapa lowongan kerja. Termasuk lowongan untuk pelamar dari semua jurusan pendidikan serta pelamar fresh graduate, sehingga tanpa pengalaman juga bisa mendaftar. “Apapun jurusannya, yang terpenting sudah lulus, kalau di tempat kami minimal D3. Tapi harus siapkan mental jika benar-benar ingin bekerja,” jelas dia.

Sementara Junior Recruitment and Talent Sourcing Infomedia Nusantara by Telkom, Uce Ade, mengatakan untuk menghubungkan antara kebutuhan lapangan kerja dan kebutuhan tenaga kerja harus ada dukungan dari masing-masing pihak.

Menurutnya terkadang dari penyedia lapangan kerja tidak bisa memberikan diskripsi pekerjaan secara jelas. Sedangkan pencari kerja juga tidak mau berupaya menyesuaikan dengan deskripsi pekerjaan yang tersedia.

“Misalnya kebutuhannya bidang desain, kebetulan [pencari kerja] dari lulusan Hukum dan dia tidak mau belajar desain. Padahal itu peluang. Padahal lowongan itu siapapun boleh masuk asalkan menguasai skill. Itu yang sekarang, jadi untuk belajar itu kurang mau,” kata dia.

Menurutnya, konsep yang perlu dipahami para pencari kerja mestinya jangan bosan untuk belajar. Lulus dari kuliah bukan berarti sudah paripurna, untuk kemudian masuk di dunia kerja. Perlu tambahan ilmu dan skill untuk menyesuaikan kebutuhan dunia kerja yang ada saat ini.

“Contoh kecilnya, di kampus tidak diberikan pemahaman tentang penggunaan [microsoft] excel yang baik. Tapi di dunia kerja itu sangat dibutuhkan, misalnya untuk tenaga administrasi. Dimana bagian admin bukan hanya mengurus dokumen tapi sekarang admin itu juga harus bisa mengolah data,” lanjut dia.

Mengatasi Pengangguran

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat sebanyak 7,86 juta orang di Indonesia merupakan pengangguran hingga Agustus 2023. Jumlah tersebut turun 0,56 juta dibandingkan Agustus 2022.

BPS melaporkan terjadi penyerapan tenaga kerja sebanyak 4,55 juta orang sepanjang Agustus 2022-Agustus 2023. Dengan begitu, jumlah penduduk bekerja pada Agustus 2023 tercatat sebanyak 139,85 juta orang atau naik dari tahun sebelumnya 135,30 juta orang.

Plt. Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti, menyampaikan, penduduk usia kerja pada Agustus 2023 tercatat sebanyak 212,59 juta orang atau meningkat 3,17 juta dibandingkan tahun sebelumnya. Namun, dia menyebut tidak semua angkatan kerja terserap.

“Dari penduduk usia kerja tersebut, 147,71 juta di antaranya merupakan angkatan kerja. Ini naik 3,99 juta orang dibandingkan Agustus 2022,” kata Amalia dalam Rilis BPS, Senin (6/11/2023). Proporsi pekerja formal dilaporkan mengalami peningkatan dari sebelumnya 40,69% pada Agustus 2022 menjadi 40,89% pada Agustus 2023.

Ini didorong oleh bertambahnya proporsi penduduk yang bekerja sebagai buruh/karyawan/pegawai. Sementara itu, proporsi pekerja penuh juga meningkat pada Agustus 2023 yang menandakan mulai pulihnya keadaan ketenagakerjaan di Indonesia. Tercatat persentase pekerja penuh atau yang bekerja di atas 35 jam per minggu adalah 68,92% pada Agustus 2023.



Jumlah tersebut meningkat 0,46% poin dibandingkan tahun sebelumnya. Meski terus meningkat, jumlah tersebut belum kembali ke level pandemi, di mana pada Agustus 2019 persentase pekerja penuh adalah 71,04%.

Lebih lanjut, Amalia menuturkan, hampir seluruh lapangan usaha menyerap tenaga kerja sepanjang periode Agustus 2022-Agustus 2023. Tiga lapangan usaha dengan penyerapan tenaga kerja terbanyak adalah sektor akomodasi dan makanan minuman sebesar 1,18 juta orang, konstruksi 0,77 juta orang, dan pertanian 0,75 juta orang. Kemudian, jika dilihat menurut distribusi penduduk yang bekerja, lapangan usaha dengan jumlah penduduk bekerja terbesar adalah pertanian, perdagangan, dan industri pengolahan.

Upaya meningkatkan daya saing sumber daya manusia (SDM) nasional harus konsisten dilakukan, demi mewujudkan pembangunan yang lebih baik dan merata.

“Pembangunan SDM nasional yang berkualitas harus menjadi perhatian bersama demi mewujudkan pembangunan yang lebih baik dan merata,” kata Wakil Ketua MPR, Lestari Moerdijat, Senin (20/11/2023) seperti dikutip dari laman mpr.go.id.

Berdasarkan hasil riset International Institute for Management Development (IMD) World Talent Ranking (WTR) 2023, daya saing SDM Indonesia 2023 naik 4 peringkat dari 51 ke 47, dari 64 negara di dunia.

Meski begitu riset tersebut menyoroti cara belajar pada pendidikan dasar di Indonesia yang dinilai kurang inovatif untuk meningkatkan kualitas SDM.

Menurut Lestari, catatan berdasarkan riset tersebut harus menjadi bahan untuk melakukan perbaikan dalam upaya terus memperbaiki kualitas SDM dan meningkatkan daya saing anak bangsa.

Rerie, sapaan akrab Lestari menilai upaya peningkatan pembelajaran yang inovatif di tingkat pendidikan dasar membutuhkan dukungan dari para pemangku kepentingan di tingkat pusat dan daerah.

Rerie yang juga anggota Komisi X DPR RI dari Dapil II Jawa Tengah itu berpendapat bentuk dukungan tersebut bisa dimulai dengan meningkatkan alokasi anggaran pendidikan yang mampu meningkatkan kualitas proses belajar mengajar di institusi pendidikan.

Berdasarkan catatan BPS tahun 2022, Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia Rp19.588 triliun sedangkan anggaran pendidikan terealisasi tahun 2022, Rp 472,6 triliun.

Artinya, anggaran pendidikan Indonesia masih di angka 2,4% PDB, dengan total anggaran pendidikan per siswa di Indonesia senilai US$1.383 atau sekitar Rp 21,3 juta (kurs Rp15.387,85) yang tergolong rendah jika dibandingkan dengan Singapura yang anggaran pendidikan per siswa US$10.929 atau sekitar Rp168 juta dan Malaysia yang anggaran pendidikan per siswa US$ 2.060 atau sekitar Rp31 juta.

Anggota Majelis Tinggi dari Partai NasDem itu sangat berharap sejumlah langkah untuk meningkatkan daya saing SDM nasional itu menjadi perhatian serius para pemangku kebijakan, demi melahirkan anak bangsa yang tangguh dan mampu menjawab tantangan bangsa di masa depan.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya