SOLOPOS.COM - PT Widodo Makmur Perkasa Tbk (WMPP) menerapkan sejumlah aksi pencegahan agar ternak sapi Perusahaan tetap aman dan sehat seperti menerapkan biosecurity. (Istimewa)

Solopos.com, SOLO — Adanya wabah penyakit mulut dan kuku (PMK) dan tekanan ekonomi global telah berdampak pada sektor industri peternakan di seluruh dunia, termasuk PT Widodo Makmur Perkasa Tbk. (WMPP). Saat ini perusahaan tersebut telah menyiapkan strategi baru untuk meningkatkan kinerja perusahaan dan menghadapi tantangan bisnis.

Chief Operation Officer (COO) PT Widodo Makmur Perkasa Tbk (WMPP), Mega Nurfitriyana, dalam paparan publik yang digelar di Jakarta, Rabu (28/6/2023), menyebutkan bahwa pada 2022, perusahaan membukukan pendapatan sebesar Rp4,39 triliun. Jumlah tersebut turun sekitar 30% dari tahun sebelumnya.

Promosi Kinerja Positif, Telkom Raup Pendapatan Konsolidasi Rp149,2 Triliun pada 2023

Menurutnya hal itu terjadi karena dampak dari PMK yang menerpa lini bisnis cattle farm. Selain itu adanya tekanan dari keadaan ekonomi global yang memengaruhi lini bisnis poultry.

Namun begitu dia mengatakan jika lini bisnis poultry masih menjadi pemegang kontribusi terbesar terhadap revenue perusahaan. “Kontribusi besar terhadap revenue masih dari lini bisnis poultry yakni 55%. Disusul lini bisnis cattle dan meat processing, masing-masing 18%. Selanjutnya lini bisnis konstruksi 5% dan lini bisnis commodities 4%,” jelas dia.

Penurunan revenue tersebut juga berdamoak pada gross profit yang juga mengalami penurunan. Dimana pada 2022 gross profit sekitar Rp338 miliar, atau turun sekitar 58% dari tahun sebelumnya. Untuk net profit 2022 juga turun sekitar 205% dan EBITDA turun 104%.

Sedangkan total aset mengalami kenaikan dari tahun sebelumnya. Dimana pada 2022 mencapai Rp6,070 triliun dan di 2021 sebanyak Rp5,656 triliun. Total equity di 2022 sebanyak Rp2,097 triliun, atau mengalami penurunan 13% dari tahun sebelumnya. Hal ini karena dampak dari penurunan net profit di 2022.

Founder & CEO WMP, Tumiyana, menjelaskan untuk menyikapi kondisi yang ada saat ini ada beberapa strategi yang disiapkan. Untuk masalah cattle farm, dalam tiga atau lima tahun ke depan pihaknya akan menaikkan dari sisi utilitas.

Sedangkan pada lini bisnis poultry juga akan dilakukan efisensi serta penyesuaian bisnis. “Sebab saat ini yang mengalami kontraksi dari pada industri poultry tidak hanya Indonesia, tapi dunia,” kata dia.

Menurutnya ada beberapa faktor yang menyebkan kondisi tersebut. salah satunya dampak rentetan dari pandemi Covid-19 serta masalah inflasi yang meningkat sehingga konsumsi pakan juga menurun. Untuk itu pihaknya akan segera melakukan oenyesuaian terhadap bisnis di lini poultry.

“Kami sekarang sedang membangun blueprint baru. Kalau dulu hanya konsentrasi di karkas, kami coba akan tingkatkan terhadap kapasitas layer farm sehingga semua akan konsentrasi di downstream,” lanjut dia.

 

 

 

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya