SOLOPOS.COM - Deputi Direktur BPJS Kesehatan Wilayah Jateng-DIY, Dwi Martiningsih. (Tangkapan Layar Youtube)

Solopos.com, SOLO — Tidak bisa dimungkiri, pandemi Covid-19 yang berjalan lebih dari dua tahun sangat berdampak pada aktivitas masyarakat. Termasuk dalam kegiatan kesehatan mereka.

Bahkan berdasarkan data yang ada, saat terjadi pandemi aktivitas masyarakat untuk memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan (faskes). Namun saat ini kondisinya sudah mulai pulih.

Promosi Kinerja Positif, Telkom Raup Pendapatan Konsolidasi Rp149,2 Triliun pada 2023

Deputi Direktur BPJS Kesehatan Wilayah Jateng-DIY, Dwi Martiningsih, menyampaikan cakupan kepesertaan di wilayah Jawa Tengah (Jateng) saat ini dari 37 juta penduduk, sebanyak 33 juta di antaranya atau 88% sudah terkaver dalam program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).

Sedangkan di DIY dengan jumlah penduduk 3,67 juta, sekitar 3,6 juta atau 98% di antaranya telah terkaver. Dengan begitu, total di Jateng-DIY ada 36,6 juta penduduk telah terkaver program JKN.

Untuk wilayah Jateng, 33 juta penduduk tersebut dapat terlayani di 4.220 faskes yang ada. Sedangkan di DIY, terdapat 568 faskes.

Sementara jika dikaitkan dengan kondisi pandemi Covid-19, dia menyebut adanya perubahan data yang signifikan terkait jumlah kontak di faskes.

Tercatat, di 2019 jumlah warga yang melakukan kontak di faskes sebanyak 80 juta orang. Namun di 2020, ketika terjadi pandemi, jumlahnya turun drastis menjadi 66 juta saja. Sedangkan di 2021 mulai sedikit naik menjadi 68 juta orang.

“Ini jumlah kontak, jadi mungkin satu orang bisa dihitung lebih dari satu kalau dia berkunjung dalam satu tahun lebih dari satu kali,” kata dia dalam Webinar dengan tema Tantangan dan Mitigasi Kesehatan 2023, yang digelar Solopos Media Group (SMG), didukung oleh Epson, Taman Rekreasi Saloka, Prima Food, Phapros dan PT BTJ Farma, Selasa (14/2/2023).

Kemudian di 2022 terjadi peningkatan signifikan dan bahkan melampaui kondisi sebelum pandemi Covid-19 (2019), yakni sebanyak 87 juta. Jika dilihat tren dari bulan ke bulan di 2022, peningkatan itu mulai naik setelah Februari.

“Mungkin karena Februari masih ada omicron, setelah itu naik tinggi sampai di akhir tahun 2022,” lanjut dia dalam acara yang disiarkan di Youtube Espos Live tersebut.

Peningkatan jumlah kontak di faskes tersebut juga berdampak pada pembiayaan. Di 2019-2020 pembiayaan menurun signifikan antara 25%-30%. Namun di 2022 naik, bahkan di Jateng dan DIY secara total pembiayaanya hampir mencapai Rp19 triliun.

Peningkatan jumlah kontak tersebut berdasarkan analisis yang ada, jenis-jenis penyakit yang tidak termasuk kasus gawat darurat saat pandemi kasusnya turun jauh. Misalnya kasus rehabilitasi medik, yang mungkin masyarakat memilih untuk menahan dulu selama pandemi. Begitu juga untuk kasus-kasus ringan.

Namun untuk kasus-kasus hemodialisa atau cuci darah, kemoterapi, serta kasus-kasus dengan biaya besar, jumlahnya secara umum tidak ada penurunan signifikan. Namun di 2022, kasus yang sebelumnya mungkin ditahan, jumlahnya mulai naik.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya