SOLOPOS.COM - Ilustrasi nilai tukar rupiah. (Abdullah Azzam/JIBI/Bisnis)

Solopos.com, JAKARTA — Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS ditutup melemah pada perdagangan Kamis (17/11/2022) setelah keputusan naiknya suku bunga acuan sebesar 0,5 basis poin menjadi 5,25 persen dalam Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (RDG BI) 16-17 November 2022.

Berdasarkan data Bloomberg, rupiah mengakhiri perdagangan dengan pelemahan sebesar 0,40 persen atau 63 poin ke Rp15.662,50 per dolar AS. Sementara itu, indeks dolar AS terpantau naik 0,42 persen ke 106,73.

Promosi Telkom Apresiasi Wahyu, Warrior Telkom Akses yang Viral karena Bantu Petani

Di tengah pelemahan mata uang Garuda, mata uang di kawasan Asia juga turut terkoreksi. Mata uang won Korea Selatan terkoreksi 1,01 persen, dolar Taiwan melemah 0,15 persen dan peso Filipina terdepresiasi 0,01 persen. Selanjutnya, ringgit Malaysia terpantau melemah 0,19 persen, dan yuan China terdepresiasi 0,37 persen.

Direktur PT Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi, menjelaskan pergerakan rupiah pada hari ini utamanya dipengaruhi oleh keputusan Bank Indonesia (BI) yang menaikkan suku bunga acuan dalam Rapat Dewan Gubernur BI November 2022. Kali ini, BI mengerek BI 7-Days Repo Rate (BI7DRR) sebesar 50 basis poin (bps) menjadi 5,25 persen.

Selain mengerek suku bunga acuan, BI juga menaikkan suku bunga deposit facility sebesar 50 bps menjadi 4,5 persen dan suku bunga lending facility sebesar 50 bps menjadi 6 persen. Gubernur BI, Perry Warjiyo, mengatakan, keputusan BI dalam menaikkan suku bunga acuan ini sebagai langkah front-loaded, pre-emptive, dan forward looking dalam menurunkan ekspektasi inflasi yang saat ini terlalu tinggi dan memastikan inflasi inti kembali ke sasaran lebih cepat dari target.

Baca Juga: Resmi! BI Naikkan Suku Bunga Acuan BI7DRR, Tertinggi Sejak 6 Tahun Terakhir

“Selain itu, Gubernur BI juga menyebut peningkatan suku bunga acuan ini untuk memperkuat kebijakan stabilisasi nilai tukar rupiah agar sejalan dengan nilai fundamentalnya di tengah tingginya ketidakpastian pasar keuangan global dan makin kuatnya dolar AS,” jelas Ibrahim dalam laporannya.

Sementara itu, pemulihan ekonomi Indonesia terus berlanjut ditopang oleh konsumsi domestik dan investasi yang tumbuh dengan baik. Konsumsi domestik yang besar menyebabkan guncangan yang terjadi di tingkat global dapat diredam oleh solidnya ekonomi domestik.

Berdasarkan data terkini, meskipun ada ketidakpastian global namun ekonomi Indonesia mampu tumbuh, utamanya di antara negara-negara anggota G20 lainnya. Perekonomian Indonesia tumbuh sebesar 5,72 persen pada triwulan ketiga 2022 yang lalu setelah sebelumnya tumbuh 5,45 persen pada kuartal II/2022.

Baca Juga: Bupati Soroti Minimnya Petani Milenial, Hanya 10% dari Total Petani di Boyolali

Sementara itu, dari luar negeri, indeks dolar AS terpantau rebound pada hari Kamis karena data ritel AS yang kuat meragukan narasi baru-baru ini bahwa inflasi mundur dan suku bunga AS tidak perlu naik terlalu jauh. Sementara kasus Covid-19 yang memburuk di China juga mengurangi sentimen terhadap kawasan tersebut.

“Pernyataan hawkish dari pejabat Federal Reserve semalam juga meredam harapan untuk pergeseran Fed yang dovish,” jelasnya. Adapun, untuk perdagangan besok, Ibrahim memprediksi nilai tukar rupiah dibuka berfluktuatif namun ditutup melemah pada rentang Rp15.640 – Rp15.700.

Artikel ini telah tayang di Bisnis.com dengan judul Suku Bunga Acuan BI Naik Lagi, Rupiah Tetap Dihantam Keras Dolar AS.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya