SOLOPOS.COM - Suasana di Dukuh Kiringan, Desa Canden, Kecamatan Jetis, Bantul, yang menjadi sentra jamu, Jumat (9/6/2023). (Solopos.com/Moh. Khodiq Duhri)

Solopos.com, BANTUL – Sempat marak pada era 1990-an, kini tak lagi ditemukan bakul jamu gendong di Dukuh Kiringan, Desa Canden, Kecamatan Jetis, Bantul. Sebagian bakul jamu memilih menggunakan sepeda motor untuk berjualan keliling dan mangkal di suatu tempat. Sebagian lagi memilih memanfaatkan platform digital untuk menjangkau pembeli.

Jumlah bakul jamu di Dukuh Kiringan sempat mengkhawatirkan karena terancam punah akibat gempa bumi pada 27 Mei 2006 silam. Gempa bumi berkekuatan 5,9 skala richter mengguncang wilayah DI Yogyakarta dan sebagian Jawa Tengah. Meski hanya berdurasi 57 detik, gempa yang terjadi pada pukul 05.55.03 WIB itu mampu mengakibatkan 6.234 korban meninggal dunia dan 137.883 korban luka-luka.

Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

Sebagai permukiman yang berada tak jauh dari Pantai Selatan Jawa, Dukuh Kiringan, yang dikenal sebagai sentra jamu dibuat porak-poranda. Cukup banyak warga dukuh setempat yang meninggal dunia akibat tertimpa reruntuhan rumah yang rata dengan tanah. Sebagian besar dari mereka adalah para peramu sekaligus bakul jamu tradisional.

“Saat itu, kami benar-benar khawatir generasi kami sebagai bakul jamu akan punah. Kami bisa kehabisan bakul jamu [karena banyak yang meninggal dunia]. Setelah gempa bumi, saya sengaja datang ke Kantor Dinas Perindustrian supaya anak-anak kami difasilitasi pelatihan untuk meneruskan tradisi bakul jamu,” jelas Ketua Dusun (Kadus) Kiringan, Sudiyatmi, kala berbincang dengan wartawan yang tergabung dalam BRI Journalist On Site di rumahnya, Jumat (9/6/2023).

Berangkat dari persoalan itu, para remaja di Dukuh Kiringan kerap mengikuti pelatihan meramu jamu. Pelatihan tak hanya digelar Pemkab Bantul, tetapi juga sejumlah pihak seperti BRI Yogyakarta. Mereka akhirnya ditetapkan sebagai UMKM Klaster Jamu binaan dari BRI. BRI bersama lembaga lain juga kerap menggelar pelatihan pemasaran secara digital bagi generasi muda di Dukuh Kiringan.

“Terakhir pelatihan digelar pada 2021. Anak-anak kami, generasi muda dikenalkan bagaimana cara menggunakan teknologi informasi. Total ada 23 pertemuan, setiap minggu dua kali. Para muda mudi dilatih bagaimana cara memasarkan produk secara online, ada pula pelatihan untuk packaging dan foto produk,” jelasnya.

Sejak 1950-an hingga era 1990-an, kalangan ibu-ibu di Dukuh Kiringan biasa menjajakkan jamu dengan cara digendong. Mereka berjalan kaki dari satu perkampungan ke perkampungan lain. Sejak 2000-an, mereka tak lagi menjajakkan jamu dengan cara digendong. Mereka beralih menggunakan sepeda motor dan mangkal di suatu tempat. Di tempat mangkal itulah, pelanggan mereka datang menghampiri. Model berjualan jamu secara konvensional seperti itu masih berlangsung hingga kini.

Namun, para generasi muda di Dukuh Kiringan punya cara berbeda dalam memasarkan produk jamu. Mereka tidak menjual jamu secara konvensional. Setelah mengikuti berbagai pelatihan, mereka kini bisa memasarkan produk jamu kemasan melalui platform digital. Mereka memanfaatkan hampir semua marketplace seperti Shopee, Tokopedia, Bukalapak dan lain-lain untuk memasarkan jamu.

“Bila kami menjual jamu siap minum yang hanya bisa bertahan selama 24 jam, anak-anak memasarkan jamu dalam kemasan plastik siap seduh. Hasil jualan online juga lumayan. Pelanggan dari mana-mana, umumnya masih di Pulau Jawa. Jadi, soal regenerasi [bakul jamu], kami tidak khawatir lagi,” jelasnya.

Kini, total ada 132 bakul jamu di Dukuh Kiringan baik yang berjualan secara konvensional maupun memanfaatkan platform digital. Masing-masing sudah memiliki izin lengkap dengan nama brand berbeda. Masing-masing juga sudah mengantongi sertifikat halal. Kini, Kiringan pun ditetapkan sebagai Desa Wisata Jamu oleh Pemkab Bantul. Di desa ini, wisatawan bisa melihat proses pembuatan jamu mulai dari awal hingga akhir.

Terpisah, Regional CEO Bank Rakyat Indonesia (BRI) Yogyakarta, John Sarjono, mengatakan BRI akan terus mendukung tumbuh kembang UMKM. Dalam hal ini, BRI juga menggulirkan program BRILianpreneur untuk mengajak para pemilik UMKM naik kelas.

“Kriteria UMKM yang diikutkan program BRILianpreneur antara lain usaha mereka sudah jalan. Mereka sudah terdigitalisasi. Di desa tersebut juga sudah ada BUMDes dan inovasi dalam rangka memajukan usaha UMKM. Jadi, usaha itu bukan hanya sesaat. Harus ada kelanjutannya ke depan. Arahnya ada peningkatan kesejahteraan bagi mereka,” jelas John Sarjono, di sela-sela acara Bazar UMKM BRILian di area Kantor BRI Cik Di Tiro, Gondokusuman, Kota Jogja pada Jumat (16/6/2023) lalu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya