SOLOPOS.COM - Ilustrasi Inflasi. (Freepik)

Solopos.com, SOLO — Pengamat Ekonomi Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, Bhimo Rizky Samudro menguraikan proyeksi pertumbuhan ekonomi pada 2024 secara umum sebesar 2,5% hingga 2,7%.

Dia menguraikan pada mulanya proyeksi pertumbuhan ekonomi dari AFF sebesar 3% hingga 3,5%. “Tapi kemudian terkoreksi menjadi 2,5% hingga 2%,” ujar Bhimo saat dihubungi Solopos.com, pada Senin (11/12/2023).

Promosi Layanan Internet Starlink Elon Musk Kantongi Izin Beroperasi, Ini Kata Telkom

Bhimo menyebut ada beberapa faktor pendorong pertumbuhan ekonomi, misalnya kondisi negara-negara besar, terutama Tiongkok yang mengalami krisis real estate.

Menurutnya Tiongkok mengalami penurunan harga-harga properti menurun cukup drastis hingga 13% dari harga normal. Padahal, kontribusi sektor real estate kepada pertumbuhan ekonomi hampir mencapai 15%.

“Yang menjadi mendasar adalah ketika orang mau beli rumah, pastinya dia akan pinjam dana dari bank. Banyak kredit-kredit macet yang mungkin, terjadi harga mulai menurun sehingga enggak laku. Dan orang sudah terlanjur bayar, terlanjur cicil,” tambah dia.

Bhimo menguraikan permasalahan perbankan yang mengalami kredit macet atau gangguan keuangan ini berpengaruh pada performa pertumbuhan ekonomi.

“Ini yang membuat krisis boleh katakan dari sektor real estat kemudian bergerak ke perbankan. Ini membuat Tiongkok berusaha mempertahankan posisinya sebagai negara kuat di Asia yang kemudian mereka bisa boleh katakan menguasai investasi-investasi di negara-negara berkembang di Asia maupun di Asia Selatan,” tambah dia.

Menurut dia, Indonesia harus bisa mewaspadai pola yang terjadi di Tiongkok.

Bhimo menyebut di Tiongkok menerapkan modern money theory yang setiap pengeluaran pembangunan harus diukur secara presisi. Tujuannya agar tidak terjadi kenaikan harga atau inflasi.

Namun, hal itu berakibat pada penurunan harga di sektor real estate yang berdampak ke sektor finansial atau perbankan.

Ada beberapa aspek yang harus diwaspadai pada sektor real estate. Misalnya pembiayaan berkelanjutan, utang-utang eksternal negara, serta perbankan dan jasa keuangan.

Selain itu, hilirisasi yaitu pengolahan pertambangan yang mulanya bersifat ekstraktif kemudian diarahkan kepada hilirisasi industri.

“Yang perlu diperhatikan, adalah sektor infrastruktur, real estate, dan hilirisasi di sektor industri yang bisa berjalan baik,” kata dia.

Sektor finansial dan perbankan diyakini Bhimo cukup prospektif pada 2024.

“Jadi boleh dibilang memang sektor jasa keuangan, sektor finansial itu dominan ya apalagi di era digital. Tapi di sisi lain ketika tidak terjadi keseimbangan, tidak ada sektor industri riil juga menjadi warning bagi kita,” pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya