Bisnis
Selasa, 2 Agustus 2022 - 16:29 WIB

Semester II/2022, Perbankan Hadapi 2 Tantangan Besar, Ini Tantangannya

Leo Dwi Jatmiko  /  Ahmad Mufid Aryono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi (Antara/Sigid Kurniawan)

Solopos.com, JAKARTA–Ke depan perbankan Indonesia akan menghadapi dua tantangan besar.

Kedua tantangan itu, yakni likuiditas yang semakin ketat hingga potensi penurunan nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing.

Advertisement

Kondisi ini harus dihadapi ekstra hati-hati oleh para bankir.

Direktur Utama BRI Research Institute Anton Hendranata mengatakan di tengah tren pertumbuhan kredit, laju dana pihak ketiga (DPK) yang berhasil dihimpun justru tumbuh melandai.

Advertisement

Direktur Utama BRI Research Institute Anton Hendranata mengatakan di tengah tren pertumbuhan kredit, laju dana pihak ketiga (DPK) yang berhasil dihimpun justru tumbuh melandai.

Hal ini perlu menjadi perhatian perbankan karena pertanda likuiditas mengetat, kendati saat ini masih terbilang cukup.

Baca Juga: Per Juni 2022, LPS Jamin 484,74 Juta Rekening

Advertisement

Selain itu, kata Anton, dengan tingkat inflasi inti yang mulai naik, dan nilai tukar rupiah yang terdepresiasi.

Dia memprediksi bahwa Bank Indonesia akan menaikkan suku bunga dalam waktu dekat.

Sebelumnya Bank Indonesia sudah melakukan normalisasi likuiditasnya melalui kenaikan giro wajib minimum sampai 9% pada September 2022 nanti.

Advertisement

Kebijakan tersebut akan diikuti dengan kenaikkan suku bunga acuan.

“Dugaan saya BI akan sangat berhati-hati menaikkan suku bunga acuannya,” kata Anton.

Baca Juga: BRI Kerja Sama dengan Mirae Asset Sekuritas Dorong Inklusi Pasar Modal

Advertisement

Dia juga mengatakan berdasarkan riset BRI, depresiasi rupiah diperkirakan menghambat kredit industri dan meningkatkan risiko kredit macet atau nonperforming loan (NPL).

Ketika terdepresiasi, harga bahan baku impor lebih mahal bagi produsen nasional sehingga biaya yang perlu dikeluarkan perusahaan akan relatif lebih besar.

Dengan kondisi tersebut, maka profit perusahaan akan cenderung menurun karena biaya produksi akan naik sehingga ruang ekspansi perusahaan akan relatif terbatas.

Sementara itu, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat kualitas kredit yang disalurkan perbankan pada Juni 2022 terus membaik.

Kredit tidak hanya tumbuh hingga 10,66% yoy pada semester I/2022, tetapi juga mengalami penurunan rasio kredit bermasalah atau NPL gross menjadi 2,86%.

Berita telah tayang di Bisnis.com berjudul Bank Hadapi Dua Tantangan Besar pada Paruh Kedua Tahun Ini

 

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif