SOLOPOS.COM - Ilustrasi beras (par.com.pk).

Solopos.com, SOLO — Badan Urusan Logistik (Bulog) Cabang Solo menguraikan bahwa tantangan Bulog dalam memperbanyak serapan beras di wilayah Soloraya adalah harus bersaing dengan penggilingan besar swasta yang berada di Kabupaten Sragen atau pun di Kabupaten Ngawi, Jawa Timur.

Untuk menyiasati hal tersebut, Bulog Kantor Cabang Solo selalu berupaya menambah jaringan mitra Bulog sehingga hasil panen dari petani atau penggilingan bisa sampai ke tangan Bulog Solo.

Promosi Telkom dan Scala Jepang Dorong Inovasi Pertanian demi Keberlanjutan Pangan

Hal ini diungkapkan oleh Pimpinan Perum Bulog Cabang Solo, Andy Nugroho, saat ditemui Solopos.com, di kantornya, pada Senin (16/1/2023).

Andy menguraikan pihaknya memang terpengaruh dengan banyaknya penggilingan swasta di sekitar Soloraya yang tentu memengaruhi serapan beras Bulog.

Karena menurutnya, pihak swasta memasang harga lebih tinggi pada tingkat petani dan pihak penebas atau tengkulak.

Dalam masa-masa tertentu harga beras dari petani bisa dibeli langsung di sawah dengan harga Rp5.100/kg. Andy menguraikan bahwa petani tentu memilih harga yang lebih tinggi, sehingga ia menilai hal ini menjadi salah satu faktor tidak optimalnya serapan beras Bulog.

Sementara itu, Andy menguraikan bahwa terjadi tren peningkatan serapan beras Bulog Solo dalam waktu tiga tahun terakhir.

Pada 2019 serapan beras Bulog Solo, sebanyak 23.552 ton setara beras.

“Kemudian pada 2020 sebanyak 19.167 ton setara beras, dan pada 2021, ada 27.435 ton setara beras. Serta pada 2022 sebanyak 27.455 ton setara beras,” terang Andy saat ditemui Solopos.com, di kantornya, pada Senin (16/1/2023).

Andy  mengatakan memang terdapat penurunan serapan beras Bulog Solo pada 2020. Hal ini Andi tenggarai karena faktor pandemi Covid-19 yang membatasi mobilitas pergerakan orang atau pun barang.

Namun ia tidak bisa menguraikan apakah hal ini dikarenakan penurunan faktor produksi dari petani atau tidak, menurutnya hal ini mengacu pada data dari Badan Pusat Statistik (BPS).

Sementara itu, pada 2023 ini, pihaknya menargetkan pengadaan beras untuk stok cadangan beras pemerintah atau misalnya ada bencana alam berkaca dari tahun lalu, yaitu sebanyak 50.000 ton.

Saat ini Bulog Solo mempunyai 47 mitra untuk pengadaan beras yang berasal dari penggilingan atau kelompok tani di Soloraya.

Paling banyak mitra dari Kabupaten Sragen dengan porsi kurang lebih 50%, disusul dengan Kabupaten Klaten sebanyak 20%. Sementara itu di Kota Solo dan kabupaten lain di Soloraya ada beberapa namun hanya sedikit.

Pihaknya menilai dengan memperbanyak mitra menjadi salah satu alternatif untuk cakupan serapan beras Bulog Solo semakin optimal.

Andy mengaku bahwa pihaknya rutin melakukan operasi pasar atau dikenal dengan istilah program Ketersediaan Pasokan dan Stabilisasi Harga (KPSH) di wilayah Pasar Nusukan, Pasar Gede, dan Pasar Legi untuk memastikan bahwa harga beras yang dijual sesuai dengan harga eceran tertinggi (HET) sehingga menjamin masyarakat mendapatkan beras dengan harga murah.

“Tujuan kami juga untuk mengintervensi pasar, jadi misalkan kalau enggak ada intervensi dari Bulog, nanti pedagang berpikiran yang penting dapat untung besar,” terang Andy.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya