Bisnis
Jumat, 19 Mei 2023 - 12:26 WIB

Saham BSI Melemah Dibayangi Sentimen Serangan Siber, Ini Komentar Analis

Aliftya Amarilisya  /  Anik Sulistyawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) mengumumkan layanan perbankan BSI sudah pulih secara bertahap dan nasabah dapat bertransaksi kembali di kantor cabang dan ATM, setelah mengalami kendala pada Senin (8/5/2023).(Istimewa)

Solopos.com, JAKARTA — Harga saham PT Bank Syariah Indonesia Tbk. (BRIS) dalam sepekan terpantau mengalami pelemahan seusai tersentil sentimen dugaan adanya kebocoran data nasabah yang disebabkan oleh serangan siber ransomware.

Seusai diduga mengalami kebocoran data, pada Selasa (16/5/2023) saham BRIS melemah 6,98 persen ke level Rp1.600 per saham. Selama sepekan terakhir, saham BSI juga dalam tren pelemahan dengan penurunan sebesar 8,83 persen.

Advertisement

Research Analyst Infovesta Kapital Advisori Arjun Ajwani mengatakan saat ini BRIS memang sedang berada dalam downtrend koreksi harga setelah mencapai high price pada pekan lalu yang sempat menyentuh harga Rp1.810 per saham.

“Ya pasti itu signal yang negatif karena sekarang saham tersebut berada di level support yaitu Rp1.600 [berdasarkan penutupan Rabu]. Harga support berikutnya di Rp1.580 dan support berikutnya lagi berada di level Rp1.520,” jelasnya kepada Bisnis, dikutip Jumat (19/5/2023).

Advertisement

“Ya pasti itu signal yang negatif karena sekarang saham tersebut berada di level support yaitu Rp1.600 [berdasarkan penutupan Rabu]. Harga support berikutnya di Rp1.580 dan support berikutnya lagi berada di level Rp1.520,” jelasnya kepada Bisnis, dikutip Jumat (19/5/2023).

Arjun menambahkan investor perlu memperhatikan bahwa saat ini BRIS tengah membentuk pola double top.

“Investor perlu perhatikan harga ini yaitu Rp1.520 sebagai entry point. Kalau sahamnya kuat mempertahankan di atas level tersebut setelah closing dan mulai naik lagi jumat, artinya sahamnya mulai rebound lagi dan investor bisa masuk,” tambahnya.

Advertisement

Mengutip pada laporan keterbukaan informasi yang dibagikan perseroan, transaksi tersebut dilakukan pada harga Rp1.750 per saham. Angka itu dilepas di bawah harga penutupan yakni Rp1.755 per saham. Dengan demikian, Sutanto diproyeksi menyerok dana segar mencapai Rp2,62 miliar.

Seusai transaksi tersebut, kepemilikan saham Sutanto diketahui tersisa 598.800 saham dengan persentase kepemilikan menjadi 0,0013 persen. Adapun, perseroan menjelaskan bahwa tujuan transaksi diperuntukkan untuk memenuhi keperluan keluarga dengan status kepemilikan merupakan saham langsung.

Terkait dengan dugaan serangan siber ransomware, manajemen BSI memastikan kerahasiaan data nasabah dalam kondisi aman di tengah kabar kebocoran data yang diakibatkan oleh serangan siber beberapa waktu lalu. Corporate Secretary BSI Gunawan A. Hartono menuturkan bahwa hingga saat ini nasabah sudah dapat melakukan transaksi secara normal.

Advertisement

“Dapat kami sampaikan bahwa kami memastikan data dan dana nasabah aman, serta aman dalam bertransaksi. Kami berharap nasabah tetap tenang karena kami memastikan data dan dana nasabah aman, serta aman dalam bertransaksi. Kami juga akan bekerja sama dengan otoritas terkait dengan isu kebocoran data,” kata Gunawan dalam keterangan tertulisnya, Selasa (16/5/2023).

Sejalan dengan hal tersebut, manajemen BSI turut menyampaikan komitmennya untuk terus melakukan penguatan pada sistem digital dan keamanan perbankan dengan prioritas utama yakni menjaga data dan dana nasabah.

BSI juga mengajak masyarakat dan para stakeholder untuk semakin sadar akan hadirnya potensi serangan siber yang dapat menimpa siapa saja. BSI pun terus meningkatkan upaya pengamanan untuk memperkuat digitalisasi dan keamanan sistem perbankan dengan prioritas utama menjaga data dan dana nasabah.

Advertisement

Gunawan mengakui serangan siber merupakan ancaman di era digital, seiring dengan meningkatnya penggunaan IT pada proses bisnis. Serangan siber dapat terjadi di mana-mana dan bisa menyasar ke berbagai pihak.

“Ini merupakan keniscayaan dengan semakin banyaknya penggunaan IT pada bisnis. Oleh karena itu, penting bagi kita sebagai pelaku bisnis untuk meningkatkan kewaspadaan dan memperbanyak kolaborasi dengan pemerintah, regulator, dan masyarakat umum, untuk mencegah kejahatan siber semakin berkembang,” ujarnya.

Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Solopos.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif