SOLOPOS.COM - Tangkap layar Direktur Utama (Dirut) PT Sri Rejeki Isman Tbk (Sritex), Iwan Setiawan Lukminto (kiri), bersama Presiden Direktur Solopos Media Group, Arif Budisusilo (kanan), dalam program Beyond the Limits yang tayang di kanal YouTube Espos Indonesia, Sabtu (11/3/2023). (Espos Indonesia).

Solopos.com, SOLO — Direktur Utama (Dirut) PT Sri Rejeki Isman Tbk (Sritex), Iwan Setiawan Lukminto, mengatakan perusahaan harus mampu berpikir dengan jelas arah mereka ke mana, dan jangan meninggalkan visi misi agar pegawai selalu termotivasi.

Menurutnya, hal itulah yang dapat membangun tim internal Sritex menghadapi kondisi tidak menentu saat pandemi Covid-19.

Promosi Sistem E-Katalog Terbaru LKPP Meluncur, Bisa Lacak Pengiriman dan Pembayaran

Hal itu Iwan sampaikan kepada Presiden Direktur Solopos Media Group, Arif Budisusilo, dalam program Beyond the Limits yang tayang di kanal YouTube Espos Indonesia, Sabtu (11/3/2023).

Iwan kemudian menceritakan keberhasilan usahanya tetap survive di era pandemi Covid-19 termasuk mempertahankan 50.000 karyawan.

Saat itu, dia mengatakan selalu mengupayakan tidak ada PHK walaupun hal itu tidak mudah.

“Tidak mudah, 2020 banyak distorsi di industri tekstil, tapi pandemi malah membawa inovasi baru untuk Sritex,” papar Iwan.

Iwan mengatakan saat pandemi Covid-19, Sritex menciptakan produk masker yang sebelumnya tidak pernah dibuat oleh pelaku tekstil terbesar di Soloraya itu.

Inovasi itulah yang menyebabkan Iwan yakin industri tekstil bisa berkembang.

Visi Sritex adalah menciptakan lapangan kerja, papar Iwan. Tujuan ini dilakukan dengan cara profesional di bidang mereka, yaitu dengan menciptakan produk yang baik berkualitas tinggi.

Iwan juga mengatakan kualitas produk ekspor dan lokal selalu dibuat sama agar Sritex selalu unggul.

Saat ini perusahaan tekstil terbesar di Soloraya tersebut masih ingin berfokus kepada tekstil dan produk-produk tekstil, karena masih banyak pengembangan yang perlu dilakukan, tambah Iwan.

Melihat ke belakang, Iwan mengatakan Sritex bisa berbangga karena sudah memiliki sekolah pelatihan kerja dan juga pondok pesantren. Dia juga mengklaim tekstil bukanlah sunset industry karena masih dapat terus berkembang.

“Selama masyarakat memerlukan pakaian, tekstil akan terus tumbuh,” ujar Iwan.

Bukan Sunset Industry

Namun, penetapan istilah sunset industry bagi tekstil menurut Iwan berdampak secara finansial, karena memunculkan stigma tertentu terutama saat mereka membutuhkan bantuan perbankan.

Padahal, tekstil masih termasuk social net karena menyerap pegawai dalam jumlah banyak.

Iwan juga berpendapat industri tekstil seharusnya diberi diferensiasi dengan industri lainnya, karena berdampak langsung kepada kehidupan masyarakat.

Kepala Bidang Pengembangan Ekspor dan Pemasaran Produk Dalam Negeri Dinas Perdagangan Kota Solo, Endang K Maharani, mengatakan TPT juga tetap menjadi tumpuan tumbuhnya ekspor di Kota Solo.

Seiring dengan dibukanya pelabuhan-pelabuhan luar negeri, Endang berharap ekspor industri tekstil bisa terus meningkat.

Hal itu dia sampaikan saat ditemui media dalam acara Forum Konsultasi Publik Dinas Perdagangan Kota Solo di Manganti Praja Balai Kota Solo, Senin (13/3/2023).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya