SOLOPOS.COM - PT Widodo Makmur Perkasa Tbk(WMPP) melalui anak perusahaannya, PT Pasir Tengah memberikan pendampingan kepada petani durian dalam hal penyediaan pupuk organik. (Ilustrasi/Freepik)

Solopos.com, SOLO — Pupuk organik ternyata sangat dibutuhkan dalam pengelolaan pertanian durian. Bahkan dari komposisi pupuk yang digunakan, pupuk organik memiliki komposisi lebih besar dibandingkan pupuk kimia.

Hal tersebut disampaikan oleh para petani durian binaan PT Widodo Makmur Perkasa Tbk(WMPP) melalui anak perusahaannya, PT Pasir Tengah. Mereka adalah Rosihan Anwar dan Henricus Samodra.

Promosi Sistem E-Katalog Terbaru LKPP Meluncur, Bisa Lacak Pengiriman dan Pembayaran

Baik Anwar maupun Henri, keduanya memilih untuk memulai mengelola perkebunan durian karena berawal dari hobi menikmati durian. Anwar mengaku telah memulai menanam durian di kebunnya di wilayah Cariu, Bogor, sejak 10 tahun lalu.

Dia mengaku mulai menanam durian secara autodidak. Pada awalnya, dengan pengetahuan terbatas, beberapa kali sempat mengalami kendala. Bahkan pada tahun-tahun pertama, dia harus mengalami musibah sebab banyak tanaman duriannya yang mati.

“Saat itu banyak mati karena saya pikir hanya sekadar tanam dan ternyata saat itu tingkat kematiannya hampir 20%. Dari situ terus belajar dan belajar hingga saat ini,” kata dia kepada Solopos.com melalui wawancara secara virtual pada Rabu (22/3/2023).

Seiring pemahaman dan pengetahuan yang terus meningkat, saat ini hal itu bisa teratasi. Tingkat kematian sejak dua tahun terakhir pun turun hingga menjadi sekitar 5% saja. Dia mengatakan penurunan tingkat kematian pohon dilakukan dengan pengontrol yang lebih baik ditunjang dengan pupuk yang lebih tepat.

Dia mengakui, pada awalnya dalam penggunaan pupuk, dia hanya menerapkan secara sembarangan. Sebab saat itu belum mengetahui pola pemupukan yang tepat. Kini dirinya mulai mengetahui jika ternyata pupuk memiliki unsur-unsur yang spesifik. Dalam tahap pertumbuhan atau pada tahap pembuahan, memiliki karakteristik yang berbeda, sehingga kebutuhan pupuknya juga berbeda.

“Dulu kami juga tidak tahu apakah yang kami gunakan itu pupuk sudah matang atau masih mentah. Saat itu yang kami gunakan ternyata masih setengah matang, jadi proses fermentasinya belum optimal sehingga masih mengeluarkan gas dan menimbulkan panas,” jelas dia.

Sementara pada tanaman baru, masih sangat sensitif dengan kondisi suhu tanah itu, sehingga rawan mati. Kendala lain, saat awal, karena kurangnya pemahaman tentang pupuk, dia pun menggunakan pupuk yang sangat berlebihan. Hasilnya justru mengundang binatang-binatang atau hama ke dekat tanaman baru dan menyerang akar-akar muda tanaman.

Untuk mengantisipasinya, untuk tanaman muda dia menggunakan pupuk organik cair, tidak langsung menggunakan pupuk padat. Itu dilakukan untuk menghindari banyaknya Binatang atau hama yang datang ke tanaman. Baru setelah berusia enam bulan diberikan pupuk padat dari kotoran hewan.

Meski penting, bukan berarti pengelolaan tanaman durian hanya mengandalkan pupuk organik. Menurutnya penggunaan pupuk kima tetap diperlukan walaupun secara perbandingan lebih sedikit dibandingkan penggunaan pupuk organik.

“Secara umum perbandingannya 30% pupuk kimia dan 70% pupuk organik. Keunggulan pupuk organik, tanah jadi hidup. Setiap tahun kami tidak menambah pupuk kimia lebih banyak. Jadi tetap [perbandingannya],” jelas dia.

Dari pengalaman Anwar, penggunaan pupuk kimia yang terlalu banyak akan menjadikan tanah menjadi tidak subur. Namun pupuk kimia masih diperlukan, terutama pada masa pembuahan. Sebab menurutnya pada masa pembuahan, butuh asupan yang lebih terukur. Sedangkan pada pupuk organik masih ada kendala bahwa komposisinya belum bisa terukur dengan baik. Selain itu dalam pengurangan atau pengendalian hama, masih tetap sebagian pakai pupuk kimia.

Sistem Terasering

Hal yang hampir sama juga disampaikan Henri. Penghobi durian tersebut mulai menanam durian di kebunnya di wilayah Cikalong pada 2020 lalu. Dia memanfaatkan lahannya yang tidak produktif.

“Kemudian kami buat terasering, dan saya pilih untuk tanam durian. Namun dengan mengolah kebun dengan sistem terasering, maka tanah dasar diputar. Di situlah kami butuh pupuk organik untuk mengembalikan unsur hara tanah,” kata dia.

Hampir sama dengan Anwar, Henri juga sempat mengalami kendala dalam penanaman, sehingga menyebabkan beberapa tanamannya mati. Kendala itu lebih pada kedalaman tanam. Namun setelah dilakukan evaluasi, hal itu bisa diatasi.

Dia juga mengatakan dalam penanaman durian, lebih banyak menggunakan pupuk organik. Harga pupuk organik menurutnya juga lebih terjangkau.

Selain itu menurutnya pupuk organik juga lebih tahan lama sehingga tidak perlu sering-sering dalam pengaplikasiannya. Namun dalam perawatan tanaman, pihaknya juga tetap memerlukan semacam penghilang hama untuk membasmi rayap, uret dan sebagainya yang bisa menyerang akar pohon.

“Jadi kami juga keluar biaya untuk beli furadan untuk membasmi rayap, uret dan sebagainya. Kami tetap butuh furadan,” kata dia.

Dia juga mengatakan untuk menjaga kualitas rasa buah, komposisi antara pupuk organik dan pupuk kimia harus diperhatikan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya