SOLOPOS.COM - Ilustrasi Inflasi. (Freepik)

Solopos.com, SOLO — Kalangan pengusaha menyebut pertumbuhan ekonomi pada 2024 cukup landai karena memasuki tahun politik.

Hal ini diungkapkan oleh Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Kabupaten Karanganyar, Edy Darmawan saat dihubungi Solopos.com, pada Senin (11/12/2023).

Promosi Telkom dan Scala Jepang Dorong Inovasi Pertanian demi Keberlanjutan Pangan

“Tahun depan merupakan tahun politik, proyeksi ekonomi menurut saya landai-landai saja,” ujarnya.

Lebih lanjut Edy menguraikan sektor manufaktur secara umum masih kesulitan untuk bangkit di wilayah Soloraya. “Masih dalam posisi bertahan,” tambah dia.

Wakil Sekretaris Apindo Kota Solo, Sri Saptono Basuki mengaku belum bisa melakukan proyeksi untuk 2024 mendatang. Menurut Basuki, hal tersebut baru bisa dilakukan seusai Pemilihan Umum (Pemilu) 2024.

“Tetapi banyak terjadi ekses geopolitik global yang juga berdampak,” ujar Basuki.

Misalnya, lanjut Basuki, adalah kondisi geopolitik antara Palestina dengan Israel berkembang membuat isu yang juga membuat bisnis Indonesia ikut goyah, misalnya sektor ritel.

“Mitigasi tetap terjadi, industri perbankan bila tidak mengambil sikap akan bikin berat bagi pertumbuhan ekonomi,” tambah dia.

Menurut Basuki Indonesia tidak biaa hanya mengandalkan invetasi yang masuk. “Nyatanya juga slow,” kata Basuki.

Dilansir dari ekon.go.id, dunia masih terus dibayangi berbagai risiko dan ketidakpastian.

Mulai dari risiko pertumbuhan ekonomi Tiongkok yang melemah, harga komoditas yang volatile, geopolitik perang Ukraina-Rusia dan konflik Palestina-Israel, fragmentasi ekonomi (antitesis dari integrasi ekonomi).

Adanya ancaman El Nino dan perubahan iklim, risiko debt-distress, kontraksi PMI Manufaktur global, serta meningkatnya harga minyak dunia.

Pertumbuhan ekonomi global masih lemah dan melambat serta tidak merata, 2023 diperkirakan hanya tumbuh 2,9% dan 2024 menurun ke 2,8%.

Kondisi perlambatan ekonomi global ini akan meningkatkan risiko terhadap pencapaian pertumbuhan ekonomi Indonesia di Q4 2023.

Untuk 2024, peningkatan risiko global diperkirakan juga akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Indonesia yang ditargetkan mampu mencapai 5,2%.

Indonesia memiliki fundamental ekonomi yang baik, sebab pertumbuhan ekonomi nasional mampu mencatatkan angka di atas 5% selama tujuh kuartal berturut-turut.

Inflasi Indonesia pada September 2023 mampu terjaga di level 2,28% (yoy) dan menjadi yang terendah sejak Februari 2022.

PMI Manufaktur masih terus di level ekspansif, optimisme masyarakat dari sisi IKK masih cukup tinggi, dan Indeks Penjualan Riil yang masih tumbuh positif, serta Neraca Perdagangan pada September 2023 yang masih surplus sebesar USD3,42 miliar, melanjutkan surplus selama 41 bulan berturut-turut.

“Perlambatan ekonomi dunia dan berbagai risiko serta ketidakpastian global, berpotensi akan meningkatkan risiko bagi pencapaian target pertumbuhan ekonomi Indonesia di Q4 2023 dan di tahun 2024,” ungkap Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto.

Guna mencapai target pertumbuhan ekonomi di kisaran 5,3% (yoy) pada 2023, kebutuhan investasi yang diperlukan diperkirakan sebesar Rp6.189,10 triliun.

Dengan mayoritas porsi investasi dari masyarakat sebesar 84,7%, kemudian dari Pemerintah sebesar 9,7%, dan selebihnya dari Badan Usaha Milik Pemerintah.

Sementara itu, untuk meraih target pertumbuhan ekonomi 5,2% (yoy) pada 2024, kebutuhan investasi yang diperlukan dari berbagai pelaku ekonomi yakni berada pada kisaran Rp6.900 triliun.

Jika dilihat dari sumber investasinya, kebutuhan tersebut dapat dipenuhi dari investasi Pemerintah, perbankan, pasar modal, capital expenditure BUMN, penanaman modal, serta internal pendanaan korporasi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya