SOLOPOS.COM - Founder & Digital Product Manager agreeculture.id, Baskara Widhi Jayanta.(Istimewa)

Solopos.com, SOLO – Memajukan sektor pertanian tidak hanya tentang memberikan modal, pelatihan budidaya, pupuk murah dan sebagainy, namun memberikan banyak kepastian pascapanen. Masalah-masalah tersebut seperti komoditas apa yang akan ditanam, seberapa tingkat keberhasilan panen, pemasaran hasil panen dan lainnya.

Banyak sekali tantangan dunia pertanian, apalagi yang harus dihadapi oleh petani, salah satunya ketidakpastian pascapanen. Untuk itu Agree melalui beberapa misinya berharap kekhawatiran itu bisa terkikis dan tak membayangi pelaku pertanian lagi. Ketidakpastian tersebut memang belum seluruhnya terjawab. Hujan pertanyaan atas ketidakpastian itu terus ada. Butuh satu rute matang dari hulu ke hilir yang menghadirkan sebuah solusi berkelanjutan. 

Promosi Telkom dan Scala Jepang Dorong Inovasi Pertanian demi Keberlanjutan Pangan

Founder & Digital Product Manager agreeculture.id, Baskara Widhi Jayanta yakin misi Agree untuk memajukan bisnis agrikultur Indonesia dengan membantu pelaku usaha untuk menjual hasil budi daya, olahan, dan menyediakan sarana budi daya dengan kualitas terbaik dan terjangkau, mampu menjawab ketidakpastian itu.

“Idealnya adalah bagaimana petani bisa mendapat kepastian dari perusahaan agribisnis,” kata Baskara atau Bas saat berbincang dengan Espos melalui Zoom, Kamis (1/2/2024) pagi.

Kedua, modal bertani di Indonesia masih tinggi. Memang solusi cepatnya adalah menyediakan permodalan. Agree pun membuka jaringan dan peluang antara petani dan bank melalui aplikasi digital. Namun, Bas menilai modal saja tak cukup. Dalam menjalankan misi membantu proses permodalan, Agree juga menyoroti pentingnya meningkatkan kualitas layanan jasa keuangan untuk bisnis agrikultur. Sebab menurut Bas, masih terjadi ketidakefektifan dalam pemanfaatan modal oleh petani.

“Ternyata modal hanya satu faktor yang menggerakkan petani agar mau melakukan budidaya. Masalah lainnya [pengelolaan] ada lagi,” lanjut dia.

Ketiga, wawasan digital masih jauh dari kehidupan petani. Hal ini bukan tuduhan semata. Petani di Indonesia masih didominasi generasi X. Sementara saat ini, pelaku usaha pertanian juga harus melek digital. Dengan pengetahuan terbatas itu, solusi digitalisasi pertanian yang ditawarkan Agree sulit diterima dan diminati. Padahal dunia terus bergerak. Pasar digital terus merebak. Tapi tak diikuti pengetahuan digital yang cukup. Di situlah Agree juga ambil peran. Hal itu sesuai dengan salah satu misi Agree yaitu meningkatkan literasi digital petani dalam tahap tanam hingga panen.

“Mau tak mau kita harus melakukan [pendidikan] literasi digital supaya mereka [petani] paham. Dampaknya bahwa digital ini bisa meningkatkan kesejahteraan mereka,” pungkasnya.

Dalam menjawab berbagai masalah-masalah pertanian, Bas dan tim tak bisa langsung membidik petani. Dalam penyelesaian ketidaksejahteraan dan ketidakpastian petani, Agree memilih masuk dan mengurai solusi melalui orang atau elemen yang paling membutuhkan petani. Salah satunya adalah perusahaan agribisnis. Dengan begitu akan tercipta solusi yang akomodatif.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya