SOLOPOS.COM - Petugas memperbaiki jalur kereta api di perlintasan kereta api petak jalan Jerakah - Semarang Poncol, Madukoro Raya, Semarang, Jawa Tengah, Rabu (19/7/2023). (Antara/Makna Zaezar)

Solopos.com, SOLO — Manajer Humas PT KAI Daop IV Semarang, Ixfan Hendri Wintoko belum menyebut soal total kerugian yang dialami oleh PT KAI Daop IV akibat kecelakaan lalu lintas (laka) antara kereta api (KA) Brantas relasi Pasar Senen – Blitar dengan truk trailer bernomor polisi B 9934 IG pada, Selasa (18/7/2023) lalu.

Ixfan mengatakan saat ini pihaknya masih melakukan kalkulasi. “Kami masih mengkalkulasinya,” kata Ixfan saat dihubungi Solopos.com, Kamis (20/7/2023).

Promosi Telkom Apresiasi Wahyu, Warrior Telkom Akses yang Viral karena Bantu Petani

Laka ini terjadi di perlintasan kereta api JPL 6 km 1+523 petak jalan Jerakah – Semarang Poncol, Madukoro Raya, Semarang Barat, Kota Semarang, Jawa Tengah, Selasa (18/7/2023).

Mengutip antara.com, KA Brantas tujuan Jakarta – Blitar menabrak sebuah truk trailer yang mogok di perlintasan sebidang Jalan Madukoro, Semarang Barat pada Selasa malam.

KA tersebut menabrak bagian kepala truk trailer yang melintas dari arah utara ke selatan. Sempat terjadi ledakan saat lokomotif kereta menabrak kepala truk.

Sementara itu, pengamat transportasi Djoko Setijowarno mengungkapkan perlintasan padat antara jalur kereta api dengan jalan raya membuat perlunya dibangun rel layang di perkotaan.

“Laka yang kemarin itu termasuk kecelakaan lalu lintas di jalan raya berlokasi di perlintasan sebidang antara jalan raya dengan kereta api. Kalau lalu lintas di perkotaan dan lintasan kereta cukup padat, sudah saatnya ada rel layang di perkotaan,” papar Djoko saat dihubungi Solopos.com via telepon, Kamis.

Dia meneruskan, pertimbangan yang perlu dilihat adalah perjalanan KA bertambah banyak dan kecepatannya meningkat. Selain itu, volume kendaraan di kota bertambah.

Menurut Djoko, saat ini kereta api berjalan dengan kecepatan 120 km/jam agar perjalanannya bisa lebih cepat dan akan ditingkatkan menjadi 160 km/jam. Padahal, KA rentan mengalami kecelakaan jika melaju dengan kecepatan 70-80 km/jam.

Namun Djoko mengakui membangun rel layang tidak murah. Estimasi biaya pembangunan rel layang per satu kilometer mencapai Rp500 M.

Djoko menjelaskan usulan pembangunan rel layang sudah pernah diusulkan pada tahun 2016 sepanjang 11 kilometer yang diperkirakan menghabiskan biaya Rp5 T.

Selanjutnya, Djoko berpendapat jika peruntukan jalan yang tidak sesuai dengan jenis kendaraan meningkatkan rentannya terjadi laka di jalan raya.

“Sekarang semakin banyak truk dan kendaraan berat leluasa berjalan di jalan kecil karena Kementerian PUPR tidak menerapkan kelas jalan sesuai peruntukannya lagi,” tambah Djoko.

Selain itu, bagi perusahaan angkutan barang juga perlu memandu supir yang bekerja di jalanan agar risiko perjalanan dapat diantisipasi. Hal ini agar supir tidak dilepas begitu saja saat mengoperasikan angkutan barang dan mampu menguasai medan.

Terakhir, Djoko mengingatkan untuk pengguna jalan mempersilakan kendaraan lain untuk lewat sesuai prioritas.

Sirene kereta api merupakan sinyal bagi pengguna jalan yang melintasi rel persimpangan agar menghentikan laju kendaraannya untuk sementara waktu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya