SOLOPOS.COM - Gelaran Sustainable Muslim Fashion ISEF pada 2020 lalu. (JIBI/Bisnis Indonesia)

Solopos.com, SOLO — Fesyen merupakan salah satu bentuk aktualisasi diri yang dipengaruhi tren dan zaman. Perputaran yang dinamis hingga munculnya fenomena fast fashion  berdampak negatif bagi lingkungan.

Hingga akhirnya muncul kampanye sustainable fashion. Ketua Nasional Indonesian Fashion Chamber (IFC), Ali Charisma menjelaskan sustainable fashion bukan sekadar tren.

Promosi Telkom Apresiasi Wahyu, Warrior Telkom Akses yang Viral karena Bantu Petani

Menurutnya, konsep fesyen berkelanjutan merupakan perubahan yang akan menjadi pondasi produsen dan konsumen. Sehingga, pola hidup juga harus mengikuti etika lingkungan.

Menurut Ali, harga produk ramah lingkungan juga telah bersaing seiring banyak orang yang mengembangkan konsep ini.

“Ke depan konsep sustainability fashion [sustainable fashion] bukan sekadar branding tetapi realita yang dijalankan dari produsen dan pengguna produk. Jadi yang step by step yang riil dan jujur,” terang Ali kepada Solopos.com, Rabu (13/9/2023).

Ia menilai Indonesia cukup terlambat menyadari dampak fast fashion karena hal ini telah disadari oleh masyarakat Eropa 20 tahun yang lalu.

Oleh sebab itu, menurut dia, konsepsi fesyen yang sustain harus sesegera mungkin disadari oleh masyarakat Indonesia.

Ali menilai salah satu cara menyukseskan fesyen berkelanjutan adalah dengan memperkuat brand lokal. Ali juga menilai saat ini permintaan pasar akan produk ramah lingkungan makin tinggi.

Dosen Keahlian Ilmu Tekstil Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, Endang Sri Handayani, menguraikan fesyen berkelanjutan merupakan kebutuhan. Kebutuhan untuk menjawab permasalahan lingkungan akibat dari limbah atau sampah industri fesyen dunia.

“Sebuah kesadaran baru pada industri fesyen dalam merespons isu-isu pemanasan pemanasan global, sustainable fashion tidak adanya bedanya dengan konsep-konsep pengelolaan limbah,” terang Endang beberapa waktu lalu.

Jadi, lanjut dia, hal ini merupakan gerakan membangun kesadaran untuk masyarakat dan industri lebih peduli pada apa yang dibuat dan digunakan.

Ketika gerakan tersebut akhirnya menjadi tren, menurut Endang, hal ini sudah menjadi concern bagi produsen dan masyarakat.

Endang menguraikan zero waste merupakan salah satu dari aktivitas yang mengacu pada konsep sustainable fashion. Melalui cara meminimalkan sampah sisa produk fesyen dari skala rumahan dan industri.

Menurut Endang kesadaran mengenai fesyen berkelanjutan perlu digalakkan. “Mengingat sebagian besar produk fesyen berbahan sintetis yang sifatnya sulit terurai,” tambah dia.

Ia juga menyebut fast fashion menjadi penyebab konsep fesyen berkelanjutan harus dikampanyekan. Sebab, fashion murah dan tren yang cepat berubah membuat banyak sampah di lemari pakaian.

Salah satu pelaku usaha yang menerapkan konsep fesyen ramah lingkungan adalah Endang Wilujeng. Pemilik Omah Batik Sekar Turi pada Minggu (10/9/2023) menjelaskan produk ramah lingkungan bukan gaya hidup atau mengejar tren bisnis.

Tapi lebih kepada komitmen pelaku usaha dalam mengembangkan produk ramah lingkungan. Ia menjelaskan tujuan utama konsep fesyen berkelanjutan yakni mengurangi dampak negatif dari industri fashion terhadap lingkungan.

Saat ini, lanjut dia, batik bukan hanya sebagai produk budaya tapi lebih berkembang menjadi produk budaya ekonomi.saya rasa kita harus terus konsisten dalam membuat batik yg ramah lingkungan.

“Saya rasa kita harus terus konsisten dalam membuat batik yang ramah lingkungan. Lingkup segmen pasar saat ini sangat memahami bahwa produk yang kami kembangkan sesuai dengan nilainya. Dan kebanyakan konsumen sangat memahami kenapa harga begitu berbeda,” terang dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya