SOLOPOS.COM - Dua bocah mengendarai motor melintas di depan persawahan yang menjadi lokasi pembangunan Poltekpar Sragen di wilayah Kelurahan Kwangen, Kecamatan Gemolong, Sragen, Jumat (13/1/2023). (Solopos.com/Tri Rahayu)

Solopos.com, SOLO — Harga tanah di wilayah Kecamatan Gemolong, Kabupaten Sragen kian melejit seiring perkembangan wilayah di sana. Pembangunan Politeknik Pariwisata (Poltekpar) Negeri Jawa Tengah Sragen menjadi salah satu penyebab kenaikan harga tanah di kawasan tersebut.

Gemolong digadang-gadang jadi kota kedua di Kabupaten Sragen. Kecamatan dengan sepuluh desa dan empat kelurahan ini berangsur-angsur tumbuh menjadi pusat kegiatan masyarakat selain di Kecamatan Sragen.

Promosi Fokus Transformasi, Telkom Bagikan Dividen Rp17,68 Triliun atau Tumbuh 6,5%

Jarak Gemolong cukup jauh dari pusat ibu kota kabupaten yakni sekitar 25,9 kilometer. Sedangkan, jarak Gemolong dari Kota Solo sekitar 27,4 km.

“Kalau tanah sawah hitungannya per patok, kalau pekarangan dihitung per meter. Jadi untuk daerah Gemolong, misalkan daerah kecamatan, Kelurahan Gemolong, lokasi yang strategis, harga tanah pekarangan bisa Rp2 juta hingga Rp2,5 juta per meter,” terang pengembang perumahan di Sragen, Anton Dwi Krasianto, saat dihubungi Solopos.com pada Rabu (2/8/2023).

Senada dengan Anton, Camat Gemolong, Ancil Sudarto, menjelaskan pembangunan Politeknik Pariwisata Negeri Jawa Tengah Sragen di wilayahnya berpengaruh sangat besar pada harga tanah. Terutama di sekitar lokasi pendirian kampus tersebut yaitu di Desa Kwangen dan Desa Ngembatpadas.

Adapun berdasarkan rumah123.com, harga rata-rata tanah di Gemolong, Sragen, saat ini mulai Rp1 juta per meter persegi. Makin strategis harga tanah semakin fantastis, misalnya tanah pekarangan seluas 1.545 meter persegi di pinggir Jl. Solo-Purwodadi dibanderol dengan harga Rp2,1 juta meter persegi. Namun ada juga tanah seluas 511 meter persegi dengan lokasi strategis di pinggir jalan raya dijual seharga Rp10 juta per meter.

Ada juga tanah seluas 1.090 meter persegi ditawarkan dengan harga Rp3,2 juta per meter persegi. Lokasi tanah ini berada di jalan raya Gemolong. Di wilayah Desa Kragilan terdapat tanah seluas 9.390 meter persegi yang dijual seharga Rp10 miliar yang diklaim cocok untuk gudang.

Gemolong memang menjadi primadona baru dalam pengembangan kawasan terutama untuk permukiman. Hal tersebut merujuk penelitian berjudul Efektivitas Perkotaan Gemolong Sebagai Pusat Pelayanan Permukiman di Kabupaten Sragen karya Sri Murdiati Rin Permatasari, Ana Hardiana, Rufia Andisetyana Putri, mahasiswa Prodi Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik, Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo pada 2016 yang diakses melalui jurnal.uns.ac.id.

Penelitian itu menyebutkan Gemolong merupakan kawasan dengan tingkat ordo ke-II di bawah ibu kota kabupaten dan sedang mengalami perkembangan dan pembangunan yang intensif. Kecamatan yang memiliki 2.138 hektare sawah tadah hujan ini berada pada hierarki wilayah yaitu PKL-p (Pusat Kegiatan Lokal yang dipromosikan). Status sebagai PKL-p ini kemudian menjadikan Gemolong sebagai pusat kota bagi kawasan pelayanannya.

Kawasan pelayanan dari Gemolong sendiri melingkupi enam kecamatan (Tanon, Miri, Sumberlawang, Kalijambe, Plupuh serta Gemolong) yang berbatasan dengan Kota Solo di selatan, Boyolali di barat dan Grobogan di sebelah utara. Berdasarkan rencana tata ruang wilayah Kabupaten Sragen 2011-2031 disebutkan bahwa peruntukan kecamatan dengan 341 rukun tetangga (RT) ini sebagai pusat pelayanan permukiman perkotaan.

Kesimpulan dari penelitian ini yakni Gemolong telah efektif dan berhasil menjadi pusat pelayanan permukiman jika dilihat dari sisi ketercapaian fungsi pelayanan. Sementara pemenuhan kebutuhan pelayanan dan keterjangkauan pelayanan belum sesuai atau belum terpenuhi. Masih ada pelayanan yang belum cukup (jumlahnya) dan masih ada kawasan pelayanan yang belum terjangkau oleh pelayanan permukiman.

Kesimpulan berikutnya, tingkat efektivitas perkotaan Gemolong sebagai pusat pelayanan permukiman di Kabupaten Sragen adalah mendekati efektif. Ini berarti peran perkotaan Gemolong sudah cukup baik namun belum optimal sehingga harus terus ditingkatkan.

Kekurangan ketersediaan sarana pelayanan, berimplementasi kepada masyarakat untuk memenuhi kebutuhan pelayanannya di kota sekitar (Solo, Porwodadi, Boyolali) yang memiliki ketersediaan yang lebih lengkap.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya