SOLOPOS.COM - Antrean pengunjung Job Fair dan Career Expo 2023 di gedung Graha Wisata Niaga, Selasa (26/9/2023). (Solopos.com/Maymunah Nasution).

Solopos.com, SOLO — Ageism atau ageisme masih sangat terasa dalam dunia kerja di Indonesia, terutama dirasakan saat lowongan kerja dari suatu perusahaan membatasi umur calon pekerja.

Istilah ageism atau ageisme kali pertama digunakan oleh ahli gerontologi Robert N. Butler untuk menggambarkan diskriminasi terhadap orang yang lebih tua.

Promosi Layanan Internet Starlink Elon Musk Kantongi Izin Beroperasi, Ini Kata Telkom

Mereka yang berusia lebih tua dianggap sudah tidak produktif dan keahliannya tidak relevan dengan dunia pekerjaan saat ini.

Mengutip www.ageism.org, ageisme merupakan bias ketika seorang pekerja mendapatkan pandangan berbeda terkait umurnya. Sering kali, bias yang muncul yakni stigma soal menurunnya produktivitas seseorang setelah mencapai umur tertentu.

Bias yang lain yakni generasi muda dianggap memahami teknologi baru, seperti kecerdasan buatan atau ekosistem bekerja yang modern.

Anggota Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) Solo yang juga seorang edupreneur, Astrid Widayani, menganggap fenomena bias umur bagi pekerja perempuan merupakan sebuah stigma yang sudah tidak relevan.

“Secara fenomena memang seperti itu, tetapi di dalam dunia usaha dan industri sebenarnya sudah ada aturan juga untuk pekerja wanita, jadi menurut saya para pemilik usaha dan pelaksananya sudah memahami aturan terkait ketenagakerjaan wanita. Saya kira sudah tidak perlu terpacu dengan stigma itu,” ujar Astrid saat diwawancara Solopos.com di sela-sela Job Fair Career Expo di Graha Wisata Niaga, Laweyan, Solo, Selasa (26/9/2023) lalu.

Astrid menjelaskan, stigma yang hadir bagi pekerja perempuan yakni selepas usia 25 tahun, produktvitas mereka akan turun karena fokus ke keluarga, anak, dan urusan domestik lainnya.

Padahal menurut Astrid, kompetensi di era modern ini tidak lagi dilihat dari gender, tetapi juga dari keterampilan di tempat kerja.

Namun Astrid menyadari, stigma yang melekat bagi perempuan tersebut tidak bisa lepas dari latar belakang budaya di Indonesia terutama di Jawa.

Terpisah, rekruiter perusahaan mengaku persyaratan umur hadir menyesuaikan kebutuhan beberapa pekerjaan.

Rekruiter dari ritel modern Superindo, Dito Kusuma, mengatakan batasan umur yang ditetapkan oleh Superindo di beberapa lowongan pekerjaan muncul karena kebutuhan spesifik dari pekerjaan itu.

“Untuk lulusan baru kan biasanya juga terbuka antara 18-25, karena mencari lulusan baru hingga yang punya pengalaman selama 2-3 tahun, sementara kami enggak ambil usia di atas 25 tahun karena biasanya sudah settle dengan pekerjaannya,” ujar Dito saat ditemui dalam kesempatan yang sama.

Dito juga menganggap umur di atas 25 tahun sudah sulit dilatih keterampilan baru. Namun tidak semua posisi pekerjaan membatasi usia pekerja perempuan yang mendaftar.

Dito menegaskan posisi pekerjaan umum masih memberi peluang bagi pekerja perempuan berusia di atas 25 tahun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya