Bisnis
Rabu, 16 November 2022 - 17:17 WIB

Tak Khawatir Jika Restrukturisasi Kredit Dihapus, Begini Antisipasi BRI

Anik Sulistyawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Hal itu diungkapkan Direktur Utama BRI Sunarso pada press conference Kinerja Keuangan BRI Kuartal III Tahun 2022 di Jakarta (16/11/2022). (Tangkapan Layar Zoom)

Solopos.com, SOLO — Periode program restrukturisasi kredit dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) disebut akan berakhir pada 31 Maret 2023. Diperkirakan OJK hendak melanjutkan program tersebut, tetapi hanya menyasar sektor tertentu.

Terkait hal tersebut, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. atau BBRI telah siap dan tak khawatir. Dengan asumsi kredit yang tidak bisa diselamatkan sebanyak 10 persen, BRI mengklaim pencadangan kredit restrukturisasi sebesar 25,7 persen sudah cukup kuat.

Advertisement

“Saat ini pencadangan khusus Covid yakni hampir Rp30 triliun [tepatnya] Rp29,95 triliun atau hampir 25 persen dari outstanding Covid kita,” jelas Direktur Manajemen Risiko BRI, Agus Sudiarto dalam konferensi pers virtual di Jakarta, Rabu (16/11/2022).

BRI memperkirakan 10 persen dari total restrukturisasi kredit akibat Covid-19 di bank BUMN tersebut tidak bisa diselamatkan. Sementara itu mayoritas sisanya kembali lancar.

Advertisement

BRI memperkirakan 10 persen dari total restrukturisasi kredit akibat Covid-19 di bank BUMN tersebut tidak bisa diselamatkan. Sementara itu mayoritas sisanya kembali lancar.

“Mayoritas [kredit restrukturisasi] lancar kembali dan bisa membayar kewajibannya sesuai ketentuan. Bahkan banyak yang sudah lunas,” kata Direktur Utama BRI Sunarso dalam kesempatan yang sama.

Baca Juga: Dalam 9 Bulan, BRI Mampu Cetak Laba Rp39,31 Triliun

Advertisement

Lebih terperinci, BRI telah memangkas 2,5 juta dari 3,9 juta nasabah restrukturisasi Covid-19. Hal ini membawa loan at risk (LAR) perusahaan dari 29,8 persen pada September 2020 menjadi 19,3 persen pada Kuartal III/2022. Adapun sebanyak 7,7 persen LAR berasal dari restrukturisasi Covid-19 dan 11,6 persen non Covid-19.

“Saat ini jumlah nasabah yang tersisa itu 1,4 juta nasabah. Jadi turun 2,5 juta jadi yang tertinggi restrukturisasi kita ada di september 2020 sebesar 3,9 juta nasabah. Jadi sudah turun, sisa 1,4 juta dan terus kami monitor supaya kita bisa jaga kualitas agar tetap baik,” kata  Agus Sudiarto.

Baca Juga: Kinerja Impresif, BRI Optimistis Menatap 2023

Advertisement

Penyaluran Kredit

Di sisi lain, BRI menargetkan pertumbuhan kredit 9-11 persen pada 2023. Hal tersebut ditetapkan sebagai respons target Bank Indonesia (BI) yang memproyeksikan pertumbuhan kredit berkisar 10 hingga 12 persen pada tahun depan. Direktur Utama BRI Sunarso menjelaskan hingga saat ini BRI telah menyalurkan kredit sebesar Rp1.111 triliun.

“Targetnya, kami bisa tumbuh di tahun depan untuk kredit 9 sampai 11 persen. Ini bagi BRI cukup besar karna kredit kami sudah sampai Rp1.111 triliun. Jadi tumbuh 10 persen saja, harus menyalurkan kredit net itu Rp111 triliun,” ujar Sunarso.

Dia mengatakan saat ini loan to deposit rasio (LDR) BRI tergolong ketat yakni tembus 88,51 persen secara konsolidasi. Meski demikian, BBRI tetap memberikan guidline kredit untuk tumbuh masuk dalam range BI.

Advertisement

Target kredit akan ditetapkan secara realistis dengan mempertimbangkan 4 syarat sustainable. Pertama, BRI memiliki sumber pertumbuhan melalui holding ultra mikro yang tumbuh 14 persen.

Baca Juga:UMKM Serap 119,6 Juta Tenaga Kerja, BRI Ambil Peran Melalui Pemberdayaan 

Selanjutnya, agar perseroan tetap sustainable, penggelontoran kredit perlu mempertimbangkan kecukupan modal yang dilihat melalui capital adequacy ratio (CAR).

“Kalau lihat CAR kami, secara group 26 persen dan BRI saja 24 persen,” jelas Sunarso. Lebih lanjut, Sunarso menegaskan syarat ketiga dalam memacu pertumbuhan kredit harus memiliki likuiditas yang stabil atau LDR di bawah 90 persen.

“Keempat, [perseroan] bisa sustain apabila pertumbuhan berkualitas. pertumbuhan kredit yang berkualitas tercermin dari kehati-hatian kita dalam menerapkan risk management mengelola portofolio kredit,” tambah Sunarso.

Sementara, BRI telah menyiapkan pencadangan kredit terhadap NPL sebesar 278 persen. “Empat syarat sustain sudah terpenuhi maka kita berikan guideline [kredit] 9 hingga 11 persen,” ujarnya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif