Bisnis
Jumat, 30 Juni 2023 - 15:39 WIB

Semua Pihak Dirangkul, Begini Strategi Khusus BSI Berdayakan UMKM Non-Bankable

Bayu Jatmiko Adi  /  Ika Yuniati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Area Manager BSI Solo, Hari Nopa Kurniawan (tengah) saat berbicara di acara Program Sharing dan Diskusi Sinergi BUMN Berdayakan UMKM di Griya Solopos, Selasa (27/6/2023). (Solopos.com/Bayu Jatmiko Adi).

Solopos.com, SOLO — PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) memiliki kiat khusus dalam mengembangkan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di Soloraya. Salah satunya dengan melakukan pendampingan dan pengembangan ekonomi kerakyatan yang menyasar ke semua segmen pelaku UMKM, baik yang bankable maupun unbankable.

Namun, untuk UMKM nonbankable, BSI tentu punya strategi dan pendekatan khusus. Area Manager BSI Solo, Hari Nopa Kurniawan, menjelaskan perlu pendekatan khusus untuk melakukan pengembangan UMKM, termasuk di Soloraya.

Advertisement

Menurutnya pengembangan UMKM di sektor perbankan bukan sekadar soal penyaluran pembiayaan ataupun permodalan. Perlu pendekatan lain yang diharapkan mampu meningkatkan kinerja dari UMKM tersebut.

“Sebagai bank tentunya juga ingin pembiayaan yang disalurkan tidak menimbulkan residu yang bersifat NPF [Non-performing Financing]. Untuk itu harus ada pembinaan yang dilakukan,” kata Hari, dalam Program Sharing dan Diskusi Sinergi BUMN Berdayakan UMKM: UMKM Bangkit, Ekonomi Melejit, yang digelar Solopos Media Group (SMG) di Multifunction Hall Radya Litera Griya Solopos, Selasa (27/6/2023).

Advertisement

“Sebagai bank tentunya juga ingin pembiayaan yang disalurkan tidak menimbulkan residu yang bersifat NPF [Non-performing Financing]. Untuk itu harus ada pembinaan yang dilakukan,” kata Hari, dalam Program Sharing dan Diskusi Sinergi BUMN Berdayakan UMKM: UMKM Bangkit, Ekonomi Melejit, yang digelar Solopos Media Group (SMG) di Multifunction Hall Radya Litera Griya Solopos, Selasa (27/6/2023).

Terkait hal itu, dia mengatakan BSI Solo saat ini telah menjalankan beberapa metode pembinaan. Dia memastikan program tersebut menyasar seluruh segmen UMKM, baik yang sudah bankable maupun non-bankable. Dengan begitu masyarakat non-bankable tidak merasa dikucilkan.

Segmen ini justru perlu diberdayakan agar mampu bertumbuh sehingga bisa menjadi UMKM yang bankable, dan ke depannya menjadi pelaku usaha yang kuat.

Advertisement

“Di koperasi itu kami bikinkan seperti minimarket. Ada ruang pamer produk bersama seluruh hasil UMKM di Kauman. Kami juga menggandeng Sarikat Dagang Kauman sebagai mitra untuk menyalurkan [bantuan untuk] UMKM mustahik. Nah, dari sini kami menyalurkan dana yang benar-benar kami tujukan bagi masyarakat yang unbankable. Ini bergulir dan saat ini koperasi tumbuh dengan baik,” kata Hari.

Hari menegaskan UMKM non-bankable ini harus terus diberdayakan. Dia sempat memberikan tips dan trik bagi UMKM untuk bisa berproses memenuhi standar bankable.

Misal, UMKM yang hanya memiliki surat keterangan usaha dan jaminan dari Askrindo, mungkin hanya bisa mengakses dana Kredit Usaha Rakyat (KUR). Namun, jika si UMKM ingin naik menjadi nasabah small commercial misanya, maka ada hal-hal yang harus sedikit demi sedikit diperbaiki dan ditingkatkan.

Advertisement

Apa yang harus dipersiapkan dan apa yang akan dilakukan, UMKM harus paham dan disinilah perbankan contohnya BSI biasa memberikan pembinaan sejak dini.

“Misal, belajarlah membuat laporan keuangan dan jika perlu nyicil punya NPWP. Nah untuk bisa punya jaminan, saat si UMKM ini merintis usaha dan ketika punya keuntungan maka belikan keuntungan itu dalam bentuk aset sehingga ke depan bisa dijadikan jaminan untuk bisa mengakses kredit,” papar Hari.

Keseriusan BSI dalam membangun UMKM tentu tak lepas dari peran UMKM yang semakin ke sini justru semakin besar khususnya terhadap perekonomian nasional.

Advertisement

Plh. Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Solo, Aries Purnomohadi, menyebutkan peran UMKM terhadap pertumbuhan ekonomi di suatu wilayah termasuk Soloraya sangat besar. Kontribusi UMKM terhadap ekspor, misalnya, bisa mencapai 15%.

“Ini bukan jumlah yang kecil. Mungkin skala usahanya kecil, tapi kalau diakumulasikan, semua tentu menjadi besar,” kata Aries.

Menyambung terkait apa yang dilakukan BSI Solo di Kampung Kauman, Aries membenarkan ada golongan UMKM yang masih termasuk kelompok UMKM subsisten, di mana secara teknis mereka bisa disebut nonbankable.

“Nah kepada mereka memang butuh proses pendampingan agar ke depan mereka bisa mengakses pembiayaan, dan bisa mengakselerasi usahanya, baik level pemasaran kapasitas produksi bahkan diharapkan bisa go-global,” terang Aries lagi.

Kepala OJK Regional 3 Jateng DIY, Sumarjono, mengatakan ada satu PR bersama agar UMKM yang masih non-bankable ini bisa bertumbuh menjadi bankable. Sumarjono tak menampik sedikitnya masih ada 80% UMKM secara nasional belum bankable.

“Kami mengajak industri jasa keuangan bersama-sama melakukan pendampingan bukan hanya urusan produksi tapi dalam hal membuat laporan keuangan. Jika UMKM sudah bisa membuat laporan keuangan yang baik, kemudian dari situlah bank akan melihat seperti apa pergerakan keuangan usaha barulah setelah itu dilihat bisa diberikan kredit atau tidak,” tutur Sumarjono.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif