Bisnis
Selasa, 17 Januari 2023 - 20:23 WIB

Tak Hanya Pabrik dan Gudang, Hotel di Solo Juga Marak Dijual

Maymunah Nasution  /  Ika Yuniati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi kamar hotel. (Freepik)

Solopos.com, SOLO — Hotel menjadi salah satu properti yang marak dijual lewat beberapa platform jual beli online.

Dilansir dari situs 99.co/id, ada sejumlah hotel di Solo yang dijual, salah satunya adalah Hotel Grand Sae Boutique yang beralamat di Jl. Samratulangi No. 18, Kerten, Kecamatan Laweyan, Solo.

Advertisement

Hotel yang termasuk jaringan Pose In tersebut dijual dengan harga Rp48 miliar. Iklan di 99.co/id mencantumkan tulisan nego yang berarti harga jual hotel masih bisa ditawar, serta nilai angsuran per bulannya dimulai dari Rp400 juta.

Selain Hotel Grand Sae Boutique, hotel lain yang dijual adalah Agas Internasional Bintang 3 Solo di Jl. Doktor Moewardi No. 44, Mangkubumen, Kecamatan Banjarsari, Solo. Hotel ini dijual Rp180 M.

Advertisement

Selain Hotel Grand Sae Boutique, hotel lain yang dijual adalah Agas Internasional Bintang 3 Solo di Jl. Doktor Moewardi No. 44, Mangkubumen, Kecamatan Banjarsari, Solo. Hotel ini dijual Rp180 M.

Hotel Djayakarta di Jl. Monginsidi No. 106, Kestalan, Kecamatan Banjarsari, Solo, yang hanya berjarak 210 meter dari Stasiun Solo Balapan juga dijual di kedua lapak online tersebut.

Harga jual hotel ini sebesar Rp33 M dengan cicilan Rp275 juta per bulan.

Advertisement

Solopos.com masih menunggu konfirmasi dari pihak GM Pose In Hotel yang masih 1 jaringan dengan Hotel Grand Sae Boutique.

Sistho A Srestho, pejabat humas Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia sebelumnya mengatakan keputusan investor banyak mempengaruhi kondisi ini.

“Investasi perhotelan adalah investasi jangka panjang yang besar dan membutuhkan modal banyak. Tidak jarang pihak bank digandeng dalam investasi tersebut, dan realitanya meskipun okupansi baik yang sejalan dengan tingkat pendapatan yang baik di beberapa momen tertentu mungkin tidak memberi dampak besar bagi investor dalam membayar bunga bank untuk investasi properti,” jawabnya saat dihubungi Solopos.com Selasa (10/1/2023).

Advertisement

Selanjutnya pria itu mengatakan kemungkinan para investor menganggap investasi properti seperti hotel saat bukan peak season atau liburan ternyata biasa saja, atau memang karena ingin dijual kembali.

“PHRI tidak bisa melarang atau mencegah penjualan hotel karena ini semua kembali ke bisnis. Kami hanya bisa mengingatkan bagi calon investor saat melirik bisnis hotel atau penginapan sebaiknya lakukan studi kelayakan terlebih dahulu. Bisnis hotel ini sifatnya jangka panjang, tidak bisa mengharapkan keuntungan didapat dengan cepat,” tambahnya.

Sistho juga memberi masukan bagi pemilik hotel di Solo keuntungan bisa didapat dari mempelajari pasar.

Advertisement

“Hotel, restoran, mall, rumah makan, butik, toko itu termasuk dalam dunia hospitality yang menjual jasa melayani tamu. Kepuasan pelanggan adalah penilaian utama, sehingga sebaik apapun properti dan fasilitasnya, jika tamu belum puas dan nyaman maka bisnis tersebut akan ditinggalkan,” paparnya.

“Alangkah baiknya terus memantau perkembangan karakter, budaya, dan permintaan tamu setiap saat. Permintaan tamu selalu berubah dan up to date dengan teknologi dan digitalisasi. Digitalisasi di sini sangat penting, sehingga jika pelaku bisnis hotel stuck dan tidak punya inovasi ya siap-siap saja ditinggalkan,” tambah pria itu Selasa (10/1/2023).

“Kemudian, selalu belajar dan cari cara untuk terus mengembangkan produk. Tidak melulu investasi yang besar, tapi selalu lihat keinginan tamu, peka terhadap keinginan mereka, kemudian pantau pasar, bagaimana shifting market berjalan, seperti apa harga yang bisa diterima, pricing management, itu yang harus dipelajari,” ujar Sistho.

Sistho juga mengatakan pelaku bisnis hotel jangan pernah nyaman dengan satu hal, karena dunia hospitality selalu berkembang.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif