SOLOPOS.COM - Ilustrasi aliran listrik. (Freepik.com)

Solopos.com, JAKARTA — Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencanangkan pembangunan kabel bawah laut dari Kalimantan ke Jawa untuk menyalurkan potensi listrik hidro dari Sungai Kayan dan Sungai Mentarang.

Kementerian ESDM mencatat kedua sungai itu memiliki potensi daya setrum mencapai 13 gigawatt (GW). Interkoneksi 500 kV HVAC nantinya diharapkan dapat menyalurkan listrik ke pusat beban yang ada di Jawa.

Promosi Telkom dan Scala Jepang Dorong Inovasi Pertanian demi Keberlanjutan Pangan

“Saya ingin menekankan kembali pentingnya pengembangan hydropower dengan teknologi yang efisien dan didukung infrastruktur transmisi,” kata Direktur Jendral Ketenagalistrikan Kementerian ESDM Jisman P. Hutajulu seperti dikutip dari siaran pers, Jumat (3/11/2023).

Rencananya kabel bawah laut dengan nilai investasi mencapai US$11,3 miliar setara dengan Rp178,06 triliun (asumsi kurs Rp15.758 per dolar AS) ditargetkan beroperasi komersial pada 2036. Adapun, panjangan jaringan interkoneksi diperkirakan mencapai 1.976 kms dengan panjang backbone dan fishbone masing-masing mencapai 4.667 kms dan 4.299 kms.

“Pulau-pulau ini membutuhkan pengembangan transmisi untuk meningkatkan stabilitas sistem ketenagalistrikan. Untuk pulau-pulau ini, kami membutuhkan pengembangan teknologi kabel bawah laut,” kata Jisman. Dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PLN 2021-2030 akan dikembangkan sejumlah proyek pembangkit listrik tenaga air (PLTA) dengan kapasitas 10 GW.

Untuk Papua, pengembangan transmisi diperlukan terkait dengan upaya evakuasi listrik 7 GW tenaga air di Sungai Membramo guna mendukung area industri hidrogen. Seperti diberitakan sebelumya, PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) atau PLN menyebut, jaringan listrik atau grid dengan panjang kurang lebih 23,648 kilometer mesti terbangun untuk mendukung investasi baru pembangkit listrik energi baru terbarukan (EBT) sebesar 62 GW sampai 2040.

Hitung-hitungan itu berasal dari studi yang dibuat PLN lewat skenario accelerated renewable energy with coal phase down atau ACCEL sepanjang ruas Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara untuk evakuasi ke Jawa, sebagai pusat permintaan listrik. Kebutuhan investasi grid itu diperkirakan mencapai US$31 miliar setara dengan Rp480,8 triliun (asumsi kurs Rp15.510 per dolar AS).

Adapun, PLN berencana menambah porsi EBT 62 GW dalam revisi RUPTL yang baru. “Itu syaratnya ya untuk bisa mencapai 62 GW [pembangkit EBT], pembangunan grid-nya itu harus jadi syarat utama,” kata EVP of Energy Transition and Sustainability PLN Kamia Handayani kepada Bisnis, Rabu (27/9/2023).

Melansir rencana kerja PLN, jaringan listrik Sumatra-Jawa direncanakan dapat beroperasi pada 2029, dengan investasi sekitar US$6,5 miliar. Selanjutnya, jaringan listrik Kalimantan-Jawa ditargetkan dapat beroperasi pada 2036, dengan kebutuhan investasi sebesar US$11,3 miliar. Sementara itu, jaringan listrik Sulawesi ditargetkan beroperasi pada 2026, dengan nilai investasi US$2,4 miliar.

Di sisi lain, jaringan listrik yang menghubungkan Sumba, Bali ke Jawa diharapkan rampung sebelum 2040. Evakuasi listrik yang menghubungkan Jawa dari Suma itu diperkirakan bakal menelan investasi baru sekitar US$4,2 miliar. “Iya itu [proposal grid] masuk dalam bagian Just Energy Transition Partnership [JETP] juga,” kata dia.

Artikel ini telah tayang di Bisnis.com dengan judul RI Mau Bangun Kabel Bawah Laut Rp178 Triliun Salurkan Listrik EBT Kalimantan-Jawa.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya