SOLOPOS.COM - Ilustrasi beras. (Istimewa/freepik.com)

Solopos.com, JAKARTA — Demi meredam lonjakan harga beras, pemerintah meminta Perum Bulog untuk mempercepat penyaluran stok beras yang tersedia.

“Jadi, kemarin diputuskan agar Perum Bulog diminta mempercepat penyaluran stok beras yang sudah ada,” ujar Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi, dan Persidangan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Haryo Limanseto di Jakarta, Selasa (13/2/2024) seperti dilansir Antaranews.

Promosi Telkom dan Scala Jepang Dorong Inovasi Pertanian demi Keberlanjutan Pangan

Ia mengatakan hingga 12 Februari 2024, Perum Bulog sudah menyalurkan 226.00 ton beras untuk program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) serta 179.000 ton beras untuk bantuan pangan.

Selain mempercepat penyaluran stok beras yang tersedia, dia menyatakan Bulog juga diminta untuk mempercepat pengadaan beras impor.

Saat ini Bulog memiliki sisa kuota beras impor tahun 2023 sebanyak 500.000 ton yang sedang dalam perjalanan. Sementara itu, tahun ini Bulog memiliki kuota impor sebesar 2 juta ton.

Namun, Haryo menyatakan pengadaan beras impor saat ini pun tidak mudah imbas dari konflik antara Rusia dan Ukraina serta meningkatnya tensi geopolitik di kawasan Terusan Suez yang membuat harga pangan dunia melonjak akibat terganggunya pasokan bahan baku pupuk dan rantai pasok global.

Selain situasi geopolitik global yang sulit, ia menuturkan bahwa melonjaknya harga beras saat ini juga dipicu oleh tingginya harga komoditas tersebut di tingkat produsen domestik serta mundurnya musim tanam awal 2024 di berbagai daerah di seluruh Indonesia.

“Karena mundurnya musim tanam, selama Januari-Maret 2024, produksi beras dalam negeri diprediksi hanya 5,82 juta ton, turun 37 persen dibandingkan dengan periode Januari-Maret tahun lalu,” katanya.

Sementara itu, terkait pernyataan Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) agar pemerintah merelaksasi harga eceran tertinggi (HET) beras, Haryo menyatakan usulan tersebut akan ditampung terlebih dahulu.

“Masukan terkait relaksasi harga ini, nanti kami tampung dulu, sejauh ini belum dibahas,” ujarnya lagi.

Ketua Umum Aprindo Roy N Mandey menyampaikan perubahan HET perlu dilakukan agar peritel dapat terus menyediakan bahan pokok guna mencegah kekosongan atau kelangkaan di gerai-gerai ritel modern.

“Kami memerlukan sikap pemerintah dan pihak berwenang untuk merelaksasi pula aturan main HET yang ditetapkan, sehingga peritel dapat terus membeli, menyediakan dan menjual kebutuhan pokok bagi masyarakat,” ujar Roy saat dikonfirmasi di Jakarta, Minggu (11/2/2024).

Tidak Ada Pembatasan

Di sisi lain, Perum Bulog tidak akan membatasi pembelian beras program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan atau SPHP oleh ritel modern maupun ritel di pasar tradisional. Keputusan tersebut dilakukan setelah terjadi kelangkaan beras di sejumlah gerai ritel modern.

Direktur Utama Perum Bulog Bayu Krisnamurthi mengatakan pihaknya akan melipatkagandakan penyaluran beras SPHP dari alokasi 100.000 ton per bulan.

Dengan begitu, ritel modern maupun kios beras di pasaran dapat memborong beras SPHP tanpa dibatasi kuota.

“Kalau mereka minta berapapun, Alfamart, Indomaret, Pak Roy Mandey berapapun minta SPHP kami siap,” ujar Bayu di Kantor Perum Bulog, Selasa (13/2/2024).

Bayu menjelaskan, sebelumnya Bulog membatasi pengadaan beras SPHP di kalangan pedagang maksimal 2 ton. Namun, saat ini mereka bisa me-restock beras SPHP lebih dari 2 ton saat pasokan telah habis atau menipis.

“Ke depan ya, untuk SPHP sangat memfleksibelkan bagi yang ingin SPHP. Kalau dalam 1 minggu sudah habis boleh ambil lagi. Sampai Maret enggak kita batasi, boleh ambil berapa saja,” bebernya.

Beras SPHP adalah beras yang berasal dari Cadangan Beras Pemerintah (CBP) yang disalurkan ke masyarakat lewat skema subsidi dengan harga penjualan sesuai HET yang ditetapkan yakni Rp10.900 per kilogram.

Bayu menjabarkan, per Februari 2024 volume beras SPHP yang disalurkan ke pasaran telah mencapai 226.000 ton. Secara spesifik untuk wilayah Jakarta dan Banten mencapai 78.000 ton.

Adapun per kemarin, kata Bayu, Bulog telah memasok beras SPHP ke sejumlah gerai ritel modern di Jakarta, seperti Hypermart sebanyak 40 ton, Ramayana 50 ton, Alfamart 30 ton, Lotte Mart 10 ton, Indomaret 40 ton dan Indogrosir 40 ton.

Selain itu sebanyak 800 ton ke BUMD DKI Jakarta Food Stations, dan 2.800 ton ke Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC).

“Kemarin saja Bulog mengeluarkan beras SPHP hampir 4.000 ton di Jakarta saja,” tuturnya.

Kendati begitu, Bayu menegaskan bahwa Bulog tidak bisa serta-merta menyalurkan beras SPHP ke toko ritel tanpa adanya permintaan dari pedagang.



“Tapi repotnya Bulog itu enggak bisa ngasih kalau enggak diminta,” ucapnya.

Sebelumnya, sejumlah gerai ritel modern terpantau mengalami kelangkaan stok beras premium. Pasokan terbatas dan harga yang tinggi disebut jadi biang keroknya.

Berdasarkan pantauan Bisnis.com di sejumlah gerai ritel modern seperti Alfamart, Aflamidi, Indomaret dan Superindo di wilayah Bogor terlihat kekosongan beras premium.

Terpantau rak yang seharusnya berisikan beras premium kemasan 5kg dalam kondisi kosong. Hanya tersisa label bertuliskan pembatasan pembelian beras maksimal 2 pack per orang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya