Bisnis
Jumat, 26 April 2024 - 15:53 WIB

Siasat BRI Hadapi Ketidakpastian Ekonomi dan Geopolitik Global

Galih Aprilia Wibowo  /  Rohmah Ermawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi pelayanan perbankan di BRI. (Istimewa/BRI).

Solopos.com, SOLO–Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BRI/BBRI), Sunarso, membeberkan sejumlah strategi perbankan untuk menghadapi ketidakpastian ekonomi dan memanasnya kondisi geopolitik global.

Menurut Sunarso, ada beberapa pemicu kerutan ekonomi global terutama muncul gangguan di rantai pasok value chain terutama yang berkaitan dengan pangan dan energi. Disusul dengan perang Rusia dan Ukrania, masalah di Gaza, serta melebar memicu konflik antara Israel dan Iran.

Advertisement

“Itu pasti menimbulkan ketidakpastian ekonomi secara global, terutama yang terkait dengan harga minyak dan energi, dan mungkin harga pangan yang sebenarnya belum terselesaikan dengan baik. Itu situasi global itu kemudian juga memicu potensi untuk inflasi di US, kemudian inflasi di US kemudian akan direspons dengan suku bunga,” terang Sunarso dalam konferensi pers paparan kinerja keuangan BRI kuartal I, melalui Zoom Meeting, Kamis (25/4/2024).

Dengan adanya kondisi tersebut, lanjut Sunarso, perbankan juga harus melakukan penyesuaian terhadap suku bunga. Pihaknya mengaku mempunyai kajian analisis terkait korelasi ekonomi Indonesia dengan ekonomi global.

Advertisement

Dengan adanya kondisi tersebut, lanjut Sunarso, perbankan juga harus melakukan penyesuaian terhadap suku bunga. Pihaknya mengaku mempunyai kajian analisis terkait korelasi ekonomi Indonesia dengan ekonomi global.

Sunarso menyebut ekonomi Indonesia berkorelasi paling kuat dengan ekonomi di Tiongkok. Sedangkan korelasi kekuatan ekonomi Indonesia dengan Amerika Serikat dinilai menurun.

“Jadi sekarang kalau terjadi gelojak di China itu justru lebih berpengaruh terhadap data-data kajian kaitannya ekonomi Indonesia dengan ekonomi global,” kata dia.

Advertisement

“Selama mundur ini membuat kita banyak impor, dan itu nanti berpengaruh panjang lebih karena volatility dari food pricis berpengaruh terhadap inflasi. Dan inflasi nanti pasti kembali lagi di-manage dengan berbagai cara, mengendalikan inflasi nanti ke suku bunga. Ujung-ujungnya itu yang perlu kita waspadai,” ujarnya.

BRI dalam menavigasi strateginya tetap memperhatikan potensi naiknya inflasi dan naiknya suku bunga. Karena akan berpengaruh dari sisi risiko likuiditas yang menurut Sunarso akan menimbulkan high cost dari sisi cost of fund. Risiko ini nantinya akan berpengaruh terhadap kualitas kredit, dan lainnya.

“Mengelola risiko-risiko yang datang dari global maupun domestik kami harus punya kemampuan untuk melakukan simulasi. Pertama kami buat matriks, jadi misalnnya ekonominya sendiri punya potensi pertumbuhan rendah, moderat atau tinggi, GDP-nya? Tapi kemudian harus kami matrikskan dengan tingkat risiko, kira-kira rendah, moderat, atau tinggi? Perkiraan kami sampai di kuartal II itu akan berada di risiko tinggi potensi pertumbuhan moderat,” paparnya.

Advertisement

Dengan adanya kondisi tersebut, hingga Juni 2024, pihaknya mengaku harus melakukan ekspansi kredit tetapi moderat, serta loan portofolio guidelance diperketat. Jadi, ada kemungkinan pihaknya memperketat kriteria dalam menyalurkan kredit dan memonitor non perfoming loan (NPL) dengan cepat.

Sunarso juga melakukan simulasi dan stress test secara kontinu untuk menjaga coverage ratio. “Kalau terjadi pemburukan deterioting di kualitas aset, maka kita harus menaikkan bantalannya, coverage ratio yang kami sebut NPL coverage yang harus kami jaga di level tinggi dan kemudian mencari dengan dana tenor jangka panjang,” kata Sunarso.

Pihaknya memprediksi pada kuartal IV 2024, pertumbuhan ekonomi cenderung moderat dengan risiko moderat yang diharapkan akan membaik pada periode tersebut.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif