SOLOPOS.COM - Eko Alif Muryanto selepas membuat sangkar burung berbahan dasar pipa paralon dan akrilik bekas di kediamannya daerah Mojosongo, Jebres, Solo. (Istimewa)

Solopos.com, SOLO — Salah satu pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) Solo, Eko Alif Muryanto, mengenang kali pertama dirinya bergabung menjadi binaan Rumah BUMN Solo yang dikelola Bank Rakyat Indonesia (BRI) pada 2017 silam.

Tahun itu menjadi titik balik perjalanannya sebagai pengusaha sangkar burung berbahan unik yakni daur ulang paralon atau pipa PVC dan akrilik bekas.

Promosi Telkom Apresiasi Wahyu, Warrior Telkom Akses yang Viral karena Bantu Petani

Berkat sejumlah pelatihan yang diikuti, Eko, kini terbilang sukses hingga beberapa kali mengekspor barang dagangannya ke Singapura dan Malaysia.

“Ya banyak manfaatnya ya Mbak. Sebelumnya hanya jualan di pasar [Pasar Burung Depok Solo], jadi tahu soal penjualan online sampai ada pembeli dari luar negeri,” kata Eko saat berbincang dengan Solopos.com, Jumat (1/3/2024).

Usaha Eko memanfaatkan bahan bekas ini juga pernah menyabet penghargaan BRIncubator Juara 3 Nasional 2018 dan Industri Innovation Awards pada 2021. Eko juga kerap dipercaya menjadi pembicara mewakili Rumah BUMN Solo yang dikelola oleh BRI.

Rumah BUMN Solo
Eko Alif Muryanto saat menjadi pembicara di Rumah BUMN Solo. (Istimewa)

Kisah suksesnya tak dimulai dengan mudah. Saat berbincang dengan Solopos.com, di kompleks Ngarsapura, Banjarsari, Jumat silam, Eko, mengatakan sudah lama jadi pengusaha. Sebelumnya dia berjualan spare part mobil bekas di Pasar Klitikan, Pasar Kliwon Solo.

Pada 2014 lalu dia baru mencoba usaha membuat sangkar burung dan akuarium berbahan pipa paralon dan akrilik bekas. Mengingat, dia tinggal di Mojosongo yang menjadi sentra perajin sangkar burung.

Selain unik, sangkar burung dari barang bekas tersebut tergolong awet karena tak mudah patah serta tahan hama rayap.

Pelatihan Marketing di Rumah BUMN BRI Solo

Membawa merek dagang Eank Solo, Eko, awalnya menjual produknya di Pasar Burung Depok, Banjarsari, Solo.

Tiga tahun kemudian, setelah mengikuti pelatihan dari Rumah BUMN Solo dia memulai jualan online baik via Facebook, Instagram, maupun sejumlah marketplace.

Salah satu pelatihan di Rumah BUMN Solo yang paling mengena, kata Eko, yakni soal digital marketing dan public speaking. Berkat kedua pelatihan itu dia bisa menjangkau lebih banyak pembeli hingga luar negeri.

“Sering dapat pelatihan marketing online. Dulunya ya gaptek enggak melek teknologi. Kemudian diajari bagaimana menggunakan FB adds, IG adds. Yang paling banyak nyantol di FB,” kata dia.

Berkat promosi melalui Facebook itu pula dirinya bertemu dengan pembeli dari Singapura. Pembeli tersebut bahkan sempat bertemu langsung dengan Eko di Rumah BUMN Solo.

“Dia [pembeli] mampir ke Rumah BUMN Solo sekalian cek kurungan burung saya,” ceritanya lagi.

Tak hanya itu, beberapa tahun lalu dia juga pernah mengakses pinjaman modal melalui KUR BRI sekitar Rp30 juta. Menurutnya pinjaman melalui KUR BRI cukup mudah dengan bunga ringan.

Sekarang ini, malah menurutnya lebih mudah karena para pengusaha kecil difasilitasi pinjaman tanpa agunan. “Kemarin istri sempat pinjam lagi, malah Rp50 juta enggak pakai agunan,” pujinya.

Omzet Meningkat

Eko mengakui omzetnya turut meningkat hingga 200% sejak berulangkali mendapatkan pelatihan. Dia bahkan pernah mendapatkan pesanan ratusan sangkar burung berbahan pipa paralon bekas dari pembeli di Singapura.

Satu sangkar burung berbahan pipa paralon bekas dia banderol minimal Rp550.000/pcs, sedangkan sangkar burung berbahan akrilik bekas dibanderol minimal Rp2,5 juta/pcs.

Dalam sebulan dia bisa memproduksi 30 pcs sangkar burung berbahan pipa paralon bekas, dan 10-15 sangkar burung berbahan akrilik.

“Kalau pegawai dulu ada empat. Sekarang sudah pada keluar. Kalau sudah bisa bikin sendiri memang saya dorong untuk keluar bikin usaha sendiri,” kata dia.

Meski sudah terbilang mahir, Eko, saat ini masih bergabung dengan Rumah BUMN Solo. Ketua perajin Mojosongo yakni Kompas Songo ini kerap diajak pameran maupun menjadi pembicara ke luar kota.

Berbagai Pelatihan di Rumah BUMN Solo

Koordinator Rumah BUMN Solo, Wachid Sedyo Prakoso, saat ditemui Solopos.com beberapa waktu lalu menyebut Eko memang menjadi salah satu pengusaha binaan mereka yang tergolong sukses.

Tak hanya Eko, Rumah BUMN Solo yang dikelola oleh BRI ini menaungi lebih dari 74.000 UMKM di Soloraya.



Wachid dan tim mendorong para UMKM binaannya bisa naik kelas dengan membuat sejumlah pelatihan. Rumah BUMN Solo juga kerap mengajak UMKM terpilih untuk mempromosikan produk mereka di sejumlah event pameran.

Pelatihan yang disiapkan cukup beragam. Mulai dari pelatihan marketing online, ekspor, hingga soal pembukuan keuangan untuk UMKM. “Goals-nya peningkatan kapasitas UMKM,” kata Wachid.

Menurut Wachid, jumlah UMKM yang bergabung dengan Rumah BUMN Solo ini terus bertambah. Usia rata-rata sekitar 30-40 tahun. Mayoritas berasal dari Solo, Sukoharjo, dan Karanganyar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya