SOLOPOS.COM - Pedagang bakso bakar, Aleg Wahyudi, 40, meracik bumbu bakso bakar jualannya di Alun-Alun Kidul Keraton Solo, pada Minggu (9/7/2023). (Solopos.com/Galih Aprilia Wibowo).

Solopos.com, SOLOTagline Solo sebagai surganya kuliner tampaknya bukan hal berlebihan. Perburuan kuliner di Kota Bengawan ini bahkan cukup ramai sejak pagi hingga malam.

Siang hari ramai orang jajan, begitu juga saat malam. Beragam pilihan kuliner pedagang kali lima (PKL) dari sekadar kudapan hingga makanan berat banyak diburu warga.

Promosi Sistem E-Katalog Terbaru LKPP Meluncur, Bisa Lacak Pengiriman dan Pembayaran

Aktivitas berburu jajan saat malam hari ini dinilai sebagai rekreasi after work bagi sebagian orang. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (Solo) dalam publikasi Surakarta Dalam Angka 2023, jumlah PKL di Kota Bengawan sebanyak 877 pada 2022. Jumlah PKL makanan dan minuman mendominasi sebanyak 518 PKL.

Sementara itu Kecamatan Banjarsari menjadi wilayah persebaran PKL terbanyak, yaitu 319 PKL. Kemudian disusul Pasar Kliwon sebanyak 200 PKL, dan Jebres sebanyak 150 PKL.

Mayoritas PKL membuka usaha mereka pada waktu sore hingga malam yaitu sebanyak 282 PKL. Kemudian disusul PKL yang hanya dibuka waktu sore sebanyak 185 PKL.

Ramainya PKL pada sektor kuliner sejalan dengan rata-rata pengeluaran per kapita masyarakat Solo yang didominasi pada sektor makanan dan minuman.

Pada 2021 rata-rata pengeluaran per kapita dalam sebulan sebanyak Rp638.156 dan meningkat pada 2023 sebanyak Rp767.095. Tiga komoditas terbesar pasar sektor makanan dan minuman dihabis untuk membeli makanan dan minuman jadi, padi-padian, dan sayur-sayuran.

Salah satu sentra kuliner di Solo adalah di kompleks Alun-Alun Kidul Keraton Solo. Berdasarkan pantauan Solopos.com pada Minggu (9/7/2023) petang para pedagang mulai menata lapak mereka.

Pengunjung mulai ramai berdatangan pada pukul 17.00 WIB, biasanya pedagang mulai menutup lapak mereka pukul 22.00 WIB.

Salah satu pengunjung, Nugraha, 30, mengaku suka jajan di waktu malam karena waktu siang ia bekerja. Selain itu ia memilih keluar di waktu malam karena tidak disengat terik matahari.

Nugraha mengaku jajan di waktu malam juga menjadi sarana refreshing setelah penat bekerja dibandingkan ia harus memasak sendiri di rumah.

Ia mengaku ketika jajan malam juga untuk mengisi waktu makan malamnya. Karena ia memilih makan malam dengan pilihan camilan bukan makan besar.

Sehingga ia memilih sentra-sentra kuliner yang banyak menjajakan pilihan camilan misalnya di Alun-Alun Kidul Keraton Solo. Nugraha biasanya menghabiskan budget hingga Rp50.000 untuk dua orang. Biasanya ia membeli es teh, bakso bakar, dan aneka camilan lain.

Salah satu penjual thai tea, Yuni, mengaku telah berjualan lima tahun.

Ia biasanya buka sore hari hingga pukul 10.30 WIB. Dalam sekali berjualan biasanya ia menjual puluhan hingga ratusan gelas. Rata-rata pilihan yang ia jual dihargai mulai Rp6.000 hingga Rp10.000 per gelas.

Salah satu penjual bakso bakar, Aleg Wahyudi, 40, mengaku telah berjualan lima tahun. Ia dalam semalam menyiapkan stok sebanyak 160 hingga 200 tusuk bakso bakar. Dengan harga per tusuk Rp1.000.

“Biasanya ramainya malam Minggu, Minggu, dan waktu enggak hujan,” ujar Aleg saat ditemui Solopos.com, pada Minggu.

Ia buka mulai pukul 16.30 WIB hingga 22.00 WIB. Ketika pandemi Covid-19 ia mengalami penurunan omzet yang signifikan karena terpaksa berjualan di rumah. Dari ia berjualan hingga saat ini dalam sehari ia harus membayar retribusi sebesar Rp7.000.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya