Solopos.com, JAKARTA – Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) mengungkapkan penyebab kelangkaan elpiji 3 kg dikarenakan adanya penyimpangan distribusi. Salah satunya adanya penggunaan elpiji 3 kg dari kalangan pemilik restoran atau rumah makan.
Ketua Pengurus Harian YLKI Tulus Abadi menyebut bahwa sampai saat ini masih terdapat masyarakat menengah ke atas membeli elpiji 3 kg yang harusnya untuk pihak yang tidak mampu.
“Atau sektor bisnis seperti restoran ikut mencecap gas 3 kg untuk keperluan bisnisnya,” kata Tulus dalam siaran pers, Jumat (4/8/2023). Akibat fenomena ini, Tulus menuturkan bahwa hal tersebut membuat kouta elpiji 3 kg berkurang dan membuat kelangkaan.
Terlebih, dari pemerintah sendiri belum menambahkan kuota pasokan gas berwarna hijau ini. Atas dasar tersebut, Tulus menjabarkan beberapa solusi yang bisa dikerjakan oleh pemerintah untuk mengatasi fenomena ini.
Pertama, Tulus menyebut pemerintah harus mengembalikan distribusi elpiji 3 Kg menjadi distribusi tertutup seperti tahun 2004. “Nantinya hanya rumah tangga miskin [sesuai DTKS Kemensos], yang boleh dan bisa beli gas elpiji 3 Kg,” ujarnya.
Selanjutnya, solusi kedua adalah pemerintah perlu menambah pasokan elpiji 3 kg tersebut. Namun, hal itu dilakukan jika pemerintah berani dan memiliki keuangan yang stabil. Ketiga, Tulus menjabarkan bahwa pemerintah perlu membuat sebuah kebijakan berdasarkan hukum guna menghukum pihak yang menyalahgunakan atau mengoplos gas melon ini.
Keempat terkait masalah kelangkaan itu seharusnya regulator/pemerintah yang harus pro aktif untuk mengevaluasi kebijakannya. “Sebab berbagai masalah itu bermula dari inkonsistensi kebijakan dari regulator. Sedangkan Pertamina sebagai operator hanya menjalankan penugasan saja,” ucap Tulus.
Artikel ini telah tayang di Bisnis.com dengan judul Kelangkaan elpiji 3 Kg, YLKI Blak-blakan Soal Penyebabnya.