Bisnis
Selasa, 15 November 2022 - 17:30 WIB

Ribuan Penjor Sambut Delegasi Pertemuan KTT G20, Begini Makna Filosofisnya

Mariyana Ricky P.d  /  Muh Khodiq Duhri  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Penjor terpasang di Taman Patung Satria Gatotkaca di By Pass Ngurai Rai Bali, Selasa (15/11/2022). (Solopos.com/Mariyana Ricky P.)

Solopos.com, BADUNG — Sebanyak 2.500 penjor atau bambu dengan hiasan daun kelapa muda yang umumnya dipasang umat Hindu di Bali menjelang hari raya dipasang di jalan guna menyambut delegasi KTT G20.

Gubernur Bali Wayan Koster mengatakan penjor tersebut dipasang dari Bandara I Gusti Ngurah Rai menuju lokasi pertemuan dan hotel yang ditempati petinggi G20 pada Selasa-Rabu (15-16/11/20222). Pemasangan penjor itu telah dimulai sejak 9 November lalu. Seluruh dana pemasangan penjor ini berasal dari Pemprov Bali sebesar Rp3,5 miliar, namun pengerjaannya sepenuhnya digarap masing-masing desa adat.

Advertisement
Penjor menyambut delegasi KTT G20 di By Pass Ngurah Rai, Selasa (15/11/2022). (Solopos.com/Mariyana Ricky P.)

“Desain penjornya sudah diberikan, penjor yang istimewa seperti yang suka dilombakan di Kerobokan. Wah, keren banget klasik Bali yang unik dan nilai seninya luar biasa,” kata dia, seperti dilansir dari Antara. Penjor-penjor tersebut dibagi menjadi dua jenis yaitu madya atau menengah yang dipasang di jalan raya, sementara jenis utama dipasang di lokasi pertemuan seperti venue utama G20, Hotel The Apurva Kempinski, dan Kawasan Mangrove.

Budayawan Bali, Wayan Westa, dihubungi Solopos.com, Selasa (15/11/2022), menyampaikan penjor lazim dipasang pada Hari Raya Galungan dan Kuningan, serta dalam beberapa upacara tertentu di Bali. “Pemasangan penjor pada hari suci itu jelas tak sekadar sebagai hiasan, tetapi memiliki fungsi sebagai sarana upacara. Artinya penjor sebagai sarana upacara yang disakralkan,” kata dia.

Advertisement

Budayawan Bali, Wayan Westa, dihubungi Solopos.com, Selasa (15/11/2022), menyampaikan penjor lazim dipasang pada Hari Raya Galungan dan Kuningan, serta dalam beberapa upacara tertentu di Bali. “Pemasangan penjor pada hari suci itu jelas tak sekadar sebagai hiasan, tetapi memiliki fungsi sebagai sarana upacara. Artinya penjor sebagai sarana upacara yang disakralkan,” kata dia.

Kemudian pada perkembangan belakangan ini, sambungnya, fungsi penjor beralih juga untuk hal-hal profan atau pemakaiannya di luar kegunaan upacara suci di Bali. Misalnya pada hari-hari khusus keagamaan masyarakat Kristen di Bali, penjor juga dipasang di gereja-gereja.

Baca Juga: Cerita William Wongso Kreasikan Menu Kuliner untuk Peserta KTT G20

Advertisement

Nah, bagaimana dengan penjor yang dipergunakan di luar peruntukan upacara? Wayan Westa mengatakan apabila penjor yang dibuat itu lengkap [dalam arti pirantinya lengkap] sebagaimana tatwa yang diyakini orang Bali, sesungguhnya peruntukan itu menyalahi tatwa.

Penampakan penjor di Bali Collection, Nusa Dua, Bali, Selasa (15/11/2022). (Solopos.com/Mariyana Ricky P.)

“Namun jika penjor yang dipasang hanya sebagai hiasan, sampai saat ini belum ada orang Bali yang protes. Artinya boleh-boleh saja. Asalkan, piranti atau sarana dalam penjor itu tidak selengkap penjor untuk “aturan” atau persembahan Galungan dan Kuningan. Misalnya tidak diisi sanggah, tempat menaruh “aturan banten” dan sebagainya, itu boleh-boleh saja sesungguhnya, selama belum ada regulasi ketat dari lembaga keagamaan,” ungkapnya.

Baca Juga: Jadi Kendaraan Resmi KTT G20, Mobil Listrik Mungil Air ev Sedot Perhatian

Advertisement

Wayan Westa mengatakan penjor untuk hiasan sepanjang jalan menuju KTT G20, sebenarnya boleh saja guna menunjukkan identitas Bali dan rasa hormat pada tamu, apalagi  yang datang tak sembarangan tamu. “Beliau-beliau yang datang itu adalah kepala negara, memang pantas disambut meriah, termasuk dengan penjor hiasan, dan sebagainya.”

Menurutnya, secara filosofi penjor adalah lambang gunung atau maha meru. Gunung adalah sumber kerahayuan, kesejahteraan. Biasanya, kata Wayan Westa, di dalam penjor itu dipasang atau digantungi beragam hasil bumi.

Maknanya tiada lain untuk mengucapkan rasa terima kasih pada ibu bumi, sebagai penyokong hidup, karena telah melimpahkan kesejahteraan/kemakmuran. Maka pesan penjor yang paling hakiki adalah orang Bali diajarkan untuk senantiasa merawat bumi, supaya bumi ini senantiasa memberi kita kelangsungan hidup, kesejahteraan dan kemakmuran.

Advertisement

Baca Juga: Presiden Jokowi Resmi Buka KTT G20 di Apurva Kempinski Bali

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif