SOLOPOS.COM - Salah satu gerobak Sempol 87 Asli Malang terletak di Jl. Menco Raya, Gonilan, Kartasura atau tak jauh dari Kampus UMS. Foto diambil Senin (16/1/2023). (Solopos.com/Galih Aprilia Wibowo).

Solopos.com, SOLO — Kawasan Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) biasa menjadi jujukan masyarakat, khususnya kalangan mahasiswa kampus setempat, untuk mencari beragam kuliner. Salah satu jajanan yang jadi favorit mahasiswa di Kampus UMS ini adalah Sempol 87 Asli Malang.

Saat Solopos.com menyusuri sepanjang jalan di kawasan sekitar UMS, Sempol 87 merupakan salah satu kuliner yang menarik perhatian. Menu kuliner ini dijajakkan dengan gerobak warna biru yang selalu mangkal di setiap pusat keramaian di UMS.

Promosi Telkom Apresiasi Wahyu, Warrior Telkom Akses yang Viral karena Bantu Petani

Setidaknya ada empat gerobak yang berada di kawasan UMS Solo. Paling ramai terlihat di depan Kampus 1 UMS, tepatnya di pinggir Jl. Garuda Mas. Kedua, di Jl. Menco Raya, sekitar 800 meter lokasi sebelumnya.

Kawasan Kampus 4 UMS juga tak lepas dari keberadaan jajanan yang berbahan dasar tepung tapioka ini. Setidaknya ada dua gerobak yang letaknya hampir berdekatan, hanya saling terpisah jalan, berseberangan.

Kuliner yang disajikan dengan cara ditusuk ini menjadi salah satu jajanan yang digemari warga UMS. Salah satunya oleh Ajeng Rizky. Wanita berusia 21 tahun ini kerap membeli Sempol 87 Asli Malang ini.

Dalam sebulan ia paling tidak membeli satu hingga dua kali jajanan ini. Selain murah, menurutnya rasa daging ayam yang sedikit terasa dibandingkan sempol lain juga menjadi salah satu alasannya menggemari jajanan ini. “Enak, ada rasa daging sedikit, setidaknya bukan tepung aja,” terang mahasiswi Fakultas Hukum UMS ini pada Senin (15/1/2023).

Ia biasa membeli sepuluh tusuk dengan harga Rp10.000 dalam sekali pembelian. Dengan membeli sepuluh tusuk, cukup untuk membuat perut kenyang.

Mahasiswi lain, Khofifah, mengatakan hal yang sama. Dalam sebulan ia paling tidak membeli tiga hingga empat kali jajanan ini. Tekstur kenyal menjadi salah satu alasan ia membelinya. “Rasanya gurih, mungkin karena dicampur dengan telur,” terangnya.

Penggorengan sempol sendiri dilakukan dua kali, yaitu saat tepung mentah kemudian digoreng setengah matang. Kemudian dibalut dengan telur ayam dan kemudian digoreng lagi.

Lantas siapa pemilik Sempol 87 Asli Malang ini? Jojon Dwi Adi sendiri merupakan pemiliknya, ia merupakan warga asli Malang. Jojon memutuskan untuk berjualan sempol sejak 2016 lalu.

Jojon menguraikan awalnya ia merantau dari Malang ke Solo dan bekerja di Carrefour yang sekarang menjadi Transmart Pabelan. Kemudian ia memutuskan untuk berhenti bekerja dan mencari kontrakan di Tugu Lilin. Ia memutuskan untuk berjualan gorengan.

Namun selama enam bulan berjualan gorengan, menurutnya, tidak terlalu menghasilkan. “Akhirnya saya disarankan teman untuk buka sempol di Solo, teman saya sebelumnya sudah buka di Surabaya dulu. Akhirnya diajari resepnya dan memutuskan untuk berjualan keliling menggunakan sepeda motor,” terang Jojon.

Pria berusia 40 tahun ini dulunya mendapatkan penghasilan Rp135.000/hari dari hasil penjualan sempol miliknya. Kemudian ada teman yang ingin berjualan, lalu ia mulai menyediakan tempat dan gerobak. Awalnya ia berjualan dengan gerobak di sekitar Kampus 4.

Semakin lama, semakin banyak orang yang tertarik untuk ikut berjualan sempol, setidaknya saat ini ia memiliki 13 karyawan yang berjualan sempol yang tersebar di Solo yaitu di daerah Gentang, Mangkuyudan, Colomadu, Kartasura, hingga Pengging.

Saat awal pandemi datang melanda dengan berbagai pembatasan aktivitas warga, usahanya pun sempat mengalami penurunan pembeli. “Dulu sebelum Corona, satu gerobak di dekat Kampus 2 saja itu, bisa dapat Rp3 juta/hari. Selain belum banyak gerobak, sempol sendiri masih belum banyak di Solo, jadi orang penasaran pengin coba,” terang Jojon.

Sebelum pandemi, ia mempunyai 20 gerobak, kemudian turun menjadi sepuluh gerobak. Sekarang ia mengaku penjualan sempol miliknya sudah mulai normal kembali.

Harga sempol miliknya ternyata tidak pernah naik, dari dulu hanya Rp1.000/buah. Kenaikan harga bahan minyak (BBM) sebenarnya berimbas kepada usahanya, karena lebih banyak modal yang dikeluarkan namun ia tidak berani menaikkan harga. Jojon lebih memilih memperkecil keuntungannya.

Saat ini ia memproduksi sempolnya di rumahnya yang terletak di Tuwak, Gonilan, Kartasura, Sukoharjo. Ia membeli berbagai macam bahan baku produksinya di sekitar Solo dan untuk daging ia gilingkan di Pasar Jongke.

Sehari, ia rata-rata membuat 6.000 tusuk sempol, namun jumlah tersebut tidak tentu tergantung stok sempol yang masih ia miliki. Untuk membantu produksi sempolnya ia dibantu oleh empat orang karyawannya. “Bahan membuat sempol sendiri ada daging ayam sedikit, tepung tapioka, tepung gandum, dan bumbu bawang dan merica,” terang Jojon.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya