SOLOPOS.COM - Ilustrasi PHK massal (Freepik).

Solopos.com, SOLO — Potensi Amerika Serikat gagal membayar utang berdampak pada penurunan kinerja ekspor pada semester II/2023.

Industri berorientasi ekspor berpotensi melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) secara besar-besaran akibat ancaman resesi ekonomi di negara Paman Sam.

Promosi Telkom dan Scala Jepang Dorong Inovasi Pertanian demi Keberlanjutan Pangan

Utang Amerika Serikat terus meningkat dari tahun ke tahun. Kini, utang negara ekonomi terbesar dunia dunia ini mencapai US$ 31,5 trilun atau setara Rp463.000 triliun mengacu kurs Rp14.700 per dolar AS.

Ekonom Center of Economics and Law Studies (Celios), Bhima Yudhistira mengatakan potensi gagalnya Amerika Serikat membayar utangnya berdampak sistemik terhadap negara lain.

Negeri Paman Sam tersebut kemungkinan besar bakal mengambil kebijakan pemangkasan belanja pemerintah. Imbasnya, tingkat konsumsi domestik bakal merosot tajam.

“Jika konsumsi domestik di Amerika Serikat turun maka berpotensi mengganggu kinerja ekspor di Tanah Air. Bagaimanapun juga AS adalah mitra ekspor tradisional dengan porsi sebesar 9,2% sepanjang Januari-Maret 2023,” kata dia, kepada Solopos.com, Jumat (5/5/2023).

Selain Tiongkok, Jepang, dan India, Amerika Serikat merupakan mitra dagang Indonesia yang memiliki peran vital di pasar global.

Selama periode Januari-Maret, Amerika Serikat menjadi mitra ekspor tradisional dengan porsi sebesar 9,2 persen. Bila terjadi resesi ekonomi di Amerika Serikat otomatis berdampak terhadap kinerja ekspor di Tanah Air.

Ekspor yang terdampak ancaman resesi di Amerika Serikat antara lain Industri Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) dan Alas Kaki, produk olahan karet, crude palm oil (CPO), perikanan, beragam produk dari kulit, dan furnitur.

“Jika terjadi penurunan permintaan ekspor maka sinyal paling bahaya adalah pemberhentian hari kerja (PHK) massal di sektor industri yang beroritentasi ekspor. Tak hanya manufaktur, melainkan sektor lain yang berbasis komoditas perkebunan dan tambang,” papar dia.

Bhima menyoroti kinerja ekspor industri TPT dan alas kaki selama periode 2017-2021. Secara kumulatif, ekspor TPT dan alas kaki belum menorehkan catatan positif.

Ekspor pakaian jadi ke pasar Amerika Serikat terkontraksi minus tiga persen, dab alas kaki minus satu persen. Begitu pula, produk dari kulit juga mengalami kontraksi minus tiga persen.

Solusinya, lanjut Bhima, pemerintah Indonesia harus mengerem hasrat berutang demi pembangunan megaproyek yang secara ekonomi tidak layak.

“Porsi utang pemerintah dalam bentuk surat berharga negara (SBN) sebaiknya dikurangi dengan memprioritaskan peningkatan rasio pajak dan pengendalian belaja dalam negeri,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya