Bisnis
Selasa, 15 Maret 2022 - 18:48 WIB

Risiliensi Komunikasi di Masa Pandemi, Begini Kata Doktor di Unpad

Bayu Jatmiko Adi  /  Ahmad Mufid Aryono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ketua Umum IDIK Unpad, Pitoyo, memberikan sambutan dalam Seminar Nasional dengan tema Resiliensi Komunikasi Di Era Pandemi, digelar Ikatan Doktor Ilmu Komunikasi (IDIK) Unpad, Selasa (15/3/2022). (Istimewa)

Solopos.com, SOLO–Seminar Nasional digelar oleh Ikatan Doktor Ilmu Komunikasi (IDIK) Universitas Padjadjaran (Unpad) Bandung dengan tema Resiliensi Komunikasi di Era Pandemi, Selasa (15/3/2022).

Acara tersebut digelar sebagai respons IDIK Unpad terhadap fenomena pandemi Covid-19, dan keinginan untuk bangkit dari pandemi Covid-19.

Advertisement

Kegiatan tersebut digelar di Bandung, tepatnya di Auditorium lantai 17 Smart Building UNIKOM, dan melalui aplikasi Zoom dan diajarkan di Youtube TV Harmoni.

Ketua pelaksana seminar, Melki Kumaat, menyampaikan dalam waktu sekitar dua tahun terakhir, masyarakat Indonesia bahkan dunia telah dihadapkan dengan fenomena pandemi Covid-19. Pihaknya pun berharap kondisi ini akan terus pulih.

Advertisement

Ketua pelaksana seminar, Melki Kumaat, menyampaikan dalam waktu sekitar dua tahun terakhir, masyarakat Indonesia bahkan dunia telah dihadapkan dengan fenomena pandemi Covid-19. Pihaknya pun berharap kondisi ini akan terus pulih.

“Seminar Nasional ini merupakan respons dari Ikatan Doktor Ilmu Komunikasi Unpad Bandung terhadap pandemi Covid-19. Mungkin kita sudah capai bertahun-tahun di rumah melakukan work from home. Atas dasar itu IDIK menggelar seminar dengan tema Resiliensi Komunikasi di Era Pandemi. Resiliensi adalah kemampuan bangkit kembali secara positif dari kejadian yang tidak menyenangkan termasuk pandemi Covid-19,” kata dia.

Dia menyebutkan resiliensi dia sadari bukan sesuatu yang didapat sejak lahir. Tapi harus dibangkitkan dan digerakkan. “Itu memerlukan niat dan keberanian. Itu sebabnya IDIK Unpad memberanikan diri. Kami lahir dari fakultas yang mengajarkan ilmu komunikasi, sehingga kami memberanikan diri untuk menunjukkan bahwa kami juga yang memiliki kekuatan membangkitkan diri dari pandemi ini,” jelas dia.

Advertisement

Dia mencontohkan salah satu istilah dalam upaya pencegahan penyebaran Covid-19 yang berubah-ubah. Mulai dari PSBB, PPKM, PPKM Mikro, PPKM Darurat, PPKM Level 2, Level 3, dan sebagainya, dan tidak dijelaskan secara terperinci maksudnya.

Selain isu kesehatan, ada isu lain seperti banjirnya berita bohong yang menambah kebingungan masyarakat. Bahkan menimbulkan reaksi di antaranya penolakan terhadap pemakaian masker, penolakan larangan mudik, penolakan vaksin dan sebagainya. Belum lagi mengenai isu ekonomi.

“Tema ini diharapkan memberikan tambahan wawasan dan memberi sumbangan pemikiran pemangku kebijakan,” jelas dia.

Advertisement

Ketua DPD, La Nyalla Mahmud Mattalitti, menjelaskan pada masa pandemi Covid-19, masih ada kelemahan dalam hal komunikasi negara dalam upaya penanganan pandemi.

“Bisa kita mencermati pola komunikasi negara terkait upaya menyikapi pandemi dan mengatasi dampaknya, dalam perspektif komunikasi memang masih memiliki beberapa kelemahan. Terutama jika dipandang dari sisi resiliensi komunikasi,” kata dia.

Dia mengatakan sempat memberi catatan kritis kepada pemberi kebijakan terkait penanganan pandemi. Sebab menurutnya terdapat perbedaan bahkan pertentangan dan kesimpangsiuran informasi terkait pandemi.

Advertisement

Menurut dia, informasi yang membingungkan publik akibat terjadinya perbedaan informasi dan kebijakan antar kementerian dan lembaga adalah satu bentuk nyata kegagalan membangun pola komunikasi dengan pendekatan resiliensi.

“Bahkan ada kebijakan yang berubah-ubah dalam hitungan jam. Pagi disampaikan begini, siang begitu, sore berubah lagi. Saya tidak mengerti apakah ini karena ketidaksiapan para pemegang kebijakan dalam menghadapi pandemi atau karena pola komunikasi yang tidak siap di era pandemi ini,” lanjut dia.

Di sisi lain, dia mengatakan kegaduhan yang diakibatkan kesimpangsiuran informasi tentu berdampak buruk terhadap percepatan penanganan Covid-19 dan proses penyembuhan dampak pandemi.

“Kesulitan ekonomi benar-benar dirasakan masyarakat. Seharusnya ini menjadi concern para doktor komunikasi untuk ikut memberikan sumbangan saran dan pemikiran kepada pemegang kebijakan agar menghindarkan diri sebagai sumber kegaduhan publik akibat pesan dan kegagalan membangun komunikasi yang baik. Sebab spirit dari resiliensi adalah mengajak orang untuk bangkit dengan empati dan simpati serta penciptaan harapan yang realistis bukan menimbulkan kebingungan dan kegaduhan,” jelas dia.

Selain La Nyalla, pada seminar tersebut juga menghadirkan beberapa pembicara, baik secara online maupun langsung. Di antaranya adalah Gubernur Jawa Timur yang diwakili oleh Kepala Dinas Pendidikan Jawa Timur, CBO Indosat Ooredoo Hutchison, Bayu Hanantasena dan Guru Besar FIKOM Unpad, Engkus Kuswarno.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif