Solopos.com, SOLO — Bisnis jersei bola potensial dan selalu diminati masyarakat Soloraya. Tidak hanya jersei yang sudah jadi, masyarakat pun kini juga meminati jersey custom untuk kebutuhan futsal, sepak bola, sampai badminton
Pemilik Solo Soccer Jersey, Joko Triyono, 44, menyebut sampai hari ini bisnis jual jersei masih prospek. Bahkan jika membandingkan dengan baju distro, menurutnya lebih prospek jersei sepak bola.
Promosi Sistem E-Katalog Terbaru LKPP Meluncur, Bisa Lacak Pengiriman dan Pembayaran
Hal itu lantaran setiap tahunnya model jersei dari setiap klub selalu baru sehingga membuat pembeli tidak bosan.
“Satu klub saja bisa pakai empat jersei. Ada untuk home, away, baju ketiga, sama kiper,” kata dia kepada Solopos.com, Selasa (31/10/2023).
Meski begitu dia merasa fanatisme masyarakat Solo terhadap sepak bola sudah mulai turun jika dibandingkan tahun-tahun awal dia buka. “Apalagi kalau Piala Dunia U-17 nanti Indonesia main di stadion Manahan pasti banyak yang minat. Ini saja sudah banyak yang pesan dari Sragen,” kata dia.
Hal itu terbukti dengan angka penjualan jersei dalam sebulan masih relatif tinggi. Outlet Solo Soccer yang berlokasi di dekat Stadion Manahan mampu menjual ribuan jersei bola dalam satu bulan. “Untuk manahan kira-kira satu bulan hampir ribuan terjual,” kata dia.
Joko sudah sepuluh tahun lebih menjalankan bisnis tersebut. Dia mengatakan dia mendirikan Solo Soccer pada 1 Agustus 2010. Dia memanfaatkan euforia timnas Indonesia yang tampil di Piala AFF 2010, ketika Irfan Bachdim dan Bambang Pamungkas bermain.
Dia awalnya hanya menjual jersei kualitas grade ori dengan mobil box yang sudah dimodifikasi. Joko menjual jersei di pinggir jalan dan melihat prospek bisnisnya bagus, akhirnya dia memutuskan untuk menyewa ruko.
Dia mengatakan ketika masih menggunakan mobil, omzet dalam sehari sudah sangat tinggi. Mengingat waktu itu belum banyak toko jersei yang menyediakan kualitas grade ori yang terjangkau.
Dia mengaku waktu awal buka sampai banjir orderan hingga mengharuskannya setiap dua hari sekali pesan jersei dari Thailand. “Dulu kan kompotitornya cuma yang ada di Tipes. Terus saya buka terus banyak. Tapi sekarang sudah banyak yang tutup,” kata dia.
Salah satu faktor dirinya bisa bertahan sampai sepuluh tahun lebih adalah konsistensi harga yang terjangkau. Dia mengatakan sejak awal buka sampai sekarang harga jersei di tempatnya dibanderol Rp160.000. “Kecuali kalau musim habis, kita obral 50%,” kata dia.
Kini kecenderungan masyarakat membeli jersei klub bola memang tidak seantusias dulu. Masyarakat sudah mulai meminati custom jersey untuk keperluan tim olahraganya sendiri seperti lari, sepak bola, badminton, futsal, sampai voli.
Hal itu diungkap oleh pemilik D’Jersay Solo, Muh Mail S, 35, yang sudah merintis usaha jersey bola sejak sepuluh tahun itu mengatakan kini masyarakat lebih meminati custom jersey.
“Saya kan juga jual jersey dari klub yang sudah jadi, tapi kalau di tempat saya lebih banyakan yang lebih milih custom karena lebih bebas, soalnya kan mau buat model seperti apa bisa,” kata dia.
Dia mengatakan harga jersey custom tergantung kualitas dan bahan. Pelanggan bebas memilih kualitas bahan. Dia sendiri membandrol jersey costum dengan harga Rp90.000 sampai Rp120.000
“Banyak yang pesan dari luar Solo kayak daerah Jawa Barat yang paling sering, terus Kalimantan juga pernah. Kalau saat ini yang masuk [buat pesan] Purwokerto ada dua tim, Karanganyar satu, sama satu lagi dari Tawangsari, Sukoharjo. Penjualannya juga stabil sih,” kata dia.
Dia mengatakan pemesanannya dalam sebulan bisa sampai sepuluh sampai lima belas tim. Namun jika sedang sepi bisa lima tim saja. Mail mengatakan pelanggan yang ingin pesan custom jersey minimal 12 pasang.
“Jadi sekalinya ada satu tim yang pesan rata-rata mereka buat 30 sampai 50 pcs,” kata dia.