SOLOPOS.COM - Pusat oleh-oleh Masjid Sheikh Zayed di Pasar Ngudi Rejeki Gilingan, Solo, pada Minggu (9/7/2023). (Solopos.com/Galih Aprilia Wibowo).

Solopos.com, SOLO — Sepekan sejak dibuka pusat oleh-oleh Masjid Sheikh Zayed Solo yang terletak di Pasar Ngemplak dan Pasar Ngudi Rejeki Gilingan masih sepi pengunjung.

Para pedagang menanti penataan pedagang kaki lima (PKL) di sekitar masjid serta adanya branding dan promosi sehingga mendatangkan wisatawan.

Promosi Fokus Transformasi, Telkom Bagikan Dividen Rp17,68 Triliun atau Tumbuh 6,5%

Saat Solopos.com mengunjungi Pasar Ngudi Rejeki Gilingan pada pukul 09.30 WIB hingga satu jam kemudian belum ada pembeli yang singgah.

Salah satu pedagang, Budiyanti tampak menata produk oleh-oleh Masjid Sheikh Zayed. Ia mencoba menata display produk agar menarik di sebelah barat tangga menuju lantai II.

Sejak sepekan dibuka, pada awal Juli 2023 geliat pembeli di sana masih lesu. Agar pengunjung mengetahui bahwa di sana juga menjual oleh-oleh, ada pamflet yang menunjukkan informasi letak pusat oleh-oleh di depan pasar.

Sekilas di kios depan pasar tradisional hanya menjajakan sepatu dan di lantai II merupakan pusat penjual baju bekas. Budiyanti menguraikan pusat oleh-oleh ini biasanya dilirik pengunjung ketika drop out dari bus dan mencari minuman ataupun toilet ke pasar.

Pusat oleh-oleh di Pasar Ngudi Rejeki Gilingan biasanya buka mulai pukul 11.00 WIB hingga pukul 16.00 WIB.

Namun pada hari pertama Budiyanti mengaku mampu memperoleh omzet Rp100.000. Ada 18 pedagang yang mengisi stan oleh-oleh di Pasar Ngudi Rejeki Gilingan.

Para pedagang di sana memutuskan untuk mengelola pusat oleh-oleh tersebut secara bersama-sama. Budiyanti mengaku para pedagang di  berencana mencari sales untuk menunggu lapak mereka, sehingga mereka mampu memproduksi di rumah.

Budiyanti  menjual camilan balung kethek dengan harga Rp15.000 hingga Rp20.000. Beberapa produk mereka dikemas dengan kemasan bertema Masjid Sheikh Zayed, ada juga kaos yang dijual seharga Rp35.000 hingga Rp50.000 bergambar Masjid Sheikh Zayed.

Kaos tersebut dijual oleh Yanto, Yanto mengaku sebelumnya berdagang di sekitar masjid, di sana ia mengaku kaosnya laku keras namun kadangkala harus berurusan dengan Satpol PP.

Di pusat oleh-oleh ini ia mengaku mengantungkan pendapatannya di sini. Untuk promosi ia mengaku memanfaatkan media sosial agar orang-orang tahu bahwa ada lokasi pusat oleh-oleh ini.

Solopos.com kemudian mengunjungi pusat oleh-oleh di Pasar Ngemplak, kurang lebih hanya lima lapak yang buka dari 17 lapak yang disediakan.

Salah satunya Kustini, ia menjual aneka kulier kering misalnya onde-onde dengan harga Rp13.000 hingga Rp15.000. Ketika sore hari ia biasanya menitipkan jajanan yang ia jual pada PKL di depan pasar.

“Masih sepi, karena di dalam pasar tradisional, masih menyatu sama orang pasar. Tapi berterima kasih pada Pemkot yang memfasilitasi kami untuk membuka lapak di sekitar Masjid Sheikh Zayed,” ujar Kustini saat ditemui Solopos.com.

Ketua Paguyuban UKM Pasar Ngemplak, Yudha Anugrah, menguraikan sejak pemberitahuan dengan surat edaran, pada pelaku UKM mulai menempati Pasar Ngemplak mulai awal Juli 2023 lalu. Menurutnya belum ada perubahan yang signifikan berkaitan dengan animo pembeli.

“Karena pihak dinas terkait belum maksimal dalam membantu menghidupkan Pasar Ngemplak. Para UKM yang mau menempati pasar masih belum semua, karena mungkin masih hitung-hitungan untung rugi, melihat kondisi pasar yang sangat sepi,” terang Yudha.

Walaupun menurutnya lokasi pusat oleh-oleh ini menurutnya sudah strategis di wilayah Masjid Sheikh Zayed, karena memang membidik wisatawan masjid.

Hanya, pihaknya masih menunggu penataan PKL di luar pusat oleh-oleh dan upaya branding serta promosi sehingga bisa menambah daya tarik wisatawan.

“Karena para UKM yang mau ditempatkan di Pasar Ngemplak dan di Gilingan dijanjikan bahwa ke depan ada penataan PKL, lahan parkir, dan semacan shuttle bus yang mengarahkan wisatawan mau mampir ke pusat oleh-oleh,” tambah Yudha.

Ketua Paguyuban Pedagang Pasar Ngemplak, Agung, mengaku menyambut baik adanya penataan UKM di sana.

Namun menurutnya untuk menghidupkan pusat oleh-oleh ini perlu ada penataan dan pendampingan lebih lanjut. Sebelum diisi oleh pelaku UKM, lokasi dalam pasar tersebut dulunya digunakan pedagang gerabah.

Terlebih banyak kios-kios depan pasar yang tutup, yang menurutnya karena regenerasi pedagang yang kurang. Dari 14 kios di depan pasar, kurang lebih hanya tiga hingga lima kios yang buka.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya