Bisnis
Senin, 2 Januari 2023 - 17:13 WIB

Setelah Beras, Indonesia Impor Gula, Ini Alasan Mendag!

Indra Gunawan  /  Muh Khodiq Duhri  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi gula pasir (Freepik)

Solopos.com, JAKARTA – Kementerian Perdagangan (Kemendag) melaporkan kebutuhan gula konsumsi nasional saat ini sebesar 3 juta ton lebih per tahun, tetapi produksi gula dalam negeri hanya mencapai 2,6 juta ton per tahun. Hal inilah yang melatarbelakangi kebijakan impor gula kristal putih (GKP) atau gula konsumsi pada 2023 sebesar 991.000 ton.

Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan atau Zulhas mengatakan kebijakan impor gula tersebut diputuskan bukan oleh Kemendag, melainkan diajukan oleh Badan Pangan Nasional (Bapanas) dalam neraca komoditas. Sedangkan pelaksananya oleh Badan Usaha Milik Negara (BUMN).

Advertisement

“Gula kristal putih 991.000 ton untuk konsumsi, karena produksinya 2,6 juta. Kebutuhan 3 juta ton lebih. Makanya harus impor,” ujar Zulhas dalam jumpa pers secara virtual, Senin (2/1/2022). Zulhas menambahkan, untuk gula kristal rafinasi (GKR) diputuskan pada 2023 akan diimpor sebesar 3,6 juta ton.

Menurut dia, impor GKR diajukan oleh Kementerian Perindustrian. Dia mengatakan pemerintah akan mengimpor totalnya 4,6 juta gula yang terdiri atas 991.000 ton gula kristal putih (GKP), GKR sebanyak 3,6 juta ton, dan 50.000 ton gula kebutuhan khusus.

Sementara itu, menurut data Kementerian Perindustrian (Kemenperin), kebutuhan gula di dalam negeri pada 2022 mencapai sekitar 6,48 juta ton yang terdiri atas 3,21 juta ton GKP dan 3,27 juta ton gula kristal rafinasi. Sebelumnya, Ketua Umum Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) Soemitro Samadikun, menilai pemerintah tidak perlu melakukan impor gula lagi, karena dengan stok nasional yang tersisa dari tahun sebelumnya ditambah produksi nasional sudah mencukupi.

Advertisement

Untuk stok nasional 2021 tersisa satu juta ton, dengan penambahan impor gula pada 2022 sebesar 150.000 gula kristal putih berarti tersisa 1,1 juta ton. “Dengan ditambah lagi impor hampir 1 juta ton raw sugar [980.000 ton] berarti tahun 2022 ada sekitar 2 juta ton lebih, sedangkan produksi gula dalam negeri tahun 2022 ada sekitar 2,45 juta ton. Berarti di awal Januari-Desember 2022 total ada 4,6 juta ton [impor+produksi nasional],” ujar Soemitro, Senin (26/12/2022).

Menurut dia, konsumsi gula nasional kurang lebih 250.000 ton per bulan atau sekitar 3 juta ton per tahun. Berarti tersisa 1,6 juta ton hingga akhir 2022. “Artinya kita tidak perlu impor karena bisa mencukupi hingga bulan ke-7 atau 8 di 2023. Belum lagi April, Mei, Juni sudah memasuki masa panen,” ucapnya.

Gula tersebut, kata Soemitro, belum ditambah dengan gula rafinasi yang bocor masuk ke gula konsumsi sekitar 300.000 ton per tahun dari total 3 juta ton. “Sebetulnya tidak perlu impor. Itu matematika mudah. Jangan ditanya itu tempatnya di mana saja. Kita kan di rumah masing-masing punya gula, belum di pedagang. Itu stok nasional juga. Ada di ritel-ritel, toko kelontong itu punya juga gula, di pasar tradisional. Jangan hanya menghitung yang ada di pabrik gula saja,” ujarnya.

Advertisement

Artikel ini telah tayang di Bisnis.com dengan judul Setelah Beras Gula pun Impor, Ini Alasan Mendag.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif