SOLOPOS.COM - Sosok Haryanto pemilik PO Haryanto merupakan pengusaha yang berjuang dari bawah. (Tangkapan Layar Youtube Metro TV)

Solopos.com, SOLO — Mungkin banyak yang penasaran siapa pemilik PO Haryanto yang kini ramai diperbincangkan.

Hal ini menyusul Ryan Mahendra yang merupakan mantan Direktur Operasional Perusahaan Otobus (PO) Haryanto mengumumkan bahwa dirinya telah mengundurkan diri dari perusahaan rintisan sang Ayah.

Promosi Layanan Internet Starlink Elon Musk Kantongi Izin Beroperasi, Ini Kata Telkom

Nama PO Haryanto memang sudah tersohor di kalangan pengguna bus, sebab perusahaan transportasi yang berbasis di Kudus, Jawa Tengah ini mengusung julukan ‘sensation,’ yang terkenal dengan kecepatan dan ketepatan waktu tibanya.

Bahkan, ciri khas lain di bus tersebut adalah livery wayang di bodi busnya serta kalimat salawat yang disematkan di kaca belakang.

Namun, di balik segala pencapaiannya hingga bisa memiliki 300 armada dengan jaringan trayek di pulau Jawa dan Madura, ternyata perjalanan bisnis pemilik PO Haryanto penuh liku dan perjuanga.

Lantas, seperti apa sosok pemilik PO Haryanto? Berikut ulasannya seperti dilansir Bisnis.com belum lama ini.

Haryanto adalah pemilik sekaligus pimpinan PO Haryanto, perusahaan jasa angkutan penumpang darat dan pariwisata populer di Indonesia yang memiliki berbagai trayek dari Jakarta ke Jawa Tengah, Jawa Timur, bahkan hingga ke Madura.

Sebelum bisa sesukses sekarang, pria kelahiran 17 Desember 1959 ini terlahir dari latar belakang keluarga kurang mampu.

Bahkan, untuk bisa menghidupi kesembilan anaknya, diketahui kala itu sang Ibu berjualan daging di pasar. Sementara, sang Ayah adalah buruh kasar yang hanya bekerja apabila ada orang yang membutuhkan tenaganya.

“Jadi, saya sewaktu kecil sudah diajak Ibu belanja daging untuk dijual kembali ke pasar, sehingga kami bisa mendapatkan untung. Kalau Bapak, dia biasanya diajak oleh seseorang untuk membersihkan tulang kebo, tapi tidak setiap waktu,” ungkap Haryanto dilansir dari wawancaranya bersama Andy F. Noya, Sabtu (5/1/2023).

Hal tersebut mengharuskannya untuk menghabiskan masa kecil hingga remajanya untuk membantu perekonomian keluarga. Beragam pekerjaan pernah dia lakoni, mulai dari menjual es keliling, mengarit rumput untuk dijual sebagai pakan ternak hingga menjadi cleaning service di sebuah hotel.

“Karena saking orang tua enggak punya uang. Jadi, saat SD pun saya pernah jadi kuli bangunan. Di sana, saya dapat bayaran Rp400, separuh uangnya yaitu Rp200 saya gunakan untuk makan nasi kucing, sedangkan minumnya saya ambil dari sumur. Sisa uang saya tabung,” jelasnya.

Walaupun saat itu hidupnya serba kekurangan, tapi tidak lantas membuat Haryanto menyesali nasib hidupnya. Justru, hal tersebut yang memotivasi dirinya untuk bisa mengubah nasib keluarga menjadi lebih baik.

Terbukti, dengan sifat pantang menyerahnya, Haryanto bisa meneruskan pendidikan Sekolah Teknik atau saat ini setara dengan SMP. Meski, di tahun ketiga sekolahnya, dirinya dinyatakan tidak bisa lulus.

Perjalanan Karier dan Bisnis Haryanto

Haryanto kemudian mendaftar di Batalyon Artileri Pertahanan Udara Ringan 1/Kostrad milik TNI Angkatan Darat yang terletak di Tangerang, dan diterima. Dia juga mendapatkan beasiswa sekolah di Bandung untuk dilatih jadi pengemudi kendaraan yang khusus mengangkut kendaraan senjata berat seperti tank.

Ketika bergabung di dunia militer, Haryanto mengungkapkan jabatan pertamanya adalah prajurit dua yang merupakan pangkat terendah dalam jenjang Tamtama

Sebagai pengemudi batalyon, sehari-hari bergulat dengan kendaraan. Dia belajar tentang teknik mesin di bengkel batalyon. Pengetahuannya tentang seluk-beluk kendaraan bermotor pun dia kuasai. Memanfaatkan jam kosong di luar dinas, Haryanto mulai berpikir tentang mencari tambahan penghasilan.

Pria yang sempat bertugas dari Kudus itu pun memutuskan untuk pindah ke Tangerang dengan kondisi tidak punya rumah. Alhasil, Haryanto sempat ngontrak di lahan 1 petak, yang ternyata itu adalah kandang ayam.

“Gaji tentara saat itu Rp 18.000. Dengan kondisi mengontrak di bekas kandang ayam bersama anak dan istri. Harta saya satu-satunya adalah jam dinding, saya lihat waktu hingga akhirnya saya tersadar untuk mengatur waktu agar bisa mendapat tambahan penghasilan,” tutur Haryanto.

Satu-satunya pekerjaan yang kuasai dengan baik adalah mengemudi. Maka, setelah menyelesaikan tugas dinas dengan segera dirinya menjalani pekerjaan sambilan menjadi sopir angkutan kota dari sore sampai larut malam dengan pendapatan per harinya mencapai Rp10.000.

Dia pun menabung sedikit demi sedikit hingga terkumpul dana sebesar Rp750.000. Hal tersebut dia lakukan untuk bisa membuka usaha.

“Alhamdulillah uang tersebut segera saya belikan angkot secara kredit. Ketika pembayaran lunas, lalu saya belikan lagi angkot, seperti itu terus, alhasil berkembang,” jelasnya.

Haryanto pun mengajukan pensiun dari pekerjaan tentaranya untuk bisa fokus terhadap bisnis yang dia dirikan. Setelah mengembangkan usaha angkot sejak 1984, Haryanto mulai berpikir bahwa ke depannya sektor transportasi darat paling mudah mengalami disrupsi.

Berkat langkah visionernya, pada 2002 menjadi langkah terbesar Haryanto. Seusai menjual seluruh angkot, dia pun membeli bus sebanyak lima unit trayek Cikarang-Tangerang. Perusahaan tersebut diberi nama “PO Haryanto”, sesuai nama yang dimilikinya.



Sebagai pebisnis, beragam tantangan telah dirinya rasakan. Kemudian pada 2004  PO Haryanto mengembangkan bus eksekutif.

“Jatuh bangun hal biasa ya. Setelah beberapa lama saya mengalami bisnis ini lancar, tapi tahun 2007 saya mengalami jatuh lagi karena adanya gejolak dari kenaikan BBM. Tapi, kita tidak menyerah hingga akhirnya bisa bertahan hingga sekarang,” jelas pemilik PO Haryanto yang suka bersedekah ini.

Ketekunan dan kerja kerasnya terbayar dengan peningkatan penghasilan serta aset yang dimiliki. Kini, PO Haryanto telah memiliki tiga rumah makan bernama “Menara Kudus” di Gringsing dan Gebang, Cirebon. PO Haryanto juga telah memiliki satu SPBU di Jalan Raya Pantura Jenarsari, Kendal, dan garasi di 3 lokasi.

Baginya tantangan bukan halangan untuk maju dan berkembang. “Jangan sampai kita ini belum berlayar sudah takut ombak. Kita harus semangat,” ujarnya. Itulah ulasan tentang pemilik PO Haryanto yang kini menjadi sorotan publik.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya