SOLOPOS.COM - Suasana kedai atau kafe Surakartea di Baluwarti, Pasar Kliwon, Solo, Jumat (13/10/2023). (Solopos.com/Dhima Wahyu Sejati)

Solopos.com, SOLO — Di tengah maraknya coffee shop dan kegemaran anak muda di Solo terhadap kopi. Terdapat satu kedai teh yang berusaha menantang arus. Kedai teh itu bernama Surakartea yang bertempat di Jl. Tamtaman III, Baluwarti, Kec. Ps. Kliwon, Kota Solo.

Owner Surakartea, Yusuf Haikal, ketika berbincang dengan Solopos.com, menceritakan ide awal mendirikan kedai teh di tengah kegemaran masyarakat terhadap kopi itu. Ide mendirikan kedai teh bermula ketika pandemi atau sekitar September 2020. Di tengah banyaknya kegiatan yang mandek karena pembatasan, maka Heikal dan tiga temannya mencetuskan ide mendirikan bisnis teh.

Promosi Sistem E-Katalog Terbaru LKPP Meluncur, Bisa Lacak Pengiriman dan Pembayaran

“Kenapa pilih teh, ya karena kita punya prinsip untuk membuka usaha yang antimainstream, tidak sama dengan yang lain,” kata Heikal ketika ditemui Solopos.com di Surakartea, Jumat (13/10/2023) malam. Ide itu tercetus lantaran melihat di Solo sendiri sudah sangat banyak Coffee Shop namun masih sangat jarang ada teh. Padahal, menurutnya budaya minum teh malah lebih dekat dengan orang Jawa.

“Karena kedekatan dengan teh, kita mikir kalau teh bagaimana, kita juga sudah baca-baca dan optimis juga bahwa teh itu bisa sebesar kopi sekarang,” kata dia. Namun lantaran masih minimnya model bisnis kedai teh di Solo, hal itu membuatnya kesulitan menentukan konsep kedai mau seperti apa. Dia harus riset terlebih dahulu dan memakan waktu cukup lama yakni satu tahun.

“Prosesnya panjang karena survei juga ke beberapa kedai teh di luar Solo, terutama Jogja. Terus menunggu pandemi reda,” kata dia.

Hingga akhirnya baru buka 6 November 2021. Meski studi bandingnya ke Jogja, dia mengaku membuat konsep kedai yang berbeda dengan daerah istimewa itu. Menurutnya kedai teh yang dia kunjungi kebanyakan menyajikan teh oplos yang sudah ada di pasaran.

“Kita maunya anti mainstream, kita maunya teh yang di Surakartea itu tidak bisa ditemukan di rumah, kalau mau minum teh seperti punya kita ya hanya bisa di sini,” lanjut dia. Untuk menghadirkan teh yang rasanya berbeda dan berkualitas dia mengambil varian teh dari berbagai daerah dan tidak mudah ditemukan di pasaran.

Beberapa ada pula yang langsung diambil dari petaninya langsung. “Teh kita ada yang berasal dari Wonosobo, Bandung, Kemuning,” kata dia.

Meski kebanyakan teh berasal dari luar daerah, dirinya juga masih mempertahankan cita rasa teh khas Solo yang terkenal dengan rasanya yang wangi, panas, sepet, legi, dan kental alias Wasgitel. “Maka kita tetap ada teh oplosan khas Solo, yang kita beri nama Solo Tea. Tapi rasanya tentu beda ya dengan yang ada di pasar, kita pake sekitar tujuh merek teh yang masing-masing sudah ditakar,” kata dia.

Selain itu terdapat teh signature atau teh asli racikan dari Surakartea sendiri. Salah satunya, adalah teh jenis tisane yang diberi nama Refreshing Purple. Berasal dari campuran  lavender, telang, dan rosella.

Berbeda dari teh biasa, tisane merupakan teh herbal yang berasal dari bahan alami yakni tanaman herbal dan tanaman selain teh. Maka rasa dan warna bakal berbeda dari teh pada umumnya lantaran tidak ada campuran teh sama sekali. Refreshing Purple sendiri berwarna ungu dengan rasa dominan kecut tapi menyegarkan. Rasa segar itu berasal dari lavender.

Lalu ada juga teh asli racikan Surakartea, yang diberi nama Aromatic Bluesky. Teh itu merupakan campuran dari green tea, lavender, dan telang, Perpaduan tiga bahan itu menghasilkan warna biru dengan rasa sepet, pahit, dan segar. Baik Refreshing Purple dan Aromatic Bluesky, keduanya merupakan pilihan favorit pelanggan.

Tidak Mudah Melawan Arus

Tentu tidak mudah melawan arus. Terlebih di tengah kegemaran anak muda ke kedai kopi, cukup sulit memperkenalkan varian teh khusus ke masyarakat. Selama ini teh yang digemari adalah teh di angkringan dengan harga yang lebih murah.

“Ini kita punya tantangan besar sebenarnya. Kita mengenalkan teh itu ada berbagai macam, ada black tea, green tea, white tea, red tea, ada tisane. Jadi kita berusaha melawan stigma teh itu Rp3000 dapat satu plastik,” kata dia.

Dia mengatakan masih banyak pengunjung kebingungan mau pesan apa. Sebab, hampir semua teh yang tertulis di buku menu terasa asing. Maka peramu teh dan bagian kasir juga harus mau menjelaskan dan membantu pelanggan.

“Cukup sulit juga [memperkenalkan teh], bahkan sampai saat ini ada beberapa jenis teh yang jarang keluar [dibeli pelanggan] karena rasanya yang tidak terlalu disukai,” kata dia.

Yang kurang disukai salah satunya adalah teh Oolong. Hal ini lantaran rasanya cukup pahit meski dari segi khasiat justru menyehatkan untuk badan. Lalu jenis teh white tea juga jarang diminati lantaran rasanya yang tipis dan tidak terlalu kental.

Harga Terjangkau

Harga teh yang dijual di Surakartea cukup terjangkau. Setiap varian berbeda harga. Dijual mulai dari Rp8.000 sampai yang paling mahal Rp18.000. Pengunjung juga bisa memilih disajikan dalam gelas atau poci. Tidak hanya hangat, bisa juga disajikan dengan es.

Tempatnya yang berdekatan dengan Keraton Solo itu menambah daya tarik. Terlebih konsep bangunan kedai teh Surakartea berbentuk Lodji perpaduan gaya arsitektur Jawa dan Belanda membuat nyaman dan terkesan vintage. 

Salah satu warga asal Kartasura, Tiwi, mengatakan sudah cukup sering datang ke kedai itu. Menurutnya, meski tempatnya cukup masuk ke kampung, namun suasananya yang tenang membuatnya betah berlama-lama duduk sambil santai.

“Suasananya enggak berasa kafe tapi kaya main ke rumah temen aja. Menurutku, ini bagus karena bikin betah. Rasa teh nya unik-unik dan banyak pilihan. Paling suka yang refreshing purple rasanya asem, sepet, manis, seger dan kalau di tambah gula makin tambah kompleks,” kata dia.

Meski sulit pada awalnya, namun usaha Surakartea menentang arus membuahkan hasil. Kini setidaknya secara perlahan omzet kedai itu terus naik. Haikal tidak menyebut nominal, namun dia menyebut dalam sehari bisa menjual rata-rata 60 sampai 70 teh (gelas dan poci).



Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya