SOLOPOS.COM - Sudarwati, 62, menunjukkan produk tas anyaman plastik yang dikolaborasi dengan kulit sintetis saat mengikuti UMKM Expo di GOR Diponegoro Sragen, Kamis (1/6/2023). (Solopos.com/Moh. Khodiq Duhri)

Solopos.com, SRAGEN – Tiga tahun sudah Sudarwati, 62, memasuki masa pensiun. Sebagai pensiunan pegawai negeri sipil (PNS), warga Dukuh Mojoroto, Desa Sepat, Masaran, Sragen, itu sebenarnya bisa bersantai sembari menikmati masa tua. Sebab, setiap bulan ia masih bisa menerima gaji sebagai pensiunan PNS.

Namun, nalurinya untuk tetap produktif tidak pernah meredup walau telah memasuki masa lansia. Semangatnya untuk tetap berkarya terus menyala setelah pensiun sebagai kepala sekolah. Walau tak masuk kriteria usia produktif, nyatanya Sudarwati tak kalah produktif dengan mereka yang berusia jauh lebih muda.

Promosi Telkom Apresiasi Wahyu, Warrior Telkom Akses yang Viral karena Bantu Petani

Di rumahnya, proses produksi tas anyaman plastik terus berjalan. Saat ini, total ia melibatkan 20 tenaga kerja untuk membantu proses produksi tas anyaman plastik itu.

Jumlah tenaga kerja itu selalu berubah mengingat sebagian besar mereka adalah petani. “Kalau lagi musim tandur [tanam padi], pekerjanya berkurang. Setelah musim tanah selesai, pekerja tambah lagi. Jumlahnya naik turun,” jelas Sudarwati kala berbincang dengan Solopos.com di UMKM Expo yang digelar di GOR Diponegoro Sragen pada Kamis (1/6/2023).

Usaha kerajinan tas anyaman plastik itu sudah ia rintis sejak masih berusia 40 tahun. Kala itu, Sudarwati masih aktif bekerja sebagai guru SD. Awalnya, ia membuat kerajinan tangan berupa tas anyaman plastik itu seorang diri.

Ia pun memasarkan sendiri produk kerajinan tangan itu ke teman-temannya. Promosi pun dilakukan dengan cara gethok tular. Ia terbantu dengan banyaknya warga Desa Sepat yang merantau ke luar Jawa untuk berjualan. Saat pulang ke kampung halaman, mereka sekaligus kulakan tas anyaman plastik bikinan Sudarwati untuk dijual saat kembali ke perantauan.

Untuk menambah jumlah produksi, Sudarwati pun mulai berani mengajak para tetangga untuk membantu membuat kerajinan tas anyaman. Selain warga sekitar, Sudarwati juga menampung mantan karyawan pabrik yang menjadi korban pemutusan hubungan kerja (PHK).

Menariknya, proses produksi kerajinan tangan itu bisa dilakukan di rumah masing-masing. Mereka pun menjadikannya sebagai pekerjaan sampingan. Sebab, pekerjaan membuat kerajinan itu bisa dilakukan sembari menonton televisi di rumah atau momong anak di rumah. “Saya cukup menyediakan bahan baku yang dibeli dari pabrik di Surabaya. Bahan baku itu bisa dibawa ke rumah masing-masing. Mereka biasa bekerja dengan sistem borongan,” jelas Sudarwati.

Dalam sebulan, Sudarwati bisa memproduksi 3.000 hingga 5.000 buah tas anyaman plastik. Ada beragam model tas anyaman plastik yang diproduksi. Satu produk yas dijual mulai Rp5.000 hingga Rp250.000.

Jenis tas yang paling mahal biasanya dibuat berdasar variasi bahan. Misal tas anyaman plastik yang dikolaborasi dengan kulit sintetis dijual hingga Rp250.000. “Untuk tas anyam variasi kulit sintetis ini dikerjakan dua orang. Satu bertugas membuat anyaman, satunya bagian jahit. Bahan kulit sintetis agak tebal jadi sedikit sulit jahitnya,” terangnya.

Sudarwati sudah memiliki banyak reseller. Mereka tersebar di Soloraya dan sejumlah kota di luar Jawa seperti Kendari, Metro, Palembang dan lain-lain. Para reseller inilah yang memasarkan tas anyaman plastik melalui marketplace seperti Shopee, Tokopedia, Bukalapak dan lain-lain. Ia cukup memasok tas anyaman plastik itu ke reseller sesuai pesanan.

Untuk memasarkan produk tas anyaman plastik secara offline ini, Sudarwati juga rajin mengikuti pameran UMKM yang digelar Pemkab Sragen maupun pihak perbankan. Melalui pameran itu, produk tas anyaman laris manis diborong pembeli.

Sudarwati juga terlibat dalam berbagai pelatihan keterampilan membuat kerajinan tas anyaman plastik. Melalui pelatihan itu, ia mengajak kalangan ibu-ibu untuk memiliki penghasilan tambahan tanpa meninggalkan pekerjaan utama sebagai ibu rumah tangga. Harapannya, penghasilan tambahan itu bisa digunakan untuk memenuhi kebutuhan dapur. Minimal, untuk urusan dapur, kalangan ibu-ibu tidak perlu mengandalkan penghasilan dari suami.

Sementara itu, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI menjadi salah satu BUMN yang aktif memberikan pelatihan dan pembimbingan terhadap UMKM di Soloraya. Program yang dijalankan tidak hanya menyasar kalangan yang telah mengenal perbankan atau bankable, namun termasuk kalangan yang belum mengenal layanan perbankan atau unbankable.

Branch Manager BRI Solo Kantor Cabang Slamet Riyadi, Agung Ari Wibowo, mengatakan pada Maret 2022, BRI secara pusat telah terlibat dalam Holding Ultra Mikro yang melibatkan tiga entitas besar. Holding bernama Brigade Madani tersebut terdiri dari BRI, Pegadaian dan Permodalan Nasional Madani (PNM). Di mana masing-masing memiliki segmen dan basis pelanggan yang luar biasa.

Di Soloraya ini, jelas Agung, BRI bersama Brigade Madani telah melakukan berbagai langkah dan upaya untuk pengembangan UMKM. Dimulai dari pengenalan awal, sebab masih banyak nasabah atau masyarakat termasuk pelaku UMKM yang belum tersentuh perbankan.

“Jadi kami mulai mengenalkan dulu dari awal. Tidak serta merta kami mengenalkan pembiayaan, karena ada yang kenal bank saja belum, punya rekening saja belum. Jadi mulai awal,” kata dia dalam Program Sharing dan Diskusi Sinergi BUMN Berdayakan UMKM: UMKM Bangkit, Ekonomi Melejit, yang digelar Solopos Media Group (SMG) di Multifunction Hall Radya Litera Griya Solopos seperti diberitakan Solopos.com, Selasa (27/6/2023).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya