SOLOPOS.COM - Dokter Spesialis dan Tenaga medis Divisi Aritmia RS UNS, berfoto di Ruangan Laboratorium Kateterisasi Jantung RS UNS bersama Direktur RS UNS, Prof. Dr. Hartono, dr., M.Si.(Istimewa)

Solopos.com, SOLO — Aritmia jantung, merupakan gangguan kelistrikan jantung yang banyak terjadi di masyarakat. Hanya, gangguan atau penyakit yang juga bisa berakibat fatal itu saat ini masih jarang terdeteksi akibat kurangnya peralatan dan tenaga ahli.

Dokter Spesialis Jantung dan Ahli Aritmia Rumah Sakit (RS) UNS, dr. Irnizarifka, SpJP(K), mengatakan aritmia terjadi karena adanya gangguan listrik pada jantung. Hal ini menyebabkan ritme detak jantung tidak beraturan, terlalu kencang atau terlalu lambat.

Promosi Sistem E-Katalog Terbaru LKPP Meluncur, Bisa Lacak Pengiriman dan Pembayaran

Disebutkan bahwa penyakit tersebut sebenarnya merupakan satu jenis penyakit di jantung yang selama ini masih jarang terdeteksi. Hal itu disebabkan oleh alat untuk mendeteksi gangguan itu belum banyak beredar di Indonesia. Begitu juga dengan tenaga ahlinya.

Dia menjelaskan, pada kasus aritmia jantung, biasanya pasien merasakan berdebar, pingsan atau hampir pingsan. Gangguan ini juga tidak memandang usia. Sebab bisa terjadi di semua kalangan usia.

“Kasus ini bisa muncul pada usia bayi hingga orang tua. Kalau ada aritmia, berpotensi membahayakan nyawa jika tidak terdeteksi dan dilakukan terapi yang tepat,” kata dia, Sabtu (4/11/2023).

Untuk itu penting bagi masyarakat dapat mendeteksi awal terkait kondisi ritme jantungnya. Caranya adalah dengan melakukan Menari atau memeriksa nadi sendiri. Dimana cara tersebut telah kembali digalakkan sebagai program nasional di 2023 ini.

Caranya adalah dengan meraba nadi yang ada di pergelangan tangan, saat kondisi istirahat. Setelah itu, mulai hitung denyut nadinya. Jika jumlahnya lebih dari 100 kali per menit atau kurang dari 60 kali per menit, atau ritmenya tidak teratur, artinya ada masalah di listrik jantungnya. Disebutkan, rumus tersebut berlaku bagi masyarakat usia dewasa.

“Ini sedang digalakkan lagi secara nasional. Fungsinya agar masyarakat awam bisa mendeteksi sendiri denyut nadinya,” lanjut dia.

Di sisi lain, saat ini RS UNS telah menyiapkan diri menjadi rumah sakit yang bisa melaksanakan diagnostik dan terapeutik secara paripurna di bidang aritmia jantung. Hal ini sekaligus untuk melengkapi layanan kesehatan jantung yang ada di Soloraya.

“Saat ini, tidak ada satupun rumah sakit di Soloraya yang telah mampu melaksanakan diagnostik dan terapeutik di bidang aritmia. Di sinilah RS UNS menangkapnya, sehingga RS UNS telah membuat suatu layanan khusus aritmia,” jelasnya.

Dijelaskan bahwa divisi aritmia RS UNS telah dibekali seluruh alat uji diagnostik yang lengkap, termasuk untuk kebutuhan terapeutik. RS UNS telah dilengkapi laboratorium kateterisasi jantung khusus untuk aritmia, sehingga semua masalah di bidang aritmia dapat dilayani secara one stop service.

“Kebijakan kami untuk cathlab [layanan kateterisasi jantung], bukan hanya untuk koroner. Kami melengkapi RSUD dr. Moewardi, untuk bisa menciptakan Solo yang lebih aman untuk Hidup,” kata dr. Irnizarifka.

RS UNS juga telah berhasil melakukan ablasi (terapeutik aritmia) pertama di Soloraya menggunakan alat khusus yang canggih.

Saat ini jumlah pasien aritmia yang menjalani ablasi di RS UNS, sejak dibuka 1 September 2023, sudah cukup banyak. Ada sekitar empat pasien dalam sepekan. Sedangkan untuk antrean ablasi saat ini sudah sampai di bulan Maret 2024.

Dia menjelaskan dengan penanganan yang tepat, aritmia jantung bisa disembuhkan. Bahkan ketika pasien telah menjalani ablasi, atau dilakukan pemasangan pacu jantung permanen, maka umumnya pasien akan bebas dari obat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya