SOLOPOS.COM - Kedai Es Dawet Bayat milik Agung Tyas Prasetya yang terletak di Cemani, Grogol, Sukoharjo. (Istimewa/Agung Tyas Prasetya).

Solopos.com, SOLO — Pemilik usaha Authentic Es Dawet Bayat, Agung Tyas Prasetya, 37, mampu menjual ribuan porsi es dawet per bulan. Kesegaran minuman asli Kabupaten Klaten ia lihat sebagai prospek bisnis yang mempunyai peluang cukup besar.

Agung mempunyai dua produk utama yaitu Es Dawet Bayat berbahan baku santan dan Es Dawet Bayat menggunakan fiber creme sebagai pengganti santan. Walaupun baru berjalan setahun, usaha es dawet Bayat miliknya biasa dicari konsumen.

Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

“Usaha ini dirintis pada awal Januari 2022. Pertama karena enak jadi saya coba pasarnya di Solo, karena aslinya di Klaten. Rasanya masuk buat saya, saya coba pasarin di sini kami produksi sendiri juga sih, produksinya di Cemani, Grogol, Sukoharjo, home made tapi resepnya dari asli Bayat,” ujar Agung saat dihubungi Solopos.com pada Kamis (2/3/2023).

Produk awal Agung hanya menggunakan santan, kemudian ia mengembangkan fiber creme sejak Januari 2023 lalu sebagai pilihan bagi orang yang tidak mengonsumsi santan ataupun susu. Untuk jenis es dawet santan ia menjual minuman ini di kedai miliknya di Cemani, Grogol, Sukoharjo. Sementara untuk es dawet fibercreme ia menjual secara online, ia juga memasok beberapa tempat.

Produk minuman Es Dawet Bayat milik Agung Tyas Prasetya. (Istimewa/Agung Tyas Prasetya).

“Di warung yang es dawet santan paling banyak 50 porsi per hari, jadi makan di tempat, pakai batok kelapa per porsi Rp5.000 per porsi, ada tambahan juga, misal tape ketan jadi Rp7.000 per porsi, sama musim durian ini bisa buat topping, jadi harga Rp10.000 per porsi. Kalau yang es dawet fiber creme ada di koperasi PKU Muhammadiyah Solo, sama di RS dr Oen, kantin Hetero Space, sama koperasi Bank Bukopin. Satu botol es dawet fiber creme kemasan 250 ml seharga Rp7.000 per botol. Rata-rata laku 50 porsi,” ujar Agung.

Apabila dikalkusikan selama sebulan paling tidak ia bisa menjual ribuan es dawet. “Fiber creme, jadi kan nonkolesterol, jadi aman, jadi ketika orang enggak suka santan atau pantangan, atau enggak bisa minum susu. Rasanya tidak jauh berbeda, hanya memang kalau santan lebih strong tapi kalau fiber creme lebih soft, misalnya kalau kopi itu, kalau pakai santan itu perbandingannya double shot, kalau yang fibercreme itu oneshot. Tapi rasa gurihnya itu masih, teman saya bilang itu es dawet kekinian, rasanya seperti di kafe-kafe,” tambah Agung.

Agung menilai usaha es dawet miliknya cukup prospektif, sehingga ia berani merambah ke rumah sakit, dan tempat-tempat lain.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya