SOLOPOS.COM - Ilustrasi lowongan kerja. (JIBI/Solopos/Dok.)

Solopos.com, SOLO — Beberapa anak muda di Soloraya mengatakan saat ini kian sulit mencari pekerjaan yang sesuai dengan kriteria yang diinginkan.

Mereka menyebut, meskipun lowongan yang diberikan banyak, namun sering tidak sesuai antara beban kerja dengan jumlah pendapatan.

Promosi Telkom dan Scala Jepang Dorong Inovasi Pertanian demi Keberlanjutan Pangan

Para pelamar kerja juga menyebut beberapa kali terpaksa menolak pengerjaan karena gaji yang tidak sesuai. Rata-rata mereka menunggu enam hingga 15 bulan untuk bisa mendapatkan panggilan tes atau wawancara pekerjaan.

Salah satu pencari kerja yang baru saja melakukan wawancara dengan sebuah perusahaan, Arka Dimas, 22. Warga Jatinom, Karanganyar yang baru saja lulus dari salah satu kampus swasta di Solo ini mengatakan menunggu enam bulan sejak diwisuda agar mendapatkan panggilan tersebut.

“Mencari kerja sekarang cukup sulit, karena beberapa perusahan spesifik meminta jurusan tertentu, sedangkan bagi jurusan yang kurang familiar akhirnya sulit mendapatkan panggilan kerja. Saya sudah melamar ke banyak perusahaan mungkin 10 perusahaan ada, tapi baru dipanggil sekarang ini,” kata dia saat ditemui Solopos.com, Jumat (20/10/2023).

Bagi Arka, selain sulit mendapatkan pekerjaan, memiliki gaji yang layak juga menjadi tantangan. Menurutnya, sulit memenuhi kebutuhan dengan upah minimum kabupaten/kota (UMK) di Soloraya yang berkisar di angka Rp2 juta. 

“Sekarang misalkan saya dapat Rp2,3 juta per bulan, tentu enggak cukup sama sekali. Saya kan bekerja juga ingin membantu orang tua secara ekonomi, misalkan gaji hanya segitu, apa bedangan lulusan sarjana dengan buruh,” kata dia.

Pengalam serupa juga dikatakan oleh warga Mojosongo, Boyolali Aditya Kurniawan, 23, yang baru saja diterima di salah satu pabrik di Klaten. Ia menyebut, saat ini sulit mendapatkan pekerjaan dengan gaji yang layak bagi lulusan sarjana. Aditya mengatakan sudah melamar di banyak perusahaan yang bergerak di bidang industri.

“Saya lulsan Teknik Industri, jadi mencari yang sesuai dengan jurusan saya ketika kuliah. alhamdulillah memang baru saja diterima di pabrik dekat rumah. Tapi, memang tantangannya saat ini mencari pekerjaan yang layak secara beban kerja dan gaji. Beberapa waktu lalu saya dapat pekerjaan welding di daerah Sukoharjo, gajinya hanya Rp2,5 juta bersih, padahal itu buat beli bensin ya otomatis sudah habis. Beban kerjanya juga berat, delapan jam enam hari kerja dan masuk pukul 07.00 WIB, akhirnya enggak saya ambil,” jelasnya.

Menurutnya, saat ini gelar sarjana seakan sulit mendapatkan pekerjaan dan seolah sama dengan buruh lulusan SMK.

“Serba salahnya, kalau lulusan sarjana dihargainya sama seperti lulusan SMK, saya bahkan harus menunggu sekitar satu setengah tahun agar dapat pekerjaan yang sesuai. Ambil gelar Magister, perusahaan akhirnya minder dengan gelar dan enggak jadi kerja juga ujung-ujungnya. Sebenarnya misalkan Sarjana gaji di atas Rp3,5 juta kalau di Soloraya itu sudah layak, jadi enggak mepet UMK,” tegasnya.

Cerita berbeda dirasakan oleh warga Jaten, Karanganyar yang berprofesi sebagai buruh, Bagus Catur Pamungkas, 27. Menurutnya, sangat mudah mendapatkan kerja di daerah Soloraya dengan upah yang layak.

“Saya cuman lulusan SMA itu pun nilainya mepet. Jadi dapat pekerjaan sekarang yang bersyukur. Yang penting tekun, sama perusahaan juga enggak ngakali. Jujur dan ulet nanti kan ada rezekinya sendiri, perusahaan itu juga bisa menilai mana yang kinerjanya bagus,” jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya