SOLOPOS.COM - PT Widodo Makmur Perkasa Tbk (WMPP atau WMP) melalui anak usaha di lini bisnis peternakan sapi terpadu, PT Pasir Tengah mengolah dan memanfaatkan kembali kotoran-kotoran sapi menjadi pupuk organik. (Istimewa/WMPP)

Solopos.com, SOLO — Pupuk organik yang diproduksi PT Widodo Makmur Perkasa Tbk (WMPP) melalui anak perusahaannya, PT Pasir Tengah, ikut mendorong pemberdayaan petani durian. Perusahaan yang bergerak di lini bisnis peternakan sapi terpadu tersebut memanfaatkan kembali kotoran sapi sebagai bahan baku pupuk organik.

CEO PT Pasir Tengah Heri  Prasojo mengatakan PT Pasir Tengah mulai bergerak menciptakan pupuk organik diawali dari kesadaran Perusahaan tentang pentingnya keberlanjutan lingkungan.

Promosi Telkom Apresiasi Wahyu, Warrior Telkom Akses yang Viral karena Bantu Petani

Pada awalnya, Perusahaan belum melakukan pemanfaatan limbah peternakan secara serius. Namun setelah dipelajari lebih lanjut dari sisi tata lingkungan dan sebagainya, perusahaan melihat ada potensi yang jika dibiarkan dalam jangka panjang akan berimbas ke perusahaan sendiri.

“Pada 2012, mulailah dibentuk divisi-divisi yang bergerak sedikit demi sedikit membangun jaringan, untuk minimal bisa menjual kotoran ternak tersebut dalam bentuk mentah. Tujuannya adalah untuk menurunkan cost perusahaan,” jelas Heri Rabu (22/3/2023).

Selanjutnya di 2019, perusahaan melalui divisi fertilizer mulai fokus mengubah dari kotoran hewan menjadi produk dengan nilai yang lebih tinggi lagi. Hingga pada 2020 akhirnya dari divisi tersebut dibentuk Waste Processing and Fertilizer Development Management.

“Dari situ kami benar-benar fokus menciptakan suatu produk dari kotoran sapi, sehingga menjadi pupuk siap pakai, minimal pupuk dasar,”ujarnya.

Supervisor Waste Processing and Fertilizer Development ManagementTri Doni Saputra menjelaskan aktivitas produksi pupuk terus berjalan dan terus mengalami peningkatan dari sisi jumlah produksi. Jika sebelumnya, yakni pada 2019 produksi masih berkisar di angka 5-6 ton perhari, kemudian pada 2020 meningkat menjadi sekitar 3.500 ton dalam setahun. Pada 2021 masuk ke 4.500 ton per tahun dan pada 2022 meningkat lagi menjadi 6.300 ton dalam setahun.

Selain dari sisi produksi yang terus mengalami progress, dari sisi investasi berupa alat dan pengolahan/mekanisasi juga meningkat. Pihaknya optimistis pupuk organik cukup menjanjikan dari sisi bisnis. Sebab dari sisi market masih sangat luas yang perlu digarap. Kemudian dari sisi jenis produk pupuknya pun masih sangat bisa untuk dikembangkan lebih luas.

“Saat ini produk yang dihasilkan dalam bentuk pupuk fermentasi dari bahan organik berupa limbah ternak. Itu masih sangat memungkinkan untuk dikembangkan menjadi pupuk premium. Misalnya pupuk khusus yang untuk jenis tanaman sawit, karet, termasuk untuk buah-buahan jenis khusus seperti durian,” paparnya.

Doni mengatakan saat ini pihaknya juga bekerja sama dengan petani durian di wilayah sekitar Cianjur, Jawa Barat.

“Selanjutnya kami akan melakukan riset untuk menciptakan produk berdiversifikasi yang fokus ke durian. Kita tahu durian ini kan king of fruit. Kebetulan di Cianjur ini banyak yang bergerak ke pengelolaan durian. Maka kami coba rangkul bersama,” lanjut dia.

Lebih lanjut dia mengatakan, produksi pupuk organik tersebut juga menyesuaikan dengan kampanye yang diusung WMPPuntuk menjadi salah satu pionir perusahaan green company.

Diharapkan pengolahan limbah tersebut bisa menjadi solusi untuk tidak membiarkan limbah itu terbuang begitu saja ke lingkungan serta dapat mengurangi emisi gas rumah kaca dan menjadi nilai tambah baru untuk perusahaan.

Saat ini produk pupuk organik dari WMPP telah masuk standar SNI. Dengan begitu produk tersebut siap bersaing dengan pupuk-pupuk lain di segmen yang sama. Dari sisi harga, pihaknya juga optimistis bisa memberikan harga lebih terjangkau dibandingkan pupuk lain di kelas yang sama. Hal itu karena pupuk tersebut diproduksi dari bahan baku yang berasal dari perusahaan sendiri.

“Kami produksi dari bahan baku yang juga dari kami sendiri. Kami punya gap harga [lebih rendah] antara 150%-200% dengan produk lain,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya