SOLOPOS.COM - Para peserta Kongres Nasional ke-4 Asosiasi Rumah Sakit Perguruan Tinggi Negeri (ARSPTN) sukses digelar Jumat (11/8/2023) hingga Minggu (13/8/2023) di The Sunan Hotel, Solo. (Istimewa)

Solopos.com, SOLO  — Direktur utama Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI), dr. Astuti Giantini Sp. PK (K), MPH, menilai, Rumah Sakit Pendidikan berpotensi menjadi rumah sakit terbaik. 

Dalam acara Kongres Nasional (Konas) ke-4 Asosiasi Rumah Sakit Perguruan Tinggi Negeri (ARSPTN) sukses digelar Jumat (11/8/2023) hingga Minggu (13/8/2023) di The Sunan Hotel, Solo, Astudi menjelaskan, saat ini 10 rumah sakit terbaik di dunia merupakan Rumah Sakit Pendidikan.

Promosi Layanan Internet Starlink Elon Musk Kantongi Izin Beroperasi, Ini Kata Telkom

“10 rumah sakit terbaik di dunia adalah rumah sakit pendidikan. Tentu ini yang semestinya bisa menjadi acuan bagi para pengelola Rumah Sakit Perguruan Tinggi Negeri meningkatkan kualitasnya agar bisa terus bersaing,” ujar Astuti, Minggu (13/8/2023).

Ia mencontohkan RS UI bisa memberikan pelayanan prima namun tetap bisa mendapatkan profit. Menurut Astuti, hal tersebut bisa dilakukan karena tata kelola yang baik dan terukur.

“Sisi pelayanan harus tetap berkualitas tinggi namun low cost. Pengendalian biaya melalui cost containment dengan menghitung biaya variabel dan total fixed cost. Tapi sama sekali tidak boleh mengurangi kualitasnya,” lanjutnya.

Astuti mencontohkan cara memberikan pelayanan kualitas tinggi namun tetap diimbangi dengan biaya yang rendah. Menurutnya, cara utama yang bisa dilakukan dengan mempertimbangkan variabel biaya dengan melihat modul dari standar yang dilakukan.

“Kami perlu melihat dan mencari secara detail namun tetap berkualitas tinggi. Jadi misalkan ada prosedur Coronary Artery Bypass Graft (CABG) itu harganya sekitar Rp500 juta. Kami perlu mencari modul operasinya seperti apa, kami coba pertimbangkan dengan mengganti beberapa variabel tapi tetap dengan kualitas yang tidak boleh turun, di RS UI kami bisa menekan hingga hanya memakan biaya Rp180 juta untuk operasi CABG,” lanjutnya.

Astuti kemudian menjelaskan ada delapan variabel yang bisa dilakukan agar membuat Rumah Sakit Pendidikan bisa bersaing. 

“Ada delapan poin penting yang bisa dilakukan agar bisa bersaing, mulai dari kendali biaya dalam efisiensi, meningkatkan efisiensi, sistem pembayaran, standarisasi pelayanan, mengembangkan kesadaran akan biaya, intervensi teknis, hospital investment control dan penggunaan sistem Casemix,” ujarnya.

Kona ke-4 ARSPTN mengusung tema Strategi Peningkatan Mutu Pendidikan Klinik yang bersinergi dengan Pelayanan dan Penelitian RS PTN dan RSGM PTN serta Percepatan Akreditasi Rumah Sakit Pendidikan. 

Kegiatan ini diharapkan bisa menjadi sarana untuk mempromosikan, mengembangkan, dan memajukan Rumah Sakit Pendidikan, melalui pertukaran pengetahuan, keterampilan dan informasi antar ahli di bidang perumahsakitan.

Ketua Panitia Simposium ARSPTN ke-4, Rizki Abri Laksono, dalam sambutannya mengatakan kegiatan ini dihadiri 1.000 peserta yang berasal dari Rumah Sakit Perguruan Tinggi Negeri. 

“Besar harapan kami kegiatan ini dapat berlangsung sukses dengan dihadiri oleh 1.000 peserta yang berasal dari Direktur Rumah Sakit beserta jajarannya, Dokter, Perawat, Farmasi dan Praktisi Pendidikan yang berkaitan dengan Rumah Sakit Pendidikan. Berbagai trend dan issue di bidang layanan Rumah Sakit dan pendidikan akan dibahas pada pertemuan ini,” ujarnya Jumat (11/8/2023).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya