Bisnis
Kamis, 7 September 2023 - 20:23 WIB

Sempat Terdampak Covid-19, Begini Naik Turun Perekonomian Solo 3 Tahun Terakhir

Galih Aprilia Wibowo  /  Ika Yuniati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi ekspor Soloraya. (Freepik).

Solopos.com, SOLO — Perdagangan menjadi sektor yang paling dominan kedua dalam mendukung perekonomian Solo.

Hal ini dapat dilihat dari sumbangan sektor perdagangan besar dan eceran yang mencapai 21,77% terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Solo pada 2022.

Advertisement

Sementara itu, tiga komoditas ekspor terbesar Solo didominasi tekstil dan turunannya, mebel, batik, kantong plastik, dan kerajinan kayu/rotan.

Data tersebut mengacu rilisan Badan Pusat Statistik (BPS)  Solo dalam publikasi Indikator Ekonomi Kota Surakarta 2022.

Advertisement

Data tersebut mengacu rilisan Badan Pusat Statistik (BPS)  Solo dalam publikasi Indikator Ekonomi Kota Surakarta 2022.

Publikasi tersebut menjelaskan perkembangan nilai ekspor Solo pada periode 2012-2022 menunjukkan tren yang fluktuatif sebagai dampak Pandemi Covid-19.

Sama seperti daerah lain, perekonomian Solo mengalami kontraksi pada 2020. Solo baru mulai mengalami pertumbuhan ekonomi pada 2021 sebesar 4,01%, kemudian naik 6,25% pada 2022.

Advertisement

Tujuan ekspor Solo antara lain Amerika Serikat, negara negara kawasan Eropa, khususnya Eropa Barat.

Rilisan BPS Solo tersebut juga menyebutkan sejumlah rekomendasi. Salah satunya meminta pemerintah melakukan perbaikan regulasi tentang ekspor dan impor yang memihak pada kegiatan usaha usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) maupun industri kreatif.

Perkembangan volume dan nilai ekspor di Solo juga perlu dicermati. Ketika volume barang ekspor naik maka harapannya adalah nilai barang tersebut ikut naik dan sebaliknya.

Advertisement

Faktanya, pada 2015 lalu volume barang ekspor naik lagi tetapi nilai barangnya turun. Puncaknya pada 2016 barang ekspornya naik tetapi nilai barang ekspornya turun cukup drastis.

Kejadian pada 2016 dikarenakan nilai rupiah turun, sehingga akan berpengaruh terhadap nilai barang ekspornya.

Kala itu, 2017 diharapkan menjadi tahun percepatan pemulihan ekonomi domestik yang penuh tantangan seiring dengan perkembangan global yang masih belum menggembirakan.

Advertisement

Di sisi lain ekonomi global pada 2017 berkisar pada tiga permasalahan utama yang terjadi sejak 2014, yaitu pertumbuhan ekonomi dunia yang belum kuat, harga komoditas yang masih rendah, dan ketidakpastian pasar keuangan yang tetap tinggi.

Ekspor 2021 kemudian terkontraksi sebesar 18,16 %. Sama halnya dengan ekspor 2020 yang mengalami penurunan hingga 23,83%. Sedangkan tahun 2022 mengalami peningkatan lebih dari dua kali lipat dibanding 2021.

 

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif