Bisnis
Jumat, 17 Mei 2024 - 20:43 WIB

Catatan Dekranas di Solo: Kolaborasi Jadi Kunci Penting Pengembangan UMKM

Redaksi Solopos.com  /  Anik Sulistyawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Para narasumber memaparkan materi dalam Bincang Dekranas: Sinergi dan Kolaborasi Stakeholder dalam Transformasi Perajin yang Berdaya Siang dalam Era Digital, di Mangkunegaran, Solo, Jumat (17/5/2024).(Solopos.com/Bayu Jatmiko Adi)

Solopos.com, SOLO – Kolaborasi dinilai menjadi kunci penting dalam pengembangan UMKM di era saat ini. Melalui kolaborasi antar stakeholder, diharapkan pendampingan bisa mengaver lebih banyak pelaku UMKM yang jumlahnya kian meningkat.

Kepala Dinas Koperasi, UKM dan Perindustrian Kota Solo, Wahyu Kristina, dalam Bincang Dekranas: Sinergi dan Kolaborasi Stakeholder dalam Transformasi Perajin yang Berdaya Siang dalam Era Digital, di Mangkunegaran, Solo, Jumat (17/5/2024), menyampaikan pentingnya kolaborasi tersebut.

Advertisement

“Bicara pengembangan artinya bicara komitmen. Ada komitmen yang besar dari Pemkot Solo untuk meningkatkan UMKM yang ada di Kota Solo. Komitmen tersebut diwujudkan melalui kebijakan dan fasikitasi yang kami berikan, termasuk di situ ada kolaborasi,” kata dia.

Menurutnya pemberdayaan UMKM tidak bisa hanya menunggu pergerakan dari pemerintah saja. Dia mengatakan setiap instansi, setiap pihak memiliki peran penting dalam pengembangan UMKM. Bahkan menurutnya program mengembangkan dan memberdayakan UMKM, ketika hanya mengandalkan APBD itu tidak cukup. Untuk itu perlu adanya disinergi dengan berbagai pihak.

Disebutkan jika saat ini di Solo terdapat lebih dari 13.000 pelaku UMKM. Jika hanya mengandalkan APBD untuk melakukan pembinaan secara menyeluruh, akan sulit. Sebab untuk memggelar pelatihan dengan APBD, dalam setahun rata-rata hanya cukup untuk 30, 50 atau 100 peserta saja.

Advertisement

“Maka di sini perlu kolaborasi dengan berbagai pihak. Kami banyak dibantu perbankan, Bank Indonesia (BI), Pertamina, Pelindo dan sebagainya,” lanjut dia.

Di sisi lain, Pemkot Solo telah membuat suatu kebijakan dalam upaya pengembangan UMKM tersebut. Salah satunya dengan mendorong terselenggaranya banyak event di Solo. Setiap satuan perangkat didorong untuk memiliki satu event nasional atau internasional. Sebab dengan event itu ekonomi di kota akan bergerak.

Vice President CSR & SMEPP Management PT Pertamina(Persero), Fajriyah Usman, menceritakan terkait upaya Pertamina yang juga turut aktif membina UMKM.

“Bicara mengenai kolaborasi, sebenarnya ini merupakan kewajiban bagi kami di Pertamina. Kami di Pertamina, tidak hanya bertanggung jawab menyediakan energi seperti BBM maupun LPJ, namun Pertamina juga berkomitmen mendorong bergerakan perekonomian nasional. Salah satu yang dijalankan adalah pembinaan pada UMKM,” jelad dia dalam acara tersebut.

Advertisement

Mengenai pembinaan kepada UMKM, Pertamina juga berkomitmen menjalankan empat akses kepada para UMKM. Pertama adalah akses kepada kompetensi. Ini menyangkut bagaimana Pertamina memberikan berbagai pelatihan pendamingan usaha dan lainnya kepada UMKM. Dikatakan jika saat ini Pertamina meluncurkan kegiatan UMK Akademi. Dimana UMK Akademi itu merupakan salah satu kegiatan untuk memastikan UMKM itu terus bisa naik kelas.

Kedua yakni akses marketing, atau pemasaran yang lebih luas. “Itu sebabnya kami sangat apresiasi kepada kolaborasi dari Dekranas melalui berbagai event termausk hari ini sehingga memberikan keempatan kepada pelaku UMKM termasuk binaan Pertamina untuk bisa memasarkan produknya ke daerah yang lebih luas lagi,” lanjut dia.

Ketiga adalah akses kepada funding. Dimana seluruh BUMN sejak 2022 menyalurkan pembiayaan UMK kepada BRI. Dalam dua tahun terakhir, Pertamina telah menitipkan dana UMK untuk disalurkan pada UMKM lebih dari Rp300 miliar.

Akses berikutnya yakni akses kepada networking. Salah satunya sinergi atau kolaborasi dengan stakeholders. Dia mengatakan terkait kolaborasi tersebut, Pertamina mengenal dengan istilah kolaborasi pentahelix. Dimana kolaborasi tersebut melibatkan pemerintah, bisnis, komunitas, media dan akademisi.

Advertisement

Division Head Pelayanan SDM dan Umum Regional 3 PT Pelindo (Persero), Juju Juarsih, juga mengatakan hal yang tak jaub berbeda. Dimana sebagai BUMN, Pelindo juga memiliki program TJSL, dimana sebagai kegiatan prioritasnya yakni menyasar pendidikan, lingkungan dan perekonomian yakni pembinaan UMK.

“Pelindo saat ini memiliki sekitar 11.000 mitra binaan. Untuk di Jateng ada sekitar 780 lebih. Program yang dijalankan Pelindo dalam mengangkat UMKM lebih fokus pada pengembangan. Salah satunya adalah program maritimpreneur,”  ujar Juju.

“Di sini kami juga kolaborasi dengan berbagai pihak, termasuk akademisi, BUMN lain, BUMD maupun NGO. Kami kolaborasi mengembangkan berbagai produk mereka [UMKM],” lanjut dia.

Sementara itu Kepala Kantor Perwakilan BI Solo, Dwinyanto Cahyo Sumirat, menyampaikan mengengenai potensi UMKM, jika melihat yang terjadi di Solo saja, telah menunjukkan peran positif dalam melindungi ekonomi bangsa.

Advertisement

Telah terjadi lonjakan besar darinsisi jumlah UMKM di Solo pada periode 2021-2022. Dimana pada 2021 jumlah UMKM berdasarkan data yang ada sekitar 3.600 UMKM. Namun pada 2022 melonjak menjadi 11.100 UMKM. Sebelum akhirnya pada 2023 menjadi sekitar 13.200 UMKM.

Menurutnya peningkatan itu bisa diterjelahkan karena adanya peralihan dari perusahaan-perudahaan besar yang terkena dampak Covid-19. Dengan begitu ada pengurangan SDM dan sebagainya di perusahaan. Jika melihat data yang ada, ada kemungkinan SDM yang dirumahkan tersebut larinya ke UMKM.

“Artinya UMKM bisa menjadi bantalan penyelamat ekonomi kita. Saat banyak perusahaan gulung tikar atau pengurangan jumlah produksi, yang bisa menampung SDM ya UMKM. Ini luar biasa, maka UMKM digarap secara serius oleh pemerintah,” kata dia.

Begitu juga masalah kredit untuk UMKM yang terus didorong pemerintah dan Bank Indonesia. Dimana saat ininada regulasi yang mewajibkan kredit perbankan untuk UMKM minimal 30% pada Juni 2024.

“Untuk itu perbankan kami dorong kredit umkm bisa memenuhi target tersebut,” lanjut dia.

Namun di luar pembiayaan, masih banyak isu yang berkembang di sektor UMKM gang masih perlu mendapat perhatian. Pertama, menyangkut standarisasi dan kapasitas. Misalnya ketika jumlah pesanan meningkat, masalah kualitas produk tiba-tiba muncul.

Advertisement

Hal itu menuritnya bisa dikembangkan melalui pembentukan kelompok UMKM sehingga pesanan yang meningkat drastis bisa digarap secara rombongan. Selanjutnya juga perlu perhatian memgenai inovasi produk untuk bisa memperluas pasar.

 

 

 

 

 

 

 

 

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif